My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Ingatan Diego



Ingatan Diego

0Pada tanggal 20 Desember suhu udara sudah mulai turun dengan sangat drastis dan semua orang harus memakai pakaian tebal yang hangat ketika keluar dari rumah.     

Pagi itu Chleo bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan dan juga daging steak agar Diego bisa memanasinya saat adiknya ingin makan siang. Setelah itu dia masuk ke kamar adiknya diam-diam agar tidak membangunkan adiknya. Lalu dia membungkuk dan mencium sebelah pipi adiknya yang masih tertidur pulas.     

"Happy birthday, my little bro. You're not so little anymore. (Selamat ulang tahun adikku kecilku. Kau sudah tidak kecil lagi sekarang)." Bisiknya sambil tersenyum geli lalu membiarkan adiknya tertidur lelap seperti biasa.     

Biasanya ketika Chleo diam-diam masuk kekamarnya untuk mengucapkan ulang tahun padanya, Diego akan langsung terbangun begitu merasakan kakaknya mencium pipinya. Tapi kali ini dia tidak terbangun dan masih terlelap dalam tidurnya. Dia sedang bermimpi. Mimpi yang tidak bisa dibilang mimpi indah tapi juga tidak bisa dibilang mimpi buruk.     

Saat ini Diego tengah bermimpi sedang berdiri di depan sebuah makam seseorang. Dia bahkan sama sekali tidak menyadari bahwa dia sedang bermimpi seolah apa yang dirasakannya saat ini sangat nyata.     

Di makam yang sedang ditatapinya tertulis sebuah nama yang sangat disayanginya.     

Chleora Regnz, 10 Oktober 2021- 16 Juni 2047     

"Diego, sampai kapan kau akan berdiri didepan makam kakakmu? Dia tidak ingin melihat adik kesayangannya terlalut bersedih." Terdengar sebuah suara merdu dibelakangnya tapi Diego tidak menggubrisnya.     

"Kau sudah menemukannya?"     

"Maaf. Aku tidak bisa menemukannya. Orang itu sangat pandai menghapus jejaknya."     

Kedua tangan Diego mengepal dengan erat.     

"Kau ingin bertemu dengan kakakmu kembali? Aku bisa membantumu bertemu dengannya."     

Diego tidak bergeming dari tempatnya. "Katakan padaku."     

"Kau pernah dengar penguasa alam? Salah satunya bisa membawamu kembali ke masa lalu."     

Bibir Diego berkedut mendengarnya. Penguasa alam? Apa itu? Dan apa maksudnya salah satu penguasa alam bisa membawanya kembali ke masa lalu?     

Ketika Diego hendak berbalik ke sumber suara tersebut, saat itulah Diego terbangun dari mimpi anehnya. Begitu matanya terbuka, suara melodi yang keras terdengar dari hapenya.     

"Ugh! Ternyata aku hanya mimpi. Hahahaha… Kenapa aku bisa bermimpi mengunjungi makam kakakku? Mimpi yang jelek sekali."     

Tapi Diego sama sekali tidak bisa mengenyahkan perasaan seolah dia pernah mengalaminya… atau mungkin akan mengalaminya?     

Diego menggelengkan kepalanya dengan keras berusaha mengusir pikiran buruk ini. Lalu dia segera mengambil hapenya dan mengangkat panggilan yang sudah dari tadi sudah berbunyi.     

"HALO KAK DIEGO! SELAMAT ULANG TAHUN!!!"     

Diego harus menjauhkan hapenya dari telinganya karena begitu kerasnya suara dari seberang. Apalagi tidak hanya satu yang berbicara tapi ini seperti ada belasan orang yang bersuara. Sekali lagi dia melihat layar smartphone untuk melihat siapa yang menghubunginya.     

Kediaman rumah utama keluarganya? Dan lagi sekarang tanggal 20 Desember? Oh, apakah mungkin yang lainnya sudah mulai berkumpul di New York?     

"Kak Diego, kapan pulang?"     

"Aku juga mau bilang…"     

"Aku dulu…"     

"Aku duluan…"     

Tut..tut..tut…     

Diego menghela napas pasrah. Begini nih nasib ponsel yang dipegang para monster cilik untuk menjadi bahan rebutan mereka. Diego segera keluar dari kamarnya untuk menyalakan black orbnya agar dia bisa melihat wajah-wajah monster cilik yang sangat antusias ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuknya.     

Begitu menyala, Diego langsung menghubungi kontak yang menyambung pada black orb di kediaman rumahnya. Tidak perlu menunggu lebih dari dua dering, black orb langsung terhubung dan muncul berbagai macam wajah disana.     

"Kak Diego! Selamat ulang tahun! Kapan pulang! Ayo main bola lagi."     

"Tidak bisa! Kak Diego sudah janji padaku bermain mobil dan pesawat."     

"Aiya, itu kan cuman buat anak kecil."     

"Kita kan memang anak kecil tahu!"     

Diego terkekeh melihat Kenken berdebat seru dengan Henrich, putra bungsu dari bibi Tanya, mantan Alpha III     

"Fufufu… sayang sekali ya. Kak Diego sudah janji sama kita untuk membacakan kami buku cerita." Moni tidak mau mengalah dan Meli menganggukkan kepala menyetujui saudara sepupunya dengan penuh semangat.     

"…"     

"…"     

Semuanya terdiam tidak ada yang berani membantah si Moni kecil. Mereka semua sudah dididik untuk mengalah pada yang lebih muda dan sial bagi mereka, Harmonie Calvins dan Melodie Alvianc adalah yang paling muda dan yang paling kompak ingin memonopoli Diego.     

Melihat para adik sepupunya yang sibuk memperebutkan waktu bermainnya tapi tidak bisa berkutik dihadapan dua anak perempuan yang memiliki wajah yang sangat mirip membuat Diego tertawa lepas. Ah, dia sangat merindukan mereka semua.     

"Jadi kapan kakak dan kak Chleo pulang? Kami merindukan kalian semua."     

"Empat hari lagi kami akan pulang. Setelah itu kita akan bermain sama-sama!"     

"Yey!!" seru semua anak memekikkan telinga membuat Diego tertawa sekali lagi.     

Diego masih berbincang-bincang dengan antusias bersama para adik sepupunya sebelum ibunya datang mengambil alih. Ibunya menasihatinya untuk tidak lupa makan setelah mengucapkan ulang tahun untuknya.     

Diego juga sadar di smartphonenya sudah terdapat banyak notifikasi dari teman-temannya yang juga mengucapkan ulang tahun untuknya. Sebagian besar dari mereka mengomel karena Diego lagi-lagi tidak ingin merayakan ulang tahunnya.     

Benar. Diego tidak suka merayakan ulang tahunnya. Dia merasa tiap kali dia berulang tahun dia merasa semakin dekat harus meneruskan perusahaan ayahnya. Dia ingin selama mungkin bermain dan bersenang-senang.     

Yup. Dia persis seperti Vincent yang tidak langsung ingin meneruskan perusahaan ayahnya.     

Setelah berbincang-bincang nyaris selama dua jam, Diego mengakhiri panggilannya dan menuju ke dapur. Disana dia melihat catatan kecil dari kakaknya yang memberitahunya sarapan telah siap dan ada daging steak didalam kulkas untuk dipanasinya seandainya dia masih merasa lapar.     

Sambil menikmati sarapan buatan kakaknya, dia mengecek satu per satu pesan yang menumpuk di smartphonenya. Salah satunya adalah ucapan dari Evangeline Bernz.     

'Yuhuuu adik yang super duper menyebalkan. Selamat ulang tahun dan aku berharap kau bisa mengurangi tingkahmu yang menyebalkan itu. Btw, kau tahu kan jam kelahiranmu masih nanti sore jam 4, tapi aku memutuskan mengucapkannya sekarang agar kau cepat lebih tua. Muahahahahaha!'     

Diego menepuk jidatnya selesai membaca pesan tersebut. Dasar bibi usil! Tidak bisakah dia memberi ucapan selamat ulang tahun dengan normal?     

Setelah selesai membereskan peralatan makanannya, Diego memutuskan bermain game online bersama teman-temannya yang sedari tadi mengajaknya bergabung dengan tim mereka.     

Siang harinya ada sebuah paket yang ditujukan untuknya yang ternyata merupakan kue tart jenis kesukaannya serta model yang sangat disukainya. Ah, kakaknya memang yang terbaik!     

Lalu Diego memakan steak yang telah dipanasinya lalu lanjut bermain game online. Setelah merasa puas bermain game, Diego membaca majalah serta buku komik sambil menunggu kepulangan kakaknya. Tanpa sadar jam telah hampir menunjukkan pukul empat dan entah kenapa kepalanya terasa pusing.     

Mungkin karena seharian ini dia hanya duduk bermain dan membaca buku sehingga kepalanya menjadi pusing sekarang. Pada akhirnya Diego memutuskan untuk menghentikan bacaannya dan berjalan ke halaman belakang untuk menghirup udara segar. Badannya sempat menggigil kedinginan ketika angin dingin menerpa tubuhnya.     

Tanpa diketahuinya, jam yang tadinya menunjukkan angka 15.59 berubah menjadi 16.00. Disaat itulah kepalanya diserang rasa sakit luar biasa.     

'Ada orang yang menggunakanmu untuk mengancam kakakmu.'     

'Seperti yang kau duga, orang itu tidak mengincar Alexis Peskhov, tapi mengincar kakakmu.'     

"Ugh!!!" kedua tangan Diego telah mencengkeram kepalanya dengan sempurna sambil mengerang kesakitan.     

'Sebentar lagi raja violet akan memutar waktu. Aku akan membawa jiwamu masuk ke portal dimensi waktu.'     

Diego merasakan kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum dan ketika dia mendongak ke arah langit yang seharusnya masih terang kini berubah menjadi gelap. Disana dia melihat puluhan bahkan mungkin ratusan lingkaran ungu yang saling berputar dengan sangat aneh. Saat itulah penglihatan Diego menggelap dan dia terjatuh berbaring diatas lantai yang dingin tidak sadarkan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.