Rencana Chleo
Rencana Chleo
Pertanyaan ini sangatlah terdengar konyol bila diajukan pada para raja warna. Karena pada umumnya para raja warna hanya bisa jatuh cinta satu kali hingga kematian mereka.
Apalagi bagi raja biru. Begitu dia menemukan cinta sejatinya, hatinya hanya akan dipenuhi oleh perempuan itu dan tidak akan memikirkan wanita lain masuk kedalam hatinya.
Karena itulah pertanyaan ini sangat mudah untuk dijawab.
"Bagaimana aku bisa mempercayakannya padamu? Kalian belum lama saling kenal. Bagaimana kau yakin kau akan menyukainya untuk seterusnya? Bagaimana kalau kalian bertengkar? Bagaimana kalau perasaan salah satu kalian dari kalian memudar? Apa kau yakin kau bisa menyukainya dalam jangka waktu yang lama?"
"Evie," panggil Chleo dengan nada peringatan.
Namun Evie sama sekali tidak menggubrisnya dan tetap menunggu jawaban seperti apa yang akan diberikan Axelard.
"Aku tidak bisa menjamin apakah kedepannya kami bisa selalu berdamai atau tidak. Mungkin kami akan bertengkar, mungkin kami juga akan memiliki perbedaan pendapat. Tapi aku bisa menjamin satu hal." Axel menoleh ke belakang untuk menatap lurus ke arah Chleo dengan penuh cinta. "Chleo adalah satu-satunya orang yang kuinginkan untuk berada disisiku hingga hari tua kami. Aku tidak menginginkan orang lain selain dirinya."
Mendengar ini membuat Evie melongo tidak percaya sementara Dexter membusungkan dadanya dengan bangga sambil tersenyum dengan riang. Akhirnya! Akhirnya atasannya ini mengakui perasaannya pada Chleora Regnz!
Dia tidak sabar ingin memberitahukan hal ini pada kedua orangtuanya dan juga pada Fye.
Evie melirik ke arah sebelahnya dan sangat terkejut ketika melihat rona merah menghiasi wajah sepupunya dengan sempurna. Tidak hanya itu, Chleo yang selama ini tidak pernah bersikap malu-malu, sekarang menundukkan kepalanya dan sesekali melirik ke arah Axel sambil tersenyum malu-malu?!
Evie memandangi sepupunya setengah percaya dan tidak. Kini dia menyadari sesuatu… dia menyadari perbedaan yang sangat kentara dari sikap sepupunya ini. Dia tidak pernah bersikap malu-malu seperti ini saat berduaan dengan Alexis. Chleo juga tidak pernah mencuri pandang pada seorang pria seperti yang dilakukan Chleo saat ini.
Selama ini Evie berpikir Chleo sudah jatuh cinta pada Alexis dan nyaman bersama pemuda itu sehingga dia tidak perlu bersikap malu-malu seperti ini. Ditambah lagi Chleo selalu merasa senang tiap kali Alexis datang mengunjungi kampusnya. Eh? Bukankah gadis itu juga merasa senang ketika Diego datang mengunjunginya? Atau saat Theo yang kebetulan mengikuti study tour di Seattle?
Apakah itu berarti yang sebenarnya Chleo tidak memiliki rasa khusus terhadap Alexis? Perasaan yang dimiliki Chleo hanyalah sebuah perasaan nyaman seperti saat bersama keluarganya?
Dan sekarang… Chleo jatuh cinta pada pemuda yang baru ditemui mereka bulan lalu? Kali ini benar-benar jatuh cinta?
Evie memijat keningnya karena masih belum bisa mencerna segala informasi yang ditemukannya ini. Tapi sedetik kemudian, wajahnya mengulas senyuman.
Evie menggenggam sebelah tangan Chleo dengan lembut.
"Chleo, aku merasa senang untukmu. Akhirnya kau mengetahui kalau kau tidak memiliki perasaan yang tumpul."
Senyuman Chleo semakin cerah mendengar ucapan selamat dari sepupunya.
Akhirnya dia mendapatkan persetujuan dari Evie. Kini yang tersisa tinggal Diego. Jika seandainya Chleo bisa mendapatkan dukungan dari Evie dan Diego, setidaknya dia tidak perlu khawatir jika seandainya ayahnya mengetahui keberadaan Axel didekatnya.
Dua orang itu akan membantunya membujuk sang ayah agar bisa menerima hubungannya dengan Axel. Chleo yakin sekali, Diego akan mendukungnya lalu bersama-sama membujuk ibu mereka. Begitu ibunya memberi restu, maka mendapat izin dari sang ayah sudah bukanlah sesuatu yang mustahil lagi.
Chleo memang sengaja merencanakan ini setelah mengingat kembali ada dua pengawal baru yang tengah mengawasinya diam-diam. Dia juga tidak bertanya pada mereka apakah mereka sudah melaporkan kedekatannya dengan Axel pada ayahnya atau tidak. Dia tidak ingin membuat keduanya menjadi curiga dan malah mencari cara untuk memisahkan mereka.
Chleo bersenandung gembira tidak sabar ingin memberitahu adiknya. Dia yakin sekali adiknya akan mendukungnya seratus persen karena dia tahu satu-satunya orang yang pasti akan membelanya serta mendukungnya tidak peduli apapun yang ia lakukan adalah Diego Regnz.
Selama dalam perjalanan ke rumah Chleo, mereka berempat saling berbasa-basi. Evie juga mulai bersikap bersahabat terhadap Axel. Dia juga tidak mengungkit masalah Alexis lagi. Mereka menikmati obrolan ringan mereka hingga tiba di rumah sederhana Chleo.
Keempatnya langsung turun dari mobil begitu Dexter memakirkan mobilnya. Evie dan Chleo berjalan didepan sementara dua pria mengikuti mereka dari belakang.
"Axe, aku turut senang mendengar kalian telah resmi menjalin hubungan." ungkap Dexter dengan tulus.
"Kupikir kau sudah mengetahuinya? Kami sudah menjadi sepasang kekasih sejak minggu lalu."
"Ah. Aku tidak tahu. Kau tidak pernah memberitahuku."
Axel menepuk pundak Dexter dengan lembut. "Kalau begitu masih banyak yang harus kau pelajari." ucapnya lalu berjalan meninggalkan Dexter yang sedang termenung berusaha mencerna kalimat terakhirnya.
Dengan kata lain, Dexter masih harus mengasah kepekaannya terhadap apapun yang terjadi disekitarnya?
Dexter menghela napas. Memangnya apa yang bisa kau harapkan terhadap orang yang baru saja menerima ijazah wisudanya beberapa bulan yang lalu?
Dia diterima sebagai CEO dihadapan para komisaris saja sudah merupakan sesuatu yang harus dibanggakan. Tapi Axel malah mengharapkan yang lebih darinya. Sungguh. Terkadang atasannya yang merupakan raja biru ini mengharapkan sesuatu yang mustahil!
Chleo yang mencapai pintu rumah terlebih dulu membunyikan bel rumah beberapa kali. Karena tidak ada respon Chleo mengetuk pintu sambil memanggil adiknya.
"Diego, kau ada di dalam?"
"Apakah mungkin dia sedang di luar?"
"Kemarin dia bilang seharian ini dia ingin di dalam rumah. Katanya teman-temannya akan online untuk mengerjakan misi game online mereka hari ini."
"Mungkin dia terlalu sibuk mengerjakan misinya." dengus Evie cuek. "Kenapa kau tidak membukanya dengan kuncimu?"
"Ah, kau benar."
Axel tersenyum geli melihat tingkah kekasihnya. Terkadang disaat seperti ini ingatan tajam Chleo tidak berguna. Dia seringkali melupakan hal-hal sepele seperti membuka pintu.
Axel bisa melihat Chleo mengacak-acak isi dalam tasnya membuatnya menebak, gadis itu pasti kehilangan kunci rumahnya.
"Jangan bilang… kau menghilangkan kuncinya?"
Rupanya tidak hanya Axel yang bisa menebak, sepupu yang telah lama mengenal Chleo juga bisa menebaknya.
"Sepertinya aku lupa membawanya. Aku tidak ingat aku telah memasukkan kunci rumah ke dalam tas."
"Kunci cadangan?"
"Hehehe.. seharusnya ada disini," Chleo bergerak ke arah pot tanaman yang terletak di ujung teras rumahnya. Lalu dia menggeser pot tersebut hingga menemukan sebuah benda silver disana. "Disini!"
"Kenapa kau menyimpan kunci di bawah pot tanaman?" tanya Axel terheran-heran. Ini merupakan sesuatu yang baru dari sisi Chleo yang belum pernah dilihatnya.
"Aku tidak tahu apakah kau menyadarinya atau tidak, tapi anak ini super ceroboh. Dia paling juara kalau menghilangkan kunci rumah." jelas Evie membuat Chleo merasa malu.
"Evie, hentikan."
"Itu sebabnya dia menyediakan kunci cadangan di bawah pot agar sewaktu dia kehilangan kuncinya atau lupa membawa kunci rumah, dia tetap bisa masuk ke rumah."
"Evie," rajuk Chleo berharap sepupunya menghentikan celotehannya.
"Apakah kau masih menyukainya setelah mengetahui kelemahannya?"
"Evie!!"
Dexter hanya memijat hidungnya menghadapi sikap yang sangat blak-blakan dari kekasihnya.
"Aku masih menyukainya. Menurutku ekspresinya saat kebingungan terlihat menggemaskan."
Evie kehabisan kata-kata mendengarnya sementara Chleo merasa wajahnya kembali memanas.
Ternyata cinta itu memang buta ya. Axelard sama sekali tidak peduli dengan kecerobohan Chleo tingkat dewa ini.
"Sudah, berhenti meledekku. Ayo masuk." ajak Chleo sama sekali tidak mau menoleh kearah sepupu serta kekasihnya. Dia memutuskan mencari adiknya yang tidak kunjung keluar menyambut kepulangannya. "Diego? Diego? Apa mungkin dia sedang tidur?"
Chleo hendak berjalan menuju ke kamar adiknya ketika dia tidak menemukan adiknya di ruang utama. Untuk berjalan kekamar adiknya dia melewati pintu halaman belakang yang kebetulan saat ini sedang terbuka lebar.
Chleo berhenti sejenak sambil bertanya-tanya mengapa pintu belakang terbuka lebar. Akhirnya dia memutuskan untuk menutup pintu terlebih dulu baru kembali mencari adiknya.
Namun ketika dia berjalan mendekat dia melihat tubuh adiknya yang kini tergeletak di teras belakang.
"DIEGO!! Kau kenapa??"
Tanpa disadarinya, air mata mengalir deras ketika dia merasakan kulit adiknya yang kini sedingin es.