Memanggil Raja Kuning
Memanggil Raja Kuning
Apa yang dilihat manusia hanyalah awan mendung dengan matahari yang tersembunyi sempurna dibalik awan tersebut. Namun apa yang dilihat para raja warna serta Vectis yang ada di dunia ini sangat berbeda.
Saat ini mereka melihat belasan, bahkan mungkin puluhan petir saling bersahut-sahutan di sana. Petir tersebut bukan bewarna kuning ataupun putih, tapi yang ini bewarna ungu.
Axel mengambil ponselnya yang bergetar menandakan sebuah panggilan masuk.
"Halo."
"Kau melihatnya?" tidak perlu diperjelas maksud dari pertanyaan itu.
"Hm. Aku melihatnya."
"Apakah ini pernah terjadi sebelumnya?"
"Belum pernah. Mungkin, raja kuning mengetahui arti halilintar ungu ini."
"Aku juga menebak seperti itu, tapi saat ini aku ada di Korea dan aku belum menemukan identitas raja kuning yang baru. Firasatku tidak enak menghadapi petir ungu ini." Terdengar nada gelisah dari suara Fye.
"Aku akan memanggilnya."
"Ha? Kau bisa memanggilnya? Bagaimana caranya?"
"Cukup rumit. Aku akan memberitahumu begitu ada kabar."
Setelah mengakhiri panggilannya, Axel menghubungi Dexter.
"Aku akan pergi ke dunia astralku selama beberapa hari kedepan. Jika aku tidak kembali saat Chleo datang, carikan sebuah alasan untukku agar dia tidak mencariku."
Setelah memberikan pengarahan dan pengaturan lainnya pada Dexter, Axel menghubungi seseorang yang sangat dirindukannya.
"Hai, bagaimana keadaanmu disana?"
"Merindukanmu."
Chleo berdehem beberapa kali mendengar jawabannya. Axel bisa membayangkan wajah gadis itu pasti sedang merona saat ini. Dia sangat tergoda untuk teleport ke tempat gadis itu lalu diam-diam memperhatikan gadis itu sementara tubuhnya kasat mata.
Hanya saja dia menahan diri karena membutuhkan energi besar untuk melakukan teleport jarak jauh, sementara sebentar lagi dia berencana memanggil jiwa astral raja kuning yang juga akan menghabiskan energinya.
Karena itu dia tidak menggunakan teleportnya.
"Kau sudah membuka hadiah dariku?"
"Sudah. Aku sangat menyukainya." Chleo mengangkat tangannya yang kini ada sebuah gelang lain yang menghiasi pergelangan tangannya.
Design gelang tersebut sangat sederhana dengan rantai tipis terbuat dari emas putih. Design gelang tersebut menggunakan konsep serut, sehingga cara memakainnya melonggarkan kunci serut untuk melebarkan lubang lingkaran gelang, lalu mengeratkan serut sehingga lingkaran gelang bisa membelilit pergelangan tangannya dengan sepurna.
Pada tengahnya terdapat empat batu berbentuk oval bewarna baby blue dan putih. Dia merasa curiga dengan batu tersebut tapi dia ingin bertanya untuk memastikannya.
"Axe, ada empat batu disini, apakah mungkin ini batu opal?"
"Benar. Dua batu biru adalah batu opal biru sementara dua lainnya adalah batu safir putih."
"Apakah kau tahu kalau batu opal adalah batu kelahiranku?"
"Ya, aku tahu."
Chleo tercengang mendengarnya. Bagaimana caranya pria itu tahu? Dia bahkan tidak ingat dia pernah memberitahu tanggal kelahirannya pada pria itu?
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku punya caraku sendiri. Dan juga… aku sudah menyiapkan hadiah tahun baru untukmu."
"Ah?"
"Sayangnya, kau baru akan menerimanya nanti ketika kau kembali bekerja di Daphinia."
"Sekarang kau membuatku sangat penasaran."
Suara tawa kecil dari seberang membuat wajah Chleo memanas. Untungnya dia tidak perlu berhadapan langsung dengan pria itu, kalau tidak… dia pasti tidak sanggup menahan debaran jantungnya.
"Ah, tapi aku sama sekali tidak menyiapkan apa-apa untukmu. Apakah kau ingin sesuatu? Kalau setelah dipikir-pikir sangat sedikit yang kuketahui tentang kesukaanmu."
"Kesukaanku sangat sederhana. Masa kau tidak tahu?"
"Tidak tahu. Memangnya apa kesukaanmu?"
"Tunggu sebentar."
Detik berikutnya terdengar notif dari ponsel Chleo membuat Chleo menjauhkan ponselnya untuk menatap layar monitornya. Rupanya Axel membuat permintaan untuk mengubah voice call menjadi video call. Dengan senang hati, Chleo menerimanya dan kini wajah yang sangat dirindukannya menghiasi layar hapenya.
Dengan cerdiknya Chleo menangkap screenshot pada layarnya. Setelah ini dia akan menjadikannya gambar wallpapernya.
"Chleo, apakah kau merasa senang dengan hadiahku?"
"Tentu saja aku merasa senang." Senyumannya semakin lebar ketika dia melirik ke gelang barunya untuk kesekian kalinya.
"Itulah yang menjadi kesukaanku."
Seketika Chleo kembali memusatkan perhatiannya pada wajah kekasihnya dengan tatapan bingung.
"Aku suka melihatmu tersenyum. Aku suka mendengar tawamu dan juga… aku suka melihatmu merona seperti ini karena pujianku."
Chleo sudah tidak berani menatap mata biru kekasihnya walaupun dia bisa saja menurukan ponselnya atau menutup kameranya, tapi dia tidak melakukannya.
"Ah, Axe. Berhentilah menggodaku."
"Chleo, kau dimana?"
Chleo menengok ke arah sumber suara yang memanggilnya. Kenapa Abigail mencarinya? Padahal dia masih ingin berlama-lama berbincang dengan Axel. Tapi kalau sampai panggilan ini ketahuan oleh sepupunya, tidak diragukan lagi, Abigail pasti merecokinya mengenai kekasihnya.
"Maaf aku harus segera pergi. Kakakku mencariku."
"Baiklah. Bersenang-senanglah kalau begitu."
"Hm. Kau juga."
Begitu panggilan berakhir, Axel menghela napas lalu segera berteleport ke tempat peristirahatannya di dunia astralnya. Dia juga memanggil Falcon dan tanpa basa-basi memberitahukan niatannya.
"Kau ingin memanggil jiwa astral raja kuning? Itu akan memakan sebagian besar energi utamamu dan kau bisa jatuh pingsan selama beberapa hari."
"Aku tahu. Tapi ini sangat darurat. Petir ungu sangatlah tidak wajar, apalagi terjadi selama lima menit penuh. Ada sesuatu yang tidak beres. Kau juga merasakannya kan?"
Falcon yang bertengger di pohon cemara menggelengkan kepalanya dengan pasrah. Lalu kemudian dia mengepakan sayapnya untuk berpindah tempat dan bertengger pada bahunya.
"Baiklah. Aku sudah siap."
Untuk melakukan ritual pemanggilan jiwa astral raja kuning, raja biru harus menggabungkan energinya dengan Falcon untuk menciptakan sebuah portal khusus. Portal itu berbentuk lingkaran dengan diameter setinggi manusia biasa dan latar belakangnya seperti lukisan abstrak dengan warna gelap. Dari portal itulah akan keluar jiwa astral yang mereka inginkan.
Mereka harus menjaga konsentrasi mereka agar jalur pemanggilan tidak menyimpang dan malah jiwa astral orang lain yang muncul.
Sudah berjalan lebih dari sepuluh menit namun tidak ada tanda-tanda jiwa astral raja kuning sementara Falcon sudah mulai merasa gelisah, dan keringat sudah bercucuran tak terkendali dari kening Axelard.
Sesaat ketika keduanya memutuskan untuk berhenti, sebuah pita kuning keemasan diikuti dengan asap kuning keluar melayang dari portal lingkaran tersebut. Mengetahui mereka berhasil memanggil jiwa astral raja kuning, Falcon serta Axel sama-sama bertahan sekuat tenaga untuk terus membuka portal tersebut.
Pita serta asap tersebut masih melayang di tengah udara dan menjadi satu membentuk wujud manusia dewasa. Lalu terdengar sebuah suara… ribuan suara yang tidak jelas bertanya padanya.
"Wahai raja biru, untuk apa kau memanggilku kemari dengan menanggung resiko kekuatanmu. Apakah ini soal petir yang tadi muncul?"
"Itu benar. Petir ungu melambangkan kekuatan para Vectis. Apakah ada Vectis yang mengamuk?"
"Jika ada Vectis yang mengamuk, maka petir tadi tidak akan terjadi di seluruh dunia. Kenyataan kau bisa melihatnya juga seperti aku melihatnya di tempatku, itu berarti ada kejanggalan yang terjadi."
"Seperti… apa?" nafas Axel mulai tidak beraturan karena terlalu banyak menggunakan kekuatannya.
"…" untuk sejenak raja kuning tidak bicara. "Untuk saat ini dunia ini aman. Kita akan bertemu beberapa tahun lagi. Sampai saat itu tiba, kau tidak perlu khawatir dan juga… jangan memanggilku seperti ini lagi."
Tepat raja kuning menyelesaikan kalimatnya, wujud manusia dari raja kuning melesat dengan cepat ke arah portal tadi lalu menghancurkan portal tersebut.
Axel terduduk lemas sambil mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Apakah tadi dia salah dengar? Sebelum jiwa astral raja kuning menghancurkan portal tersebut, dia mendengar sebuah suara.
'Aku akan bersama Chleora Regnz untuk menemuimu.'
Apa maksudnya?