My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Menggoda Chleo



Menggoda Chleo

0Tepat pukul setengah delapan malam, Chleo berhasil menyelesaikan gambar designnya yang terakhir. Dia merenggangkan ototnya dengan menarik kedua tangannya ke atas serta menegakkan punggungnya.     

Rasanya tubuhnya pegal sekali.     

"Sudah selesai?" terdengar suara baritone yang menawan didekatnya membuat Chleo mendongak keatas.     

Seketika Chleo ingat kini dia berada di rumah Axel membuatnya kembali dilanda kegugupan luar biasa. Dia langsung menurunkan kedua tangannya.     

Huwaaaa... apakah posenya tadi terlihat memalukan???     

"Iya, sudah selesai." jawabnya nyaris seperti sedang berbisik.     

Aiya, semenjak sikap Axel berubah menjadi lebih intim terhadapnya, Chleo sama sekali tidak bisa bersikap tenang. Jantungnya terus berdebar kencang seperti kereta melaju dengan kecepatan tinggi.     

"Sebentar lagi Dexter akan datang. Ayo kita makan dulu."     

Dexter? Untuk apa Dexter datang kemari? Apakah Dexter juga tinggal disini?     

"Aku yang memanggilnya kemari. Dengan begitu kita bisa langsung menyerahkan design yang sudah kau buat ulang padanya."     

Memang benar, akan jauh lebih baik kalau Chleo langsung memberikannya pada Dexter selaku CEO Daphinia Fashion. Dia tidak perlu takut akan ceroboh lagi dan menghilangkannya.     

"Oh? Itu, kau tidak perlu melakukannya. Tapi… terimakasih. Itu sangat membantuku sekali."     

Axel tersenyum senang lalu tanpa meminta izin lagi dia menggandeng tangan Chleo untuk mengajaknya menuju ke ruang makan.     

Chleo memandangi tautan tangan mereka membuat hatinya berteriak kegirangan.     

'Axel menggandengku lagi! Yey!'     

Untung saja Chleo bisa menahan diri agar tidak menyuarakan teriakan hatinya saat ini. Kalau tidak, dia pasti akan malu sekali.     

Malam itu keduanya makan malam dengan khidmat sambil berbicara ringan. Tidak ada satupun dari mereka yang menyinggung masalah status hubungan mereka. Chleo juga tidak berniat memulainya terlebih dulu. Dia ingat Axel bilang akan membahasnya setelah pekerjaannya selesai, jadi dia akan membiarkan pria itu yang memulainya duluan.     

Tidak lama setelah mereka selesai makan, butler yang bernama Samuel memberi laporan bahwa Dexter telah datang.     

"Suruh dia pergi ke ruang kerjaku. Kami akan segera kesana."     

"Baik."     

"Ayo, kita cari tahu siapa yang berusaha menjebakmu."     

"Ha? Apa maksudnya?"     

"Kau akan tahu nanti."     

Chleo semakin dibuat bingung oleh pria ini. Bukannya tadi pria itu bilang Dexter datang kesini agar dia bisa menyerahkan gambar design yang menghilang? Kenapa sekarang Axel mengajaknya mencari tahu siapa yang telah menjebaknya?     

Apa maksudnya dia dijebak? Dijebak apa? Chleo tidak merasa dirinya sedang dijebak.     

Begitu sampai di ruang kerja Axel, Dexter tampak terkejut melihat Chleo berjalan disisi Axel. Tatapan matanya kemudian turun kebawah hingga menangkap dua tangan berukuran berbeda saling bertautan membuat rahang bawah Dexter tertarik ke bawah.     

Semula Chleo tidak mengerti ekspresi kaget pada Dexter dan mencoba mengikuti arah tatapan pemuda itu. Wajah Chleo kembali memanas ketika sadar Dexter telah melihatnya bergandengan tangan dengan Axel!     

Secara reflex, Chleo berusaha melepaskan diri dari Axel, tapi genggaman pria itu malah semakin mengerat. Axel malah menoleh kearahnya dengan bingung ketika merasakan gadis disebelahnya hendak melepaskan diri.     

Chleo ingin sekali menangis karena merasa malu. Aiya, kenapa Axel tidak mau melepaskan tangannya? Dia merasa malu sekali kepergok oleh Dexter yang merupakan kekasih sepupunya.     

Bagaimana kalau Dexter menceritakan hal ini pada Evie? Membayangkannya saja membuatnya bergidik ngeri. Sepupunya yang satu ini pasti akan menginterogasinya habis-habisan membuatnya seperti sedang ditelanjangi.     

Evie adalah orang yang selalu mendapatkan apapun yang diinginkannya. Dia tidak akan membiarkan targetnya pergi begitu saja sebelum memuaskan keingintahuannya.     

Begitu Evie mendapatkan semua ceritanya, sudah dipastikan dia akan menceritakannya pada Felicia, ibunya. Tidak lama kemudian Felicia akan menceritakan hal ini pada ayahnya.     

Huhuhuhu… Chleo berharap kalau bisa, satu-satunya orang yang paling terakhir mengetahui kedekatannya dengan Axel adalah ayahnya.     

"Kau membawanya?"     

"Tentu saja." jawab Dexter yang kini kembali bersikap biasa sembari sesekali memberikan senyuman penuh arti ke arah Chleo.     

Oh tidak. Dia berharap Dexter sama sekali tidak menceritakan hal ini pada Evie.     

Chleo duduk santai di salah satu kursi yang ada sementara dua pemuda melihat sesuatu pada komputer milik Axel. Tatapan keduanya tampak serius sekali membuat Chleo bertanya-tanya apa yang sedang mereka lihat.     

Chleo menopangkan sebelah pipinya ke atas telapak tangannya sambil menikmati sosok yang paling menawan, mempesona dan paling berbakat membuatnya terkena serangan jantung.     

Axelard tampak lebih berkarisma ketika memasang ekspresi serius seperti itu. Kalau pria itu tersenyum dan bersikap ramah dia akan lebih tampak muda seperti seumuran dengan Dexter. Tapi kalau memasang muka seperti ini, barulah pria itu tampak lebih dewasa dan mengagumkan. Wibawa serta auranya yang kuat sangat terlihat jelas. Mungkin karena pria itu sudah berada di usia matang sehingga Chleo tidak sanggup mengalihkan perhatiannya dari pria itu.     

Bagaimana tidak? Selama ini yang mendekatinya adalah teman-teman sekolah yang seumuran dengannya. Ada juga senior yang hanya selisih satu atau dua tahun diatasnya. Alexis yang paling jauh diantara pemuda lain yang mendekatinya.     

Siapa yang menyangka, Chleo justru malah menambatkan hatinya pada seorang pria yang usianya sangat jauh diatasnya.     

11 tahun. Angka sebelas bukanlah angka yang sedikit. Dia tidak yakin apakah ayahnya akan memberinya restu atau tidak.     

Chleo menghela napas terpanjangnya hari itu.     

Ah, lupakan dulu perihal ayahnya sementara waktu. Untuk saat ini dia ingin memuaskan matanya dengan makhluk indah dihadapannya.     

Sayangnya, Axel melirik ke arahnya sehingga kedua mata mereka beradu membuat Chleo salah tingkah. Aduh, sudah berapa kali dia kepergok memandangi pria itu sih? Dia sudah tidak tahu lagi lubang mana yang bisa menutupi wajahnya.     

Axel tertawa geli melihat Chleo yang langsung mengalihkan pandangannya lalu berpura-pura membaca majalah padahal majalah yang dipegangnya terbalik.     

Sungguh menggemaskan sekali gadis ini.     

"Chleo, kemarilah. Ada yang ingin kutunjukkan padamu."     

Chleo menggigit bibirnya merasa bingung. Jika dia datang mendekat, dia takut Axel akan bisa mendengar suara jantungnya. Tapi disaat bersamaan dia juga ingin mendekat dengan begitu dia bisa berdiri di sisi pria itu.     

Apa yang harus dia lakukan?     

Pada akhirnya Chleo bangkit berdiri setelah meletakkan kembali majalah yang dipegangnya lalu berjalan menghampiri Axel. Wajah Chleo semakin memanas ketika sebelah tangan Axel mengusap sayang ke puncak kepalanya.     

"Apa yang kau lakukan tadi?"     

"Hanya membaca majalah."     

"Majalah yang terbalik?" terlihat jelas sekali Axel berusaha menahan tawanya membuat Chleo semakin memerah dan memasang muka cemberut.     

Dia baru sadar ketika dia berusaha berpura-pura membaca majalah untuk menutupi rasa malunya karena kepergok, majalah yang dipegangnya ternyata terbalik! Kini tidak ada lagi yang bisa dijadikan tamengnya untuk menutup rasa malunya.     

"Ish… berhenti menggodaku!" rajuknya membuat tawa Axel lepas membuat Dexter terpana.     

Sepanjang ingatannya dia tidak pernah melihat sang raja biru tertawa lepas seperti ini. Ah, ternyata memang benar dugaan Fye. Yang bisa membuat Axelard tanpa ekspresi ini sanggup tertawa lepas, memang hanyalah cinta sejatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.