My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Pesawat Jet Pribadi



Pesawat Jet Pribadi

2Keesokan paginya tepat jam 9 pagi mereka semua berangkat ke bandara. Total mereka berjumlah tiga puluh delapan orang dan semuanya sangat antusias untuk bersenang-senang di resort terbaru Flex group di Honolulu.     

Mobil mereka langsung masuk melewati jalur utama menuju ke landasan khusus karena mereka akan naik pesawat jet pribadi.     

Pesawat jet ini merupakan pesawat jet terbesar yang pernah ada. Pesawat ini bisa memiliki lima kamar tidur pribadi serta sanggup menampung setidaknya 50 orang dan jarak diantara mereka masih leluasa.     

"Apa kau pernah naik pesawat pribadi milik Vincent?" tanya Leon Wu, suami dari Lina pada Lina.     

"Belum. Aku juga belum pernah naik."     

"Kenapa kau penasaran sekali?" kali ini yang bertanya adalah saudara kembar Leon yang merupakan suami dari Lizzy.     

"Bukankah kau juga penasaran sayang?" goda Lizzy pada suaminya sambil mengelus lembut rambut ikal sang suami.     

Lyon Wu sang suami hanya mendesah. "Aku penasaran tapi tidak akan mengungkapkannya. Kita sedang bersama keluarga besar Tuan besar Regnz, apakah tidak normal kalau aku gugup?"     

Lizzy tertawa kecil mendengar ocehan suaminya. Yah, wajar saja kalau suami mereka sangat gugup karena ini kedua kalinya mereka bertemu dengan keluarga besar Regnz serta Alvianc.     

Yang pertama kalinya adalah saat dua keluarga besar itu menghadiri pernikahan mereka sekitar enam tahun yang lalu. Pernikahan si kembar diadakan hari yang sama dan diadakan di Singapura karena kebanyakan keluarga besar mempelai pria berasal dari Singapura, Indonesia serta sekitarnya.     

Keluarga Wu memang keluarga yang mampu dan termasuk salah satu orang terkaya di Singapura. Tapi tidak semua keluarga serta teman-temannya sekaya mereka dan level kekayaan mereka bagaikan semut dihadapan Tuan besar Regnz serta Tuan besar Alvianc.     

Karena Vincentius sendiri yang mengundang mereka untuk berlibur bersama di resort terbarunya di Honolulu, mereka tidak bisa menolak. Apalagi Vincent yang membiayai semua transportasi mereka dan kebutuhan mereka selama di Amerika.     

Saudara kembar Wu merasa antusias serta gugup bersamaan. Mereka merasa segan dan takut kalau mereka akan menyinggung kedua Tuan besar yang berkuasa itu.     

"Tenanglah. Saudara iparku tidak mengerikan seperti yang kau bayangkan." ujar Lizzy dengan nada menenangkan. "Seharusnya kita mengajak anak-anak kita. Pasti akan seru sekali."     

"Kau benar." sambung Lina menyetujuinya.     

Benar. Mereka sengaja tidak mengajak anak-anak mereka karena suami mereka yang melarangnya. Anak mereka masih berusia dua hingga tiga tahun. Saudara kembar Wu tahu diri dan tidak ingin menjadi beban bagi lainnya apalagi mengetahui anak-anak mereka yang paling muda dan pasti akan sangat merepotkan. Ditambah cuaca iklim yang sangat berbeda dengan Singapura yang suhunya sejuk dan tidak sedingin di Amerika di musim dingin ini.     

Sementara Anna beserta Pierre sama sekali tidak memiliki anak karena keduanya merasa nyaman dengan keadaan mereka. Keduanya sama-sama masih fokus pada karir mereka yang sedang berada di puncaknya dan setuju untuk tidak memiliki anak. Mereka tidak ingin anak mereka tidak mendapatkan kasih yang cukup karena kesibukan mereka.     

Berbeda dengan saudara kembar Wu yang gugup dan takut menyinggung kedua Tuan besar hebat tersebut, Pierre tampak santai berhubungan dengan kedua tuan besar tersebut meskipun Pierre sendiri bukanlah orang hebat atau semacamnya.     

Pierre bekerja di dunia entertainer sebagai produser serta music director dari beberapa film yang terkenal di Perancis. Tapi dia sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan keberadaan Tuan besar Alvianc dan Regnz.     

"Bibi Lizzy, kalian tidak membawa Leyla dan Luke?" sapa Chleo yang kebetulan naik satu mobil dengan Lina dan Lizzy.     

"Kami ingin membawa mereka, tapi sang ayah begitu khawatir kalau mereka akan jatuh sakit karena iklim yang berbeda."     

"Ah, sayang sekali. Aku harap aku bisa bertemu dengan mereka suatu saat nanti."     

"Kau kan sudah bertemu dengan mereka?"     

"Melalui video call. Itu sangat berbeda dengan bertemu langsung. Aku ingin memeluknya, menciuminya dan juga bermain bersamanya. Paman Wu, jangan lupa membawa mereka lain kali saat kalian datang ke Amerika lagi ya."     

"Tentu saja. Terima kasih nona Regnz. Kau sungguh baik sekali."     

"Ha? Jangan panggil aku seperti itu. Panggil namaku saja, aku kan keponakan kalian juga." ujar Chleo dengan kasual namun masih ada nada penuh hormat pada suaranya.     

Chleo menemani mereka dan saling berbincang-bincang ringan. Cara pembawaan Chleo yang santai tapi tetap penuh hormat pada kedua pamannya yang hampir-hampir tidak pernah bertemu membuat dua bersaudara Wu menjadi lebih rileks.     

Disaat bersamaan Katie yang naik mobil lain bersama Kinsey serta Meisya dan ibunya juga ikut penasaran akan pesawat jet pribadi milik Vincent.     

"Kinsey, kau pernah naik pesawat yang akan kita naiki?"     

"Belum. Ini pertama kalinya aku akan naik pesawatnya."     

"Memangnya ada yang istimewa dengan pesawat jet pribadi lainnya?" tanya Meisya keheranan.     

Dulunya Meisya adalah seorang putri kerajaan di Prussia sehingga terkadang dia akan naik pesawat jet pribadi milik kerajaan bila dia hendak bepergian ke negeri seberang untuk menghadiri jamuan teh bangsawan lainnya.     

"Entahlah."     

"Aku dengar pesawat ini dirancang khusus untuk acara seperti ini. Tampaknya sudah lama Vincent ingin membuat semua keluarga besar kita berkumpul bersama seperti ini." jawab Stanley dengan geli.     

"Lebih tepatnya dia ingin mewujudkan impian istrinya." sindir Kinsey membuat Meisya dan Katie tertarik.     

"Memangnya apa impian Cathy?"     

"Aku ingat Rinrin pernah bilang salah satu impiannya adalah mengumpulkan semua saudara-saudaranya yang sudah menikah beserta anaknya di suatu tempat pribadi tapi lengkap dengan fasilitas seperti di kota. Lalu merayakan hari tahun baru bersama dan menghabiskan liburan bersama."     

"Ah, aku juga ingat itu." sambung Stanley. "Waktu itu Vincent berjanji akan mewujudkan impiannya suatu saat nanti."     

"Dan kami menyindirnya waktu itu."     

"Kenapa kalian menyindirnya? Bukankah hari ini terwujud juga?" tanya Meisya penasaran.     

"Coba pikirkan kembali. Anna menikah dan pindah ke Perancis, si kembar juga dibawa pergi dari Amerika oleh suami mereka. Sementara kalian sendiri juga pindah ke Belanda. Dengan jarak yang jauh seperti ini apakah masuk akal kita bisa bertemu kembali kalau bukan karena undangan pernikahan?"     

Katie dan Meisya mulai mengerti. Memang terdengarnya sangat mustahil mengumpulkan kembali semua orang yang telah berpindah tempat yang sangat jauh kalau bukan karena undangan pernikahan.     

"Tapi sepertinya Vincent berhasil mewujudkannya juga."     

"Yah, membutuhkan waktu empat tahun untuk mendesign pesawat jet pribadinya dan juga lima tahun untuk mendesign serta membangun resort Honolulunya." sambung Stanley.     

"Kalian beruntung sekali." ungkap Keisha yang sedari tadi hanya mendengarkan. "Kalian bertemu dengan keluarga besar yang dipenuhi dengan kasih."     

Keempat orang dewasa tersebut tersenyum bahagia dan saling memandangi pasangannya masing-masing dengan sukacita. Mereka memang beruntung saling bertemu satu sama lain dan memiliki keluarga yang dipenuhi kasih.     

Mereka semua sadar pusat kasih yang mereka rasakan hingga mengeratkan hubungan persaudaraan mereka yang jumlahnya sangat banyak adalah Cathy.     

Jika Cathy tidak menjangkau para sepupunya, jika Cathy tidak begitu memperhatikan para saudaranya, maka mungkin Vincent tidak akan berpikiran untuk merencanakan liburan keluarga besar ini.     

"Aku tidak sabar bermain bersama kak Diego."     

"Tidak bisa, aku duluan yang main sama kak Diego."     

"Anak perempuan harusnya bermain bersama anak perempuan, bukannya bersama anak lelaki."     

Mereka hanya tertawa geli melihat lima anak-anak mereka yang masih berdebat seru ingin bermain bersama Diego. Lagipula Diego memang memiliki ide-ide kreatif dalam menciptakan sebuah permainan.     

Tidak heran target pertama mereka untuk diajak bermain bersama adalah Diego.     

Tidak lama kemudian mereka tiba di bandara dan sebuah pesawat yang sangat besar terlihat oleh banyak mata yang penasaran.     

Seorang petugas bandara membuka pintu mobil dengan sopan dan menyapa para penumpang.     

"Selamat datang untuk bertemu dengan CDR 777."     

CDR 777? Apakah itu nama untuk pesawat jet yang akan mereka naiki?     

Tanpa menunggu lagi, para penumpang segera menaiki pesawat tersebut dan membiarkan para petugas yang membawa barang bawaan mereka. Begitu masuk dan melihat isi kedalamnya, hampir semuanya terpana melihat isi dalamnya.     

Semuanya mendecak kagum akan apa yang disuguhkan dihadapan depan mereka.     

Semua… kecuali Vincent dan Diego.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.