Natal Bersama (1)
Natal Bersama (1)
Ada buah Natal bewarna merah dan kuning menghiasi pohon tersebut, dan juga slinger yang bewarna kuning serta boneka mini santa claus yang digantungkan pada ujung-ujung cabang pohong tersebut.
Ada juga patung rusa yang dihiasi lampu kerlap-kerlip meriah sama seperti lampu yang mengelilingi pohon Natal. Di sebelahnya ada patung Santa Claus dengan baju seragamnya dan janggut putih yang panjang. Pemandangan yang sangat pas untuk dijadikan latar belakang sebuah foto.
Kebanyakan dari mereka sudah mengambil banyak foto didepan pohon Natal cantik ini. Khususnya Harmonie serta Melodie yang terus-terusan minta difoto dengan pose berbeda di depan Santa dan rusa tersebut. Yang paling banyak mengambil foto tidak diragukan adalah anak-anak remaja serta para ibu-ibu.
Para suami hanya mengambil foto sesekali ketika diajak istrinya dan lebih suka berbicara mengenai bisnis dengan saudara iparnya.
Chleo memasang ekspresi antusias beserta dengan saudara sepupu lainnya berusaha menghindari pertanyaan dari para bibi yang sangat penasaran.
Dia tidak tahu bagaimana caranya semua orang bisa mengetahui hubungan pribadinya dengan seorang pemuda, tapi dia jelas tahu bukan ayahnya yang menyebarkan kabar ini. Ayahnya bukanlah orang yang suka menyebarkan kehidupan pribadi keluarganya, apalagi perihal hubungan intim kedua anaknya.
Bagaimana dengan sang ibu? Sepertinya juga bukan. Sama seperti Vincent, Cathy juga tidak akan mengumbar kehidupan pribadi kedua anaknya meskipun kepada saudaranya sendiri. Apalagi Chleo berharap hubungannya bersama Axel masih bisa disembunyikan terlebih dulu.
"Chleo, kapan kau akan mengenalkan pemuda itu pada kami? Aku sangat ingin bertemu dengannya."
"Pemuda siapa?"
"Siapa lagi? Tentu saja kekasihmu. Axelard kan namanya?"
Itu sebabnya dia sama sekali tidak bisa menjawab sepupunya karena terlalu syok mendapati kakak sepupunya serta bibi Katie mengetahui nama kekasihnya.
Chleo bersusah payah menghindari pertanyaan mereka dan hanya menjawabnya dengan senyuman khasnya sebelum akhirnya melarikan diri dengan menggunakan alasan ingin ganti pakaian menyambut perayaan Natal.
Untuk saat ini dia bisa menghindar dan bergabung dengan anak-anak remaja lainnya. Banyak mata penasaran menatapnya ingin bertanya langsung, tapi Chleo menghiraukannya berpura-pura terhanyut pada gurauan adik-adik sepupunya. Dengan begini dia bisa menghindari mereka dengan menggunakan alasan ingin bersenang-senang dengan sepupunya.
Tapi… sampai kapan dia bisa menghindar? Apalagi dia akan menghabiskan seminggu disini bersama mereka semua.
Rasanya, Chleo ingin menangis.
Dia bahkan belum sempat membuka isi kotak hadiah dari Axel membuatnya ingin menangis berkali lipat.
Bukannya dia sengaja melupakannya, dia memang sengaja menyimpan hadiah terbaiknya untuk dibuka terakhir. Lagipula dia tidak ingin rasa bahagianya yang berlebihan akan terpancar dan membuat semua mata semakin penasaran dan ingin menyerangnya dengan ribuan pertanyaan.
Karena itulah dia lebih memilih menyimpan kotak hadiah tersebut dan akan membukanya nanti malah setelah acara perayaan Natal ini selesai.
Setelah semuanya berkumpul bersama, barulah acara dimulai dengan pertunjukkan musik tari dari grup musik ala tradisional Honolulu.
Tarian tersebut tidak memberikan kesan elegan seperti tarian ballroom ataupun rancak seperti tarian hip-hop. Tarian itu sangat unik dan santai sehingga semua bisa mengikuti gerakannya. Musik yang mengalunpun sangat menghanyutkan dengan memberikan suasana hangat yang pas dalam keluarga besar.
Chleo mendecak kagum saat mendengar lagu natal yang diarasemen ulang sesuai dengan jenis musik tradisional mereka. Dia sama sekali tidak menyangka lagu natal yang berirama ceria serta rancak ternyata juga terdengar indah dengan jenis musik tradisional yang khas.
Tidak hanya Chleo, Katie serta Meisya turut mendecak kagum dan berpikiran hal yang sama dengannya.
"Kenapa tidak pernah terpikirkan olehku untuk mengarasemen ulang lagu Natal ke jenis musik yang berbeda?" sahut Meisya dengan nada jenaka membuat Katie tertawa.
"Karena jika itu sudah terpikirkan olehmu, maka mungkin kau akan melakukan konser tunggal di seluruh dunia." sambung Katie dengan nada jenaka yang sama membuat keduanya saling tersenyum.
Berbeda dengan Katie yang pernah menjadi penyanyi terkenal dan mengadakan konser di banyak tempat, Meisya lebih memilih tinggal di rumah bersama suami serta anak-anaknya.
Katie sudah merasakan bagaimana rasanya konser di berbagai tempat membuatnya harus berpisah dari orang tua angkatnya serta sahabat terdekatnya. Dan ketika segel penahannya pecah dia memutuskan pensiun dini dari karirnya yang sedang berada di puncaknya.
Waktu itu dia menyesal. Dia berharap dia masih bisa bernyanyi dan mengadakan tour konser tunggal. Tapi setelah bertemu dengan Kinsey dan menikah dengan pria itu, apalagi Kendrich yang hadir didalam kehidupannya, Katie sadar waktu bersamanya dengan keluarganya jauh lebih penting daripada sekedar tour konser.
Jika dia ingin melakukan petualang di negeri lain dia bisa melakukannya bersama suami dan anaknya. Itu sudah cukup baginya. Dia berpikir kehidupannya sudah sempurna hingga Melodie lahir ke dunia ini yang ternyata merupakan puncak kebahagiaannya.
"Coba lihat mereka." ucap Meisya sambil memandang ke arah anak-anak remaja yang masih berfoto ria di depan patung rusa dan santa claus. Mereka melakukan pose yang lucu-lucu membuat siapapun melihatnya tertawa. "Enaknya menjadi anak muda. Terkadang aku merindukan masa-masa mudaku."
Katie tersenyum lembut dan sangat mengerti perasaan saudara kembarnya. Dia pun juga terkadang merindukan masa-masa mudanya.
Tidak lama kemudian, mereka semua disuguhkan makanan khas dari pulau tersebut di atas meja yang sangat panjang. Meja tersebut berbentuk persegi panjang dan disusun secara parallel sehingga bisa memuat empat puluh orang duduk bersebelahan.
Tempat mereka duduk juga acak dan tidak teratur. Mereka semua bebas mau duduk dimana saja. Wu bersaudara yang tadi pagi masih merasa canggung dan gugup kini sudah bisa bersantai dan berbincang leluasa dengan Vincent.
Bahkan mereka sudah bisa membahas soal pekerjaan mereka dengan santai saat Vincent membuka obrolan mengenai bisnis mereka. Mereka juga mulai akrab dengan Daniel dan Marcel serta Steve dan Stanley yang sedari awal memang sudah bersikap ramah. Bryant juga merupakan tuan rumah yang ramah serta menyenangkan.
Lain halnya dengan Kinsey. Mereka masih agak kesulitan saat berkomunikasi dengan pria itu. Padahal Kinsey sudah bersikap ramah pada mereka dan juga menghilangkan aura intimidasinya. Namun mereka masih tetap merasakan aura dingin serta sinar mata tajam dari mata pria itu tiap kali mereka bertatap mata.
Yah, mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi pembawaan diri Kinsey semenjak kecil. Akan sangat sulit mengubahnya dan Kinsey sangat malas mengubah pembawaannya ini.
Anehnya, mengapa sinar matanya berubah menjadi lembut serta penuh cinta kalau sudah memandang istrinya serta putrinya? Yah, tentu saja hanya Kinsey yang tahu.
Ingat kata kuncinya? 'Istri serta putri'nya. Bagaimana dengan Kendrich?
Ehem… Bukan berarti Kinsey tidak menyayangi putranya. Hanya saja putranya itu…
"Hei, giliran aku sekarang!" sebuah suara lantang terdengar dari anak berusia 12 tahun di dekat patung rusa. Lalu anak tersebut memanjat dan naik ke punggung patung tersebut dan bergerak seolah sedang menunggangi kuda. "Yihaaaa!! Ayo foto aku sekarang!" serunya seraya memutar pergelangan atasnya seperti sedang memutar tali laso ala koboi.
Diego menepuk jidatnya ketika mengarahkan kameranya ke arah Kendrich yang terlalu bersemangat.
Kenken. Itu patung rusa ya, bukan patung kuda!
Kinsey menghela napas melihat polah putranya. Semenjak kecil putra sulungnya itu memang sangat hiperaktif dan cerewet… sangat cerewet. Karena itulah dia memberikan kesan yang menakutkan dan tegas agar anak itu tidak bertumbuh menjadi liar karena terlalu dimanjakan. Apalagi Katie… istrinya ini super duper memanjakan kedua anak mereka.
Seandainya saja sifat hiperaktif putranya bisa disalurkan sebagian pada putrinya. Karena putri bungsunya sangat bertolak belakang dengan kakaknya.
Melodir Alvianc sangat sangat dan sangat pelit bergerak atau bersuara.