My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Ketahuan Oleh Evie



Ketahuan Oleh Evie

3Saat ini Chleo tengah menginterogasi Axel mengenai balutan pada tangan kanan pria itu.     

"Aku tidak sengaja memegang teko panas saat menyeduh teh tadi siang. Hanya luka kecil."     

"Lalu kenapa kau membalutnya seolah kau mengalami luka bakar parah?"     

Dengan santai Axel memandangi tangannya yang terbalut rapi tersebut dengan terheran-heran.     

"Aku juga tidak tahu. Kurasa ini pertama kalinya asistenku membalut tangan sehingga dia membalutnya secara berlebihan." jawabnya dengan sangat meyakinkan tanpa mengedipkan mata.     

"Kau membuatku khawatir. Kupikir kau mendapat luka serius. Apa kau benar baik-baik saja?"     

"Hm. Aku baik-baik saja. Hanya luka kecil."     

"Baiklah kalau begitu." sahut Chleo mendesah lega.     

"Ehem.. Chleo sayang, bisakah kau menjelaskan padaku situasi apa ini?"     

Glek! Tiba-tiba saja Chleo merasa sekujur tubuhnya merinding mendengar suara penuh curiga pada saudara sepupunya. Beginilah nasibnya kalau sudah terlalu panik. Dia terlalu mengkhawatirkan kondisi tangan Axel sehingga dia lupa sama sekali kalau Evie ada didekatnya menyaksikan adegan kecil mereka.     

"Ah, itu. Evie, sebenarnya…"     

"Ya?"     

Chleo memang berencana memberitahu sepupunya serta Diego hari itu juga. Tapi bukan dalam kondisi seperti ini.     

"Bisakah kita bicara di tempat lain? Rasanya tidak enak kita menjadi tontonan orang seperti ini."     

Evie mendelik kesal ke arah sepupunya. "Kau baru sadar kalian menjadi bahan tontonan? Sudah dari tadi semua mata melihat ke arah kalian gara-gara suaramu yang menggelegar itu. Dan semuanya juga melihat kalian ini seperti sepasang kekasih yang baru saja menjadi pasangan yang selalu ingin bermesraan. Dan sekarang kau baru menyadarinya?"     

Wajah Chleo tertunduk seperti anak yang sedang dimarahi sang ibu karena telah melakukan sebuah kesalahan. Sedangkan Axel hanya mengusap tengkuknya dengan canggung karena jujur saja, dia juga terlalu menikmati perhatian Chleo sehingga dia tidak sadar telah menjadi bahan tontonan siapapun yang berada di lobi.     

"Hei, bukankah orang itu adalah komisaris kita?"     

"Maksudmu orang yang berambut platinum. Dia adalah CEO kita kan?"     

"Bukan. Yang berambut hitam. Sepertinya aku pernah melihatnya datang bersama dengan pak CEO kita masuk ke rapat khusus para komisaris."     

Mulai terdengar desas desus yang merasa penasaran dengan Axel. Para wanita merasa terpana akan wajah tampan Axelard disaat bersamaan mereka merasa pernah bertemu dengan pria itu.     

Tentu saja mereka pernah melihatnya setidaknya satu kali menggunakan lift khusus yang langsung naik menuju ke lantai dimana kantor direktur utama berada. Waktu itu Axel sengaja memakai pakaian rapi serta kacamata hitam sehingga tidak ada yang bisa melihat wajahnya begitu jelas.     

Tentu saja, mata seorang wanita penggosip sangat tajam apalagi ketika melihat wajah tampan.     

"E, sudahlah. Sebaiknya kita pergi dari sini. Ayo." Bujuk Dexter dengan lembut seraya menarik kekasihnya yang sedang cemberut keluar dari lobi. Axel dan Chleo segera menyusul mereka.     

Begitu keempatnya menghilang dari pandangan, para wanita khususnya, langsung heboh dan menyebar gossip yang baru saja mereka lihat.     

'Barusan aku melihat pak CEO dengan kekasihnya.'     

'Ada pria tampan yang levelnya tidak ketulungan. Sayangnya sepertinya dia sudah punya kekasih.'     

'Bukankah pria tampan berambut hitam itu adalah salah satu komisaris kita?'     

'APA?! Itu berarti pria tampan tadi jabatannya lebih tinggi dari CEO Hammilton?'     

'Benar. Ah, sayang sekali. Mengapa dia sudah memiliki kekasih?'     

'Hei, ada yang mengambil fotonya? Kirimkan di grup dong. Aku juga mau lihat seperti apa orangnya.'     

Ada juga pegawai yang kebetulan tidak ada di lobi meminta foto Axelard bersama Dexter. Ternyata memang ada yang mengambil foto, tapi anehnya foto yang diambilnya tidak begitu bagus. Hasilnya terlihat buram sehingga wajah tampan Axelard tidak terlihat jelas.     

Sungguh sangat disayangkan! Padahal mereka berencana akan memasang foto Axelard sebagai wallpaper di ponsel mereka.     

Sementara itu didalam mobil, Evie tidak mau duduk didepan bersama Dexter melainkan duduk dibelakang bersama Chleo sehingga Axel yang menemani Dexter duduk di depan.     

"Jadi ceritakan semuanya padaku. Sejak kapan kalian menjadi dekat dan sejak kapan kalian saling bertemu dengan rutin? Mengapa kau tidak memberitahuku? Lalu bagaimana dengan Al… hm…hm…??"     

Kening Axel mengernyit mendengar pertanyaan terakhir Evie. Apa maksudnya dengan 'lalu bagaimana dengan Al…'? Al? Apakah itu sebuah nama? Nama seorang pria? Apakah Chleo sedang menjalin hubungan khusus dengan seorang pemuda dan menduakannya?     

Tidak. Itu tidak mungkin. Karena jika memang begitu, maka Axel akan mengetahuinya. Chleo sama sekali tidak pandai berbohong. Dia mungkin bisa menutupi apa yang tidak ingin dibicarakannya, tapi dia sama sekali tidak bisa berbohong. Dan gadis itu pernah meyakinkan padanya bahwa dia belum pernah memiliki kekasih.     

Karena itulah Axel yakin sekali saat ini Chleo tidak menjalin hubungan dengan pemuda manapun selain dirinya. Apalagi dia bisa melihat dengan jelas tatapan memuja gadis itu hanya ditujukan untuknya.     

Sementara itu Chleo sudah berkeringat dingin dan langsung saja membungkam mulut sepupunya yang hampir keceplosan menyebut nama Alexis.     

Untuk pertama kalinya dia sungguh berharap Evie bisa mengendalikan lidahnya. Tidak bisakah sepupunya sadar mereka sedang tidak sendirian dan menahan diri untuk bertanya? Apalagi menyangkut soal Alexis!     

Hingga saat ini dia masih belum memberitahukan Axel mengenai Alexis. Hubungan mereka masih terbilang baru dan dia takut jika dia memberitahu pria itu mengenai Alexis, Axel menjadi salah paham dan tidak suka padanya lalu meninggalkannya. Tentu saja Chleo tidak menginginkannya.     

Itu sebabnya dia ingin mencari waktu yang cocok untuk memberitahukan pria itu mengenai Alexis yang tengah menunggu jawabannya. Dia ingin berbicara baik-baik pada Axel agar pria itu tidak salah paham padanya dan dia bisa meyakinkan pria itu bahwa didalam hatinya hanyalah ada seorang Axelard dan bukan pria lain.     

Tapi kini Evie nyaris membongkar segalanya. Chleo tidak tahu apakah Axel sempat mendengar ucapan sepupunya atau tidak. Dia sungguh berharap pria itu tidak akan menanyakan soal ini padanya.     

"Evie, kita bicarakan ini saat kita berdua saja. Ya?" pinta Chleo dengan sangat sambil berbisik.     

"Kau ingin aku memberitahu paman V?"     

"Evie!" bisik Chleo dengan suara agak keras. "Ayolah. Jangan beritahu papa. Hm?" Chleo melancarkan senjata mautnya dengan memasang raut muka memelas sambil memiringkan kepalanya untuk menambah efeknya. Dia juga mengedipkan matanya beberapa kali dengan penuh perasaan membuat Evie mengerang frustrasi.     

"Ugh! Aku paling benci kalau kau sudah memasang muka seperti ini."     

Chleo masih mengedipkan matanya dengan imut sambil meremas jemari Evie seperti sedang bermain play doh.     

"Baiklah aku tidak akan memberitahu siapapun." ujar Evie akhirnya menyerah karena tidak sanggup melawan tatapan memelas dari sepupunya.     

"Kau memang yang terbaik. Aku sangat menyayangimu. Muach." pekik Chleo dengan gembira seraya memberi kecupan singkat pada pipi sepupunya membuat Evie tertawa geli.     

"Sebagai gantinya, aku ingin bertanya sesuatu."     

"Tanyakan saja."     

"Bukan padamu. Tapi pada Axelard," tiba-tiba saja Evie memanggil orang yang duduk didepannya. "Apakah kau menyukai saudara sepupuku?"     

"Benar. Aku sangat menyukai saudara sepupumu."     

"Bagaimana aku bisa mempercayakannya padamu? Kalian belum lama saling kenal. Bagaimana kau yakin kau akan menyukainya untuk seterusnya? Bagaimana kalau kalian bertengkar? Bagaimana kalau perasaan salah satu kalian dari kalian memudar? Apa kau yakin kau bisa menyukainya dalam jangka waktu yang lama?"     

"Evie," panggil Chleo dengan nada peringatan.     

Namun Evie sama sekali tidak menggubrisnya dan tetap menunggu jawaban seperti apa yang akan diberikan Axelard.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.