Cara Chleo Mengalihkan Perhatian
Cara Chleo Mengalihkan Perhatian
Hanya sekali melihat saja Chleo langsung menghapal apa saja yang diingatnya. Disaat bersamaan bila Chleo terlalu panik atau terlalu bersemangat maka apa yang diingatnya akan dilupakannya begitu saja.
Kelemahannya sangat unik tapi juga menggemaskan. Bagaimana bisa seseorang melupakan sesuatu dengan mudah jika sudah terlalu bersemangat? Sungguh kelemahan yang sangat langka dan unik.
Hal lain yang paling menggemaskan dan imut adalah ketika Chleo ingin menyembunyikan sesuatu darinya tapi tidak bisa berbohong, dia akan mengalihkan topik pembicaraan mereka dengan cara yang sama sekali tidak pernah dipikirkan Axel.
Seperti saat ini. Jelas ada sesuatu yang dipikirkan Chleo tapi mungkin karena masalah pribadi dan masih belum siap mengungkapkannya pada Axel, gadis itu akan mengungkapkan apa yang bisa membuat hatinya merasa berdebar-debar.
Saat Chleo menghadapi suatu masalah karena Mrs. Montgomery menyindirnya dengan tajam, Chleo tidak berkeluh kesah terhadap Axel. Dia merasa dia sudah cukup menerima kebaikan Axel dengan membantunya mempertemukan langsung dengan Dexter saat dia dituduh mencuri gambar design.
Karena itu, masalah disindir, disinisi oleh Mrs. Montgomery atau diguncingkan para rekan kerja dari divisi lain, hal-hal sepele seperti ini dia tidak mengeluhkannya pada Axel. Tentu saja Axel bisa langsung tahu ada sesuatu yang membuat Chleo sedih atau tertekan, dan dia ingin mencari tahu penyebabnya. Tapi ketika ditanya, gadis itu malah mengungkapkan hal-hal yang membuatnya teralihkan.
'Aku merindukanmu.'
'Apa kau tahu tiap kali aku melihat wajahmu, segala kekhawatiranku langsung lenyap?'
"Aku… aku memikirkanmu."
Antara Axel sudah terbiasa atau belum, yang pasti Axel tahu hal yang mengganggu pikiran calon istrinya saat ini tidaklah begitu darurat. Dengan kata lain, jika Chleo sudah mengalihkan pembicaraan seperti ini, itu berarti Chleo tidak sedang ingin membicarakannya.
"Dan aku lebih memikirkanmu dua kali lipat." Balas Axel seraya menggenggam kedua tangan Chleo dan agak membungkukkan badannya untuk menyetarakan pandangan mereka. "Kau sudah berjanji padaku jika ada apa-apa kau akan bilang padaku kan?" hanya saja untuk kali ini Axel tidak mau mengalah.
Dia ingin memastikan kalau gadis itu tidak ditindas dan bisa bekerja dengan tenang di kantor perusahaan miliknya.
"Ini sungguh bukan apa-apa. Aku akan memberitahumu nanti." Chleo mendesah pelan sadar dia tidak bisa lagi menghindar dari pertanyaan pria itu.
Dia merasa senang Axel sangat memperhatikannya. Dia merasa senang karena Axel begitu mengkhawatirkannya. Dia merasa dimanja, disayang dan terlebih dari itu semua dia merasa dicintai. Seumur hidupnya dia sudah limpah akan kasih sayang baik dari kedua orangtuanya, kakek serta omanya dan juga dari paman dan bibinya.
Tapi perasaannya saat ini sangat berbeda. Cara pria itu menyayanginya juga berbeda dengan keluarganya. Ah, seandainya saja ayahnya bisa menerima kehadiran Axel didalam kehidupan putrinya. Seandainya saja ayahnya bukanlah Vincentius Regnz, tapi hanyalah orang biasa, maka dia tidak perlu mengkhawatirkan hal semacam ini.
Dia yakin sekali ayahnya akan lebih merasa cocok dengan Axel daripada bersama Alexis. Mungkin saat ini Alexis memang memiliki prinsip kehidupan yang mirip dengan sang ayah, tapi pemuda itu tidak memiliki kesenangan pada kamera. Alexis juga bukanlah orang yang suka memakai 'topeng' seperti ayahnya sewaktu muda dulu.
Sedangkan Axelard, pria ini adalah seorang fotografer, dia juga terkadang memakai 'topeng' bila bertemu dengan orang lain. Terkadang Chleo bisa melihat sosok ayahnya dari pria ini di beberapa kencan mereka. Apakah mungkin dia jatuh cinta pada Axelard hanya karena pemuda ini mirip dengan ayahnya?
"Baiklah kalau begitu. Asalkan kau baik-baik saja, aku tidak akan memaksamu." lanjut Axel sambil menggandeng tangannya menuju ke tempat parkiran. "Hari ini kita mau kemana?"
"Bagaimana kalau kita ke toko kue sebentar? Sebentar lagi Diego ulang tahun. Aku akan membelikannya kue kesukaannya dan juga…"
"Dan juga…"
"Kurasa… aku akan memperkenalkanmu pada Diego sebagai kekasihku." sahutnya malu-malu dan entah sudah berapa kali wajahnya merona tiap kali bersama pria ini.
Axel tersenyum lebar mendengarnya. "Aku sangat menantikannya."
Akhirnya, setidaknya dia bisa terang-terangan berhubungan dengan Chleo. Hingga sampai detik ini Axel tidak mengerti mengapa mereka harus menyembunyikan hubungan mereka.
Padahal dia yakin sekali Diego sudah curiga akan hubungan mereka. Anak itu meski terlihat cuek dan tidak tahu apa-apa, tapi sebenarnya memiliki kepekaan yang luar biasa besar, sama persis seperti Vincent. Karena itu dia yakin sekali Diego sudah tahu mengenai hubungan mereka meski Chleo tidak memberitahu apa-apa.
"Baiklah kalau begitu ayo kita berangkat."
Lalu keduanya pergi ke toko kue terenak di kota itu dan memesan satu kue khusus dengan bentuk sepeda motor balapan. Isian kue tersebut adalah coklat bercampur dengan moose putih serta keju. Sesuatu yang pasti akan disukai Diego.
"Mengapa harus sepeda motor?"
"Ah, dia bercita-cita ingin memiliki sebuah motor yang besar. Tapi papa melarangnya sehingga Diego hanya bisa melihatnya dari acara tivi saja."
"Oh." Sepeda motor? Sepertinya bayangan Diego menaiki sepeda motor besar sangat pas dalam ingatannya. Mengapa dia merasa dia pernah melihat Diego naik sepeda motor besar di suatu tempat?
Ketika hendak membayar pesanan yang akan diantar dua hari lagi ke rumahnya, Chleo mendapatkan pesan masuk dari dosennya. Beliau mengatakan ada yang kurang dari hasil lukisannya dan membutuhkan sebuah alat kuas khusus untuk memperbaikinya.
Beliau menyuruhnya untuk pergi ke kampus saat itu juga untuk mengambil kuas tersebut di tempat penyimpanan alat lukis, lalu mengantarkannya ke studio dosennya.
"Ah, sepertinya aku harus ke kampus setelah ini."
"Ada apa?"
"Lukisan untuk tugas akhir semester ini membutuhkan perbaikan. Dosenku menyuruhku mengambil kuas khusus di kampus dan memperbaiki lukisanku yang ada di studionya."
"Apa harus hari ini?"
"Hm." jawabnya dengan wajah cemberut. Dia juga tidak ingin melakukannya saat ini juga, apalagi dia sedang berkencan dengan Axel. "Jika aku tidak melakukannya sekarang juga, dosenku tidak akan meluluskanku semester ini. Orangnya agak nyentrik."
"Baiklah. Aku akan mengantarmu kemanapun kau akan pergi."
Chleo tersenyum lebar mendengarnya. Ah, dia beruntung sekali mendapatkan pria yang penuh perhatian seperti ini. Axel tidak pernah memaksanya ataupun menempatkannya dalam posisi sulit.
Malahan pria itu selalu menemaninya, menghiburnya dan memberikan solusi tiap kali dia menghadapi masalah. Chleo merasa dirinya beruntung bisa bertemu dengan Axelard dalam kehidupannya.
Sesampainya di kampus, Chleo meminta Axel menunggunya di kafe yang biasa. Axel menurutinya sementara Falcon terbang di atas mengawasi Chleo yang berlari menuju ke gedung kampus.
Dari lobi utama kampus menuju ke tempat penyimpanan alat lukis di jurusan kesenian membutuhkan waktu sekitar lima belas menit kalau hanya berjalan santai. Karena itu Chleo memutuskan untuk berlari agar dia bisa lebih cepat mengambil alat kuasnya dan segera menyelesaikan lukisannya yang kini berada dalam studio dosennya.
Begitu tiba di dalam ruang alat penyimpanan yang letaknya ada dibawah basement, Chleo mencari saklar lampu karena tempat ini tidak mendapatkan cahaya apapun dari luar. Namun ketika mencari saklar lampu tiba-tiba terdengar suara mengejutkan.
BAM!! Ceklek!