My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Helper Miyu + Spin Off - Diego



Helper Miyu + Spin Off - Diego

2Begitu masuk kedalam mereka langsung disuguhkan oleh suasana penempatan kursi kelas bisnis seperti pada pesawat umum lainnya. Bedanya, kursi ini lebih besar dan jarak antara satu sama lain lebih luas. Bahkan interiornya sangatlah berbeda. Mereka serasa seperti berada di kamar hotel mewah dengan pewarnaan dominannya bewarna coklat keemasan.     

Ketika berjalan lebih masuk lagi mereka serasa seperti tengah berjalan di koridor hotel mewah. Ada juga pembatas-pembatas yang menandakan area berbeda. Ada area menonton tv dengan menggunakan smart tv ukuran 65 inchi. Ada juga area mini bar lounge dan juga area bermain video games.     

Di bagian agak belakang ada sebuah tangga memutar menuju lantai dua. Di sana terdapat 5 kamar tidur berukuran sebesar kamar hotel berbintang yang nyaman dan interiornya memberi kesan meneduhkan. Ada juga ruang santai khusus dan ruang makan bersama.     

Vincent membiarkan para tetua seperti orangtuanya serta mertuanya untuk beristirahat di kamar-kamar tersebut. Sementara orang dewasa lainnya akan menikmati minuman di bar lounge dan cemilan ringan untuk anak-anak.     

Pesawat ini memang dirancang bisa melakukan perjalanan jarak jauh maupun jarak dekat. Meskipun mereka akan melakukan perjalanan ke tempat jauh sekalipun mereka masih bisa merasa nyaman karena satu kamar berisi satu ranjang king size yang bisa ditempati tiga hingga empat orang bertubuh kecil dan satu sofa lebar yang bisa dijadikan tempat tidur cukup untuk dua hingga tiga orang.     

Karena mereka hanya akan pergi ke Honolulu yang hanya memakan waktu kurang lebih dua jam perjalanan, mereka tidak perlu membagi penempatan kamar untuk tidur.     

Saat ini para tetua memilih beristirahat di kamar di lantai dua, anak-anak remaja berkumpul menjadi satu di area permainan dengan dipimpin Chleo serta Evie. Sementara para orang tua dan Abigail yang masih belum menikah berada di mini bar menikmati minuman mereka masing-masing.     

"Vincent, siapa yang mendesign pesawat ini? Aku merasa tidak sedang berada di pesawat."     

"Tempat ini sungguh mengagumkan. Ah, seandainya kita bisa berlama-lama disini."     

Dan komentar lainnya yang memuji interior design pesawat jet pribadi terbesar di dunia ini.     

Vincent tersenyum puas mendengar pujian mereka, tapi yang paling memuaskan hatinya adalah melihat tatapan takjub serta berbinar-binar dari istrinya. Belum lagi ekspresi istrinya saat ini dipenuhi kebahagiaan tiada tara dan auranya memancarkan antusias yang tidak pernah ditunjukkannya sebelumnya.     

"Kau menyukainya?" bisik Vincent lembut seraya mengecup pipi istrinya.     

"Kau bercanda? Ini melebihi bayanganku. Terima kasih, sayang." Cathy berjinjit sedikit agar bisa memberi kecupan ringan pada bibir suaminya membuat Vincent tersenyum lebar dengan puas.     

"Memangnya dia tidak memperlihatkan gambar designnya?" tanya Kinsey pada adiknya merasa penasaran.     

"Gambar design apanya? Dia bahkan tidak memberitahuku sedang membangun resort di Honolulu."     

"Ckckckck… Kurasa di dunia ini hanya Vincent seorang yang bisa menyembunyikan sesuatu dari istrinya." goda Steve dengan nada jahil mengundang pukulan ringan dari sang istri, Melinda.     

"Kenapa kalimatmu ambigu begitu?" delik Melinda dengan galak membuat Steve terkekeh. "Maaf Cathy, maksudnya bukan seperti itu."     

"Aku tahu. Kak Steve memang selalu seperti itu."     

Vincent ternyata masih tidak terima akan kalimat ambigu dari sepupu istrinya.     

Bagaimana tidak ambigu? Kalimat Steve barusan seolah mengatakan Vincent memiliki rahasia gelap dibelakang istrinya. Padahal dia tidak pernah menyembunyikan apapun dari istrinya! Kecuali… sebuah kejutan tentu saja.     

Tidak akan menjadi kejutan jika dia memberitahu istrinya terlebih dulu.     

"Aku berubah pikiran. Steve, apa kau pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh dari pesawat?"     

"Vincent," kali ini Cathy yang memukul bahu suaminya dengan pelan namun nada peringatannya mengandung tawa geli.     

"Beritahu aku jika kau ingin melemparnya. Aku sangat ingin melihatnya." sambung Kinsey.     

Vincent menyeringai lalu mengangkat kepalan tangannya ke arah Kinsey yang disambut saudara iparnya itu dan mereka beradu jotos membuat lainnya tertawa.     

"Ngomong-ngomong dimana Stanley? Aku tidak melihatnya."     

"Dia bersama Diego di atas." jawab Meisya yang sedang duduk santai bersebelahan dengan Katie di sofa panjang.     

Mengenai Diego, Vincent merasa penasaran akan sesuatu. Dia memang tidak peduli apakah lainnya akan terpana melihat isi dalam CDR 777 ini atau tidak, tapi dia mencari tahu ekspresi yang didapat dari keluarganya. Istrinya serta putrinya sangat terpukau melihat isi dalam pesawat ini.     

Sedangkan Diego, dia sama sekali tidak terkejut ataupun terpana. Malahan dia langsung berjalan menuju ke tempat minum seolah dia sudah tahu letak tempatnya.     

Aneh sekali, bagaimana putranya itu mengetahuinya? Dia bahkan tidak memberitahu keluarganya mengenai pesawat ini.     

Kenapa putra bungsunya itu bersikap seolah dia telah berulang kali naik pesawat ini?     

Sementara itu di sebuah ruangan khusus yang bisa dipakai untuk pertemuan penting, Diego dan Stanley sibuk mengotak-atik sesuatu.     

Di atas meja bundar ada beberapa perangkat hitam yang rumit dan satu buah laptop milik Stanley. Di tengahnya ada perangkat kubus hitam dengan lubang lensa di tengah kubus tersebut.     

Begitu diaktifkan lensa dari kubus tersebut memancar ribuan garis membentuk sebuah hologram di tengah udara. Gambar visual sosok manusia muncul disana. Hanya saja sosok ini tidak memiliki rambut ataupun wajah. Sosok ini seperti boneka mannequin tanpa wajah yang dipasang di toko-toko pakaian.     

"Nah, sekarang wajah seperti apa yang ingin kau masukkan. Kau tinggal mengupload sebuah wajah dari gambar dan mengaplikasikannya pada Tiffany 2."     

"Apa aku sudah bisa memberi perintah padanya?"     

"Bisa. Aku sudah memasukkan aktivasi suaramu kedalamnya. Kau harus menyebut namanya terlebih dulu lalu dia akan melakukan apapun yang kau perintahkan."     

"Baiklah. Tiffany."     

"Ya, tuan Diego."     

"Tampilkan Yuna Miyazaki."     

"Menampilkan Yuna Miyazaki."     

Sedetik kemudian muncul gambar visual lain disamping hologram mannequin tersebut. Kali ini gambar seorang gadis imut berambut hitam dengan bola mata besar seperti boneka.     

Stanley terheran-heran mengapa Diego ingin menampilkan wajah gadis Jepang untuk program Tiffany 2?     

'Yuna Miyazaki adalah anak perempuan yang mengajukan proposal pernikahan dengan Tuan besar Rengz.' Seolah bisa membaca pikirannya, Eleanor memberi jawaban pada Stanley melalui headset bluetoothnya.     

"Ooo? Kau memasukkan wajah tunanganmu?"     

Diego yang sudah selesai mengaplikasikan wajah Yuna kedalam sosok mannequin menatap pamannya dengan bingung.     

"Paman tahu?"     

"Barusan Eleanor memberitahuku. Aku juga tahu kau sama sekali tidak ingin menikah dengannya. Mengapa kau memasukkan wajahnya? Apakah mungkin kau setuju menikah dengannya?"     

"Mana mungkin? Aku tidak mau menikah dengannya. Dia itu iblis bermuka malaikat. Dia adalah perempuan yang menakutkan."     

Iblis bermuka malaikat? Menarik sekali. Pikir Stanley.     

"Jika dia memang semenakutkan itu, mengapa kau memakai wajahnya? Kau akan melihat wajahnya setiap hari."     

"Aku memang tidak ingin menikahinya saat ini bukan berarti aku tidak ingin menikahinya lima tahun kedepan."     

Jawaban Diego membuat Stanley kehabisan kata-kata.     

"Baiklah, aku menyerah." ujar Stanley sembari mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Kau bisa mengambil alih dari sini kan? Aku akan bergabung dengan lainnya."     

"Iya. Terima kasih paman."     

Setelah Stanley keluar dari ruangan tersebut, Diego menyelesaikan prosedur terakhir yang mana Tiffany 2 akan menganggapnya sebagai satu-satunya masternya.     

Proses loading program tersebut hanya memakan waktu dua menit sebelum hologram tersebut menghilang kembali pada perangkat kubus yang terkoneksi pada gelang platinum Tiffany.     

Gelang platinum ini mirip seperti apa yang dipakai Katie dulu hanya saja gelang yang ini lebih lebar dan cocok untuk dipakai oleh seorang pria.     

"Aktifasi suara, Miyu."     

"Selamat siang Tuan Diego. Program helper Miyu siap melayani anda."     

Diego tersenyum miring mendengarnya. Rupanya dia telah mengganti nama Tiffany 2 menjadi Miyu… nama yang sangat enak didengar di telinganya dan terasa manis di lidahnya.     

-     

SPIN OFF - DIEGO     

Begitu selesai mengaktifkan Miyu secara menyeluruh, Diego segera menggunakannya. Dia menekan tombol yang tak terkentara pada gelangnya, lalu muncullah seorang gadis mungil yang memiliki wajah serta tubuh seperti Yuna.     

"Miyu, cari tahu posisi Yuna Miyazaki."     

Helper Miyu menggerakkan tangannya kesamping dari kiri ke kanan, lalu muncullah sebuah peta yang bergerak sendiri memperlihatkan bandara Washington. Tidak lama kemudian dia melihat Yuna sedang duduk di lounge bar menunggu keberangkatan pesawatnya.     

"Apa kau bisa meretas hapenya."     

"Bisa tuan. Apa yang anda ingin saya lakukan?"     

Untuk beberapa saat Diego hanya diam menyelidiki gerak gerik gadis itu. Gadis itu memakai boots tinggi yang dia ketahui pasti ada sebuah senjata yang tak bisa terdeteksi oleh mesin pendeteksi logam didalam bootnya. Dia juga melihat ada pulpen yang ujungnya terlihat mencuat disaku mantelnya.     

Itu bukan pulpen biasa, tapi pulpen listrik guna menyengat seorang yang hendak menyerangnya.     

Aneh sekali, mengapa gadis itu membawa senjata andalannya? Bukankah dia tidak perlu membawanya jika ada Vectis di dekatnya?     

Apakah mungkin…     

Diego menyeringai lebar karena dia yakin sekali saat ini Vectis tidak berada disisi Yuna. Seketika moodnya yang ingin mengerjai gadis muncul begitu saja. Dia langsung memikirkan ide cemerlang yang pas untuk mengerjai gadis itu. Dia masih belum membalas perbuatan Yuna yang seenaknya menciumnya dan membuatnya takut ketika ingatannya akan kehidupan masa lalu belum kembali.     

Sementara itu, Yuna Miyazaki yang tidak tahu apa-apa rencana Diego terhadap dirinya tengah sibuk melihat acara variety show di youtube melalui ponselnya. Tidak lama kemudian sebuah notif muncul menganggu keasyikannya.     

Dengan enggan Yuna membuka notif tersebut dan baru diketahuinya ada sebuah pesan masuk dari orang tak dikenalnya.     

'I see you' – aku melihatmu (aku bisa melihatmu sekarang)     

Seketika Yuna menjadi waspada dan langsung bangkit berdiri mengerling kesekeliling mencari orang yang mencurigakan.     

'Don't bother' – tidak perlu (tidak perlu mencari karena Yuna tidak akan bisa menemukannya.)     

Yuna mengepalkan kedua tangannya dengan erat seketika menjadi takut.     

Siapa yang sedang mengawasinya? Apakah mungkin investigasi yang dilakukannya diam-diam di Washington sudah diketahui? Apakah kini mereka mengikutinya?     

Tidak mungkin! Vectis sudah memastikannya untuk tidak terlacak sehingga dia bisa menyusup keluar masuk tanpa diketahui.     

Ugh, kenapa orang ini muncul disaat Vectis miliknya tidak ada bersamanya?     

Yuna membiarkan rasa takutnya menjalari sekujur tubuhnya. Dia juga membiarkan hatinya merasa was-was dan gelisah. Hanya dengan begini Vectisnya akan muncul begitu merasakan dirinya terancam bahaya.     

Vectis memang selalu berada disisi anak 'berkat'nya. Tapi tidak bisa berada disisinya selama 7x24 jam. Sama seperti manusia Vectis membutuhkan istirahat.     

Bedanya, istirahat ala Vectis dan manusia itu sangat berbeda. Jika manusia bisa beristirahat dimanapun dia mau, entah itu di kursi, di rumah, di taman ataupun refreshing sebentar di luar kota. Kalau Vectis bukan seperti itu.     

Vectis bukanlah makhluk berasal dari dunia ini melainkan berasal dari dunia lain. Untuk datang kemari dan bertahan di atmosfir bumi ini membutuhkan sebuah ketahanan tubuh yang sangat besar. Karena itu seminggu sekali atau dua kali tergantung ketahanan tubuhnya, Vectis harus kembali ke dunia asalnya untuk meregenerasi energinya.     

Namun Vectis tetap akan datang jika seandainya anak 'berkat'nya dalam bahaya meskipun dia sendiri sedang lemah. Masing-masing Vectis bisa merasakan ketakutan dari anak berkatnya bila mereka berada dalam bahaya. Sama halnya dengan Vectis milik Yuna yang berada di dunia asalnya. Dia bisa mendengar detak jantung Yuna yang gelisah dan juga…     

'Vectis,' dia bisa mendengar Yuna memanggilnya.     

Tidak lama kemudian Vectis muncul disisi Yuna yang masih mencengkeram hapenya dengan gemetar.     

"Nona Yuna, ada apa?"     

"Aku tidak tahu. Bisakah kau mencari tahu siapa yang sedang mengawasiku?"     

"Baik."     

Sepasang mata merah biru bersinar terang dan seketika seorang Vectis yang sama persis tiba-tiba muncul dihadapan Diego yang menyeringai lebar.     

"Tuan Diego, apa yang anda lakukan?"     

"Wah, kemampuanmu memang hebat. Kau bisa langsung tahu kalau aku yang mengawasinya?"     

"…"     

Sedetik kemudian bayangan Vectis yang dilihat Diego menghilang dan langsung memberitahu pada Yuna bahwa tidak ada orang berbahaya yang mengawasinya. Hanya Diego yang usilnya keterlaluan saat ini mengawasi dari langit.     

"DIEGO?!!" seru Yuna tak percaya.     

Dia langsung mengambil ponselnya dan mengirim balasan pada pesan misterius itu yang ternyata tidak lain berasal dari Diego.     

'Aku akan menghajarmu begitu kau kembali nanti!!'     

Diego tertawa terbahak-bahak membaca pesan berisi ancaman itu.     

'Aku akan menantikannya.' Begitulah balasan pesan dari Diego.     

"Hmph!" Yuna mendengus sebal lalu membiarkan Vectis kembali lagi ke dunia asalnya, sementara Yuna melangkah menuju ke gerbang jalan masuk ke pesawat karena sudah waktunya naik ke pesawat.     

Pandangan Diego masih belum terlepas dari gambar hologram yang menunjukkan Yuna sedang berjalan menarik koper kecilnya dengan anggun.     

"Miyu, pastikan dia mendarat di New York dengan selamat. Beritahu aku jika dia sudah tiba di rumahnya."     

"Baik."     

Setelahnya Diego menyimpan kembali Helper Miyu dan keluar untuk bergabung dengan para saudara sepupunya. Dia menikmati kebersamaan mereka selama sisa perjalanan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.