Diego Pingsan
Diego Pingsan
Seketika suara jeritan histeris membuat tiga orang datang menghampirinya. Sama seperti Chleo, Evie juga sangat terkejut akan apa yang dilihatnya. Meskipun dia sering berdebat hebat dengan Diego, tapi Evie tetap menyayangi Diego seperti adiknya. Karena itu dia sangat khawatir dan turut meneteskan air mata ketika melihat tangisan Chleo yang semakin menjadi karena Diego tidak kunjung bangun.
Dengan cekatan Axel memapah Diego sambil menyuruh Dexter untuk menghubungi dokter pribadi keluarga Hammilton.
Kemudian mereka menaikkan Diego ke mobil sementara Evie membantu Chleo dengan mengambil jaket dan selimut yang bisa ditemuinya untuk menghangatkan tubuh Diego.
Axel dan Dexter masih duduk didepan karena Dexter yang menyetir mobil mereka sementara Diego diapit oleh Chleo dan Evie di kursi penumpang. Chleo serta Evie memeluk Diego dengan sangat erat berharap bisa meningkatkan suhu tubuh Diego.
Chleo masih terisak sambil terus berusaha membangunkan Diego sementara Axel menghubungi seseorang untuk menyiapkan sebuah kamar vip untuk Diego.
Begitu mereka tiba di rumah sakit, sudah ada tiga atau empat dokter yang turun tangan langsung menangani kondisi Diego. Mereka segera membawa Diego ke ruang intensif untuk mengecek kondisi Diego.
Disaat normal seharusnya Chleo dan Evie bertanya-tanya bagaimana bisa ada empat dokter sekaligus mengecek kondisi adik mereka. Tapi karena mereka terlalu khawatir dan panik, mereka sama sekali tidak memikirkan hal ini.
Saat ini mereka hanya bisa berdoa dan berharap bahwa Diego akan baik-baik saja.
"Dia pasti baik-baik saja. Dia itu anak yang usil dan kuat, dia tidak mungkin tumbang seperti ini dengan mudah. Jangan kuatir." hibur Evie seraya memeluk Chleo yang masih menangis.
Axel tidak tega melihat Chleo yang menangis sesunggukan seperti ini. Dia duduk disebelah Chleo lalu mengelus lembut puncak kepalanya. Secara perlahan Chleo bergerak memisahkan diri dari Evie lalu berpindah masuk kedalam pelukan Axel.
"Tenanglah. Adikmu akan baik-baik saja."
"Hiks…hm…hiks. Dia akan baik-baik saja." isak Chleo setelah mulai merasa lebih tenang dari sebelumnya.
Sepertinya pelukan Axel yang terbilang cukup dingin ini membuatnya merasan nyaman. Suara pria itu yang lembut juga membawa kedamaian untuk hatinya yang gelisah ini.
Tidak lama setelahnya, salah satu dokter yang mengecek kondisi Diego keluar dan memberitahu mereka bahwa selain tubuh dingin Diego yang abnormal, anak itu akan baik-baik saja. Adiknya terlalu lama berbaring di lantai yang dingin dan diterpa angin dingin tanpa menggunakan jaket apapun sehingga tubuhnya bisa menjadi dingin seperti es.
Untungnya, mereka menemukan Diego tepat waktu sebelum jantungnya melemah karena suhu tubuh yang terlalu dingin. Karena itulah kondisi anak remaja itu tidak terlalu berbahaya.
Mendengar laporan dari dokter tersebut membuat mereka mendesah lega.
Aiya, Diego. Kenapa kau berbaring di halaman belakang tanpa mengenakan jaket? Kau nyaris membuat kakakmu terkena serangan jantung. Keluh Evie dalam hati.
Chleo hendak mengurus prosedur mengenai rawat inap adiknya di bagian administrasi. Tapi ternyata seseorang telah menyelesaikan prosedur itu terlebih dulu. Yang lebih mengherankan lagi, adiknya kini ditempatkan di salah satu kamar vip terbaik rumah sakit ini.
Apakah tadi dia memesan kamar vip? Seingatnya dia tidak memesankan apa-apa meski dia memang berencana memesankan kamar vip untuk adiknya sebelumnya.
Apa mungkin Evie yang membantunya membereskan semua prosedurnya? Apakah mungkin sepupunya juga yang memesankan kamar vip untuk adiknya?
Belum sempat bertanya langsung, pikiran Chleo langsung teralihkan oleh pertanyaan Evie.
"Apakah kau akan memberitahu paman V dan bibi Cathy?"
"Tidak. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir." jawab Chleo dengan cepat. "Lagipula dokter bilang Diego baik-baik saja. Kita hanya perlu memastikan suhu tubuhnya kembali normal dengan memasang penghangat tubuh dan ruangan kamarnya. Jadi jangan beritahu mereka."
"Baiklah. Aku tidak akan memberitahu mereka. Sudah larut malam. Aku harus pulang sekarang kalau tidak papa dan mamaku akan curiga."
"Hm. Terima kasih karena sudah membantuku."
"Aku tidak membantu apa-apa. Lagipula Diego adalah adikku juga, tentu saja aku ikut mengkhawatirkannya."
Chleo tersenyum mendengarnya. Sepertinya ini yang pertama kalinya Evie mengakui bahwa Diego adalah adiknya. Kalau sampai Diego mendengar hal ini keluar dari mulut Evie, sudah pasti Diego akan meledeknya dan menggodanya seharian penuh.
"Beritahu aku kalau dia sudah sadar. Katakan padanya mulai sekarang aku tidak akan membelikannya makanan manis lagi karena telah membuat kita terkena serangan jantung."
Chleo tertawa kecil mendengarnya. "Baiklah aku akan mengatakannya. Tapi jangan salahkan aku kalau dia akan mengomel dan meledekmu."
"Siapa yang takut? Aku lebih suka dia meracau menyebalkan daripada pingsan tidak jelas seperti itu."
Chleo menanggapinya dengan senyuman sedih.
Apa yang dikatakan Evie memang benar. Kalau tidak ada Diego yang bawel, kondisi rumahnya serasa sepi.
'Diego, kau harus bangun secepatnya.' doa Chleo dalam hati.
-
Sekitar pukul empat pagi, jari telunjuk Diego mulai bergerak-gerak secara teratur. Berikutnya kelopak matanya yang mulai terbuka secara perlahan-lahan. Setelah mengerjap beberapa kali Diego mulai bisa melihat kesekelilingnya yang sudah pasti bukan kamar tidurnya.
Dimana ini? Terakhir kali yang diingatnya adalah ketika dia berdiri di depan makam kakaknya, lalu perempuan itu menghampirinya dan mengatakan sesuatu soal kembali ke masa lalu… setelah itu…
Sepasang mata Diego terbuka lebar membelalak begitu ingatannya berjalan dengan jelas. Bukan satu tapi lebih dari satu ingatan yang saling bertolak belakang membaur menjadi satu di otaknya.
Diego memegang kepalanya dengan sebelah tangannya karena begitu banyaknya ingatan yang melintas di pikirannya dalam kecepatan tinggi. Dia bahkan belum sempat memproses bayangan ingatan tersebut dan langsung berganti pada bayangan ingatan lain membuat kepalanya terasa pusing.
Diego memejamkan matanya untuk menenangkan diri. Dia juga mencoba menerima semua bayangan asing yang tidak pernah dialaminya mengalir begitu saja di otaknya. Tampaknya kepalanya tidak terlalu pusing jika dia tidak melawan ingatan tersebut.
Kedua bayangan ingatan yang saling bertolak belakang itu adalah bayangan ingatan Diego di kehidupan dimana Kinsey dan Katie tidak ada didunia ini serta ingatan Diego yang selama ini dijalaninya.
Kening Diego mengernyit ketika wajah bahagia Paman Kinsey serta Bibi Katie muncul dikepalanya. Mereka berdua malahan memiliki dua anak yang menggemaskan!
Bayangan gambar macam apa ini? Mana mungkin orang yang sudah mati bisa hidup kembali?
Dan lagi dia melihat wajah kakaknya dalam dua versi. Yang satu versi Chleo berambut merah yang tidak suka bergaul dan dipenuhi dengan ketakutan sedangkan yang satu versi Chleo berambut hitam yang ceria dan super ceroboh namun memiliki karisma yang tidak bisa ditolak para pemuda.
Diego memijat keningnya dengan lembut berusaha memahami apa saja yang sedang melintas di pikirannya. Di satu sisi Diego merasa hidup di dunia bersama versi Chleo berambut merah, di sisi lain Diego merasa tengah hidup di dunia Chleo versi berambut hitam.
Begitu kedua ingatan tersebut membaur menjadi sempurna, kedua mata Diego terbuka menunjukkan sepasang mata biru yang dingin dan dipenuhi pengalaman gelap yang seharusnya tidak dimiliki Diego di usianya yang masih enam belas tahun.