Bergandeng Tangan + Spin Off
Bergandeng Tangan + Spin Off
"Aku sama sekali tidak menyangka rumahmu jauh sekali dari kota."
"Aku tidak suka keramaian." Jawab Axel sambil tersenyum.
Ah, Chleo ingat betul akan hal ini. Axel memang tidak suka keramaian. Tapi kenapa pria ini selalu menemaninya di tempat yang ramai?
"Kalau begitu kenapa kau sering ke kota?"
"Tentu saja untuk menemuimu."
Semburat rona merah menghiasi wajah Chleo tanpa bisa dicegah. Semakin hari Axel semakin terang-terangan terhadapnya membuat jantungnya terus terkena serangan dadakan.
Axel melirik sekilas ke arah sebelahnya lalu fokus kembali ke jalanan. Dia tersenyum geli dan tidak bisa menahan tangannya untuk tidak mengelus sayang puncak kepala gadis disebelahnya.
Sudahlah. Axel memutuskan menyerah. Padahal awalnya dia berusaha menahan diri agar tidak membiarkan perasaannya terhadap Chleo semakin kuat. Tapi apa daya, tubuhnya seringkali bergerak sendiri tanpa diperintah otaknya.
Dia merasa, tubuhnya ini seakan telah mengenal Chleo luar dalam dan bergerak sendiri ingin melindungi serta membahagiakan gadis itu. Terlebih lagi hatinya juga dipenuhi rasa kepuasan serta kebahagiaan tiap kali melihat gadis itu tertawa.
Itu sebabnya dia menyerah untuk menahan diri. Dan lagi, sudah saatnya dia mencari tahu jawaban atas pertanyaan yang sudah memenuhi otaknya selama ini.
Axel mengulurkan sebelah tangannya ke arah Chleo membuat gadis itu bingung.
"Apa aku boleh menggenggam tanganmu?"
Chleo yakin sekali, kalau seandainya jantungnya bisa bergerak, jantungnya sudah pasti melompat keluar dari tempatnya dan berlompat kegirangan.
"Tidak boleh?" Tanya Axel dengan nada agak sedikit kecewa membuat Chleo gelagapan.
"Bo... boleh kok." Dengan ragu dan gugup Chleo meletakkan tangan kirinya keatas tangan kanan pemuda itu.
Dadanya terasa sesak karena sudah tidak sanggup lagi menahan debaran jantungnya ketika tangan besar tersebut menangkup penuh tangan mungilnya.
Aiya, padahal dulu sewaktu Alexis menggandeng tangannya tidak segugup ini. Kenapa sekarang Chleo merasa gugup dan berdebar-debar seperti ini ketika digenggam oleh Axel? Apa yang berbeda?
Diam-diam Chleo menarik napas secara perlahan lalu membuangnya secara perlahan pula guna meredakan jantungnya yang kembali liar.
Sesaat dia merasa dia mulai terbiasa dengan sentuhan kulit pada tangannya, Chleo sadar tangan pemuda disebelahnya sangat dingin.
"Tanganmu dingin sekali."
"Ah, maaf. Aku rasa aku kedinginan." Axel berusaha keras menutupi rasa kecewanya. Sepertinya Chleo tidak tahan akan suhu tubuhnya yang dingin. "Kau tidak suka ya?" Axel hendak menarik tangannya kembali namun gagal karena telah ditahan oleh Chleo.
Mana mungkin Chleo akan membiarkan Axel melepas genggaman mereka begitu saja?
"Bukan kok. Aku suka. Dari dulu aku tahan dingin kok."
Axel menelan ludah dengan susah payah. Chleo bisa menerima suhu dinginnya? Apakah itu berarti, Chleo memang adalah cinta sejatinya?
Tiba-tiba saja Axel diliputi gelombang kebahagiaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya didalam hatinya. Akhirnya! Setelah melakukan pencarian selama hampir satu abad, dia menemukan cintanya. Kini dia tidak perlu khawatir apakah perasaannya akan berubah atau tidak walau perempuan berambut merah itu akan muncul.
"Kau tidak kuat dingin ya?"
Axel tertawa kecil mendengar pertanyannya. Menurutnya pertanyaan Chleo sangat lucu. Dia adalah raja biru dengan energi dingin dan sumber energi es sebagai pondasi kehidupannya. Di dunia ini satu-satunya orang yang sanggup berpergian dalam cuaca dingin seberapapun tanpa menggunakan pakaian tebal hanyalah Axel seorang.
Tentu saja, Axel tidak mungkin akan memberitahu rahasia identitas sebenarnya pada Chleo, kan? Bisa-bisa gadis itu malah tidak mempercayainya dan menganggapnya gila.
"Biasanya aku kuat. Mungkin aku belum terbiasa dengan cuaca di Amerika." Jawab Axel sekali lagi.
Tidak lama kemudian Axel merasa tangannya diusap dengan cepat tapi lembut oleh dua tangan mungil, lalu dia merasakan hembusan nafas hangat yang tersembur keluar dari mulut Chleo. Ah, ternyata gadis disebelah sedang mencoba menghangatkan tangannya yang super dingin.
Yah, bagi Axel dia bisa saja menahan energi dinginnya sehingga kulit tubuhnya bisa bersuhu normal seperti manusia lainnya. Menahan energi dingin sama seperti menahan napas. Membiarkan energi dingin mengalir dengan lancar ke seluruh tubuhnya sama seperti bernapas tiap hari untuk mengambil oksigen.
Bagi Axel menahan energi dinginnya sangat mudah, tapi kalau harus menahan 'napas' terus-terusan dia akan jatuh sakit.
Awalnya, dia sering menahan 'napas' ketika tubuhnya berdekatan dengan Chleo. Mungkin secara alam bawah sadar dia tidak ingin Chleo membencinya atau takut akan suhu tubuhnya yang dingin sehingga dia sengaja memastikan suhu tubuhnya 'normal' terlebih dulu sebelum mendekati gadis itu.
Saat berjabat tangan pertama kali di bandara sebagai bentuk perkenalan diri, lalu saat menarik Chleo keluar dari keroyokan para gadis di universitas Seattle dan juga ketika Axel mengajari Chleo cara menembak zombie di sebuah arcade permainan. Axel menahan energi dinginnya untuk tidak keluar ketika melakukan itu semua.
Rupanya dia tidak perlu melakukannya. Jika sejak awal dia tahu Chleo bisa bertahan menghadapi kulitnya yang sangat dingin, dia tidak perlu menekan energi dinginnya.
"Aneh sekali, kenapa masih dingin?" Chleo merasa terheran karena kulit dingin tangan pemuda disebelahnya tidak kunjung menghangat.
Axel menanggapinya dengan menggenggam sebelah tangan Chleo dan membawanya turun dan bersandar santai di atas pangkuan Chleo. Dia sama sekali tidak tahu tindakannya ini membuat gadis disebelahnya semakin memerah. Malahan Chleo yang merasa suhu tubuhnya telah meningkat. Dia merasa wajahnya seperti terbakar dan asap panas muncul dari puncak kepalanya.
"Aku sudah merasa hangat. Terima kasih."
"Oo." Hanya itu yang bisa diberikan Chleo sebagai jawaban. Dia harus meredakan detak jantungnya terlebih dahulu… untuk kesekian kalinya.
Sungguh. Pria yang satu ini memang sangat berbakat membuat jantungnya seperti dikejar anjing galak.
Karena terlalu malu untuk menengadahkan wajahnya, Chleo hanya menatap dua tangan berukuran berbeda saling bertautan diatas pangkuannya.
Ada banyak pertanyaan yang muncul didalam kepalanya. Kenapa Axel menggandengnya? Kenapa cara Axel menggandengnya seperti seorang pria yang sedang menggandeng tangan kekasihnya? Apakah ini berarti hubungan mereka sudah berjalan ke arah sana?
Chleo mencuri pandang ke pria yang masih fokus pada jalanan. Rambut hitam yang tebal, kulit putih seperti salju, serta sudut rahang yang sempurna, tangan kokoh yang begitu ahli mengendalikan setir mobil.
Ah, bagaimana bisa ada pria sesempurna ini di dunia ini?
"Apa kau terpesona akan ketampananku?"
Chleo tersedak salivanya sendiri ketika mendengar pertanyaan pria itu. Dia sama sekali tidak menyangka Axel akan menyadari tatapannya. Chleo langsung mengalihkan pandangannya kembali ke jalanan karena terlalu malu. Rasanya dia ingin menggali lubang agar bisa bersembunyi dari hadapan pria ini.
Axel tertawa kecil melihat Chleo gelagapan dan menolak menjawab pertanyaannya. Dia menyelipkan jemarinya ke antara jemari Chleo membuat Chleo terperanjak dari kursinya. Kini Chleo merasakan suhu dingin diantara jemarinya dan kulit telapak pemuda itu yang dingin menyelimuti tangannya secara penuh.
Dia merasa seperti sedang merendamkan tangannya di bak air yang dipenuhi dengan es. Anehnya, dia sama sekali tidak kedinginan atau membencinya, sebaliknya Chleo sangat menyukainya. Malahan jantungnya menjadi liat tak terkendalikan.
Axel mengeratkan genggamannya lalu mengeluskan ibu jari diatas kulit halus Chleo dengan lembut membuat gadis itu semakin megap-megap sendiri.
Apa ini? Apa yang dilakukan pria ini? Tolonglah berhenti menyiksa jantungnya yang malang ini. Dia sudah tidak kuat jika harus mengalami serangan jantung berulang kali.
Pada akhirnya Chleo memberanikan diri untuk bertanya. Lebih tepatnya dia ingin memastikan seperti apa hubungan mereka saat ini.
"Uhm.. Axel?"
"Ya?"
"Kita… adalah teman? Iya kan? Atau… atau…" Chleo tidak berani melanjutkan kalimatnya karena takut kalau ternyata dia salah dan hanya mempermalukan dirinya sendiri.
"Kita sudah sampai."
Tiba-tiba saja Axel melepas genggamannya lalu mematikan mesin mobilnya. Suasana hati Chleo berubah menjadi mendung dan kecewa.
Tuh kan. Dia yang terlalu besar kepala.
~~~~~♡♡♡~~~~~
SPIN OFF - FYE
Ini adalah Spin off ketika Axel merasa pusing karena berusaha memaksa untuk mengingat kembali. Disana Chleo bertemu dengan Fye untuk pertama kalinya dan merasa cemburu. Nah ini adalah adegan ketika Axel serta Fye pulang kembali ke mansionnya.
***
Axel baru saja masuk kedalam rumahnya ketika Fye tiba-tiba berdiri menghalanginya.
"Kita harus bicara."
Dia tahu apa yang ingin dibicarakan wanita itu dan Axel merasa tidak sedang ingin membicarakannya. Dia sendiri mulai merasa curiga ada yang tidak normal dengan amnesianya.
Tadi saat dia berusaha mengingat apa yang menghilang dia merasakan ada sebuah tenaga yang menghalanginya.
"Baiklah." Meskipun begitu dia menuruti permintaan wanita itu karena dia sendiri juga merasa heran dengan kondisinya. Mungkin dia bisa menemukan jawabannya bila mendiskusikan hal ini pada raja violet.
"Jadi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba kau jatuh sakit? Seorang raja warna tidak pernah jatuh sakit kecuali ada masalah pada aliran energi kehidupannya."
Sebelum menjawab pertanyaan wanita itu, Axel mencoba mengingat kembali pembicaraannya dengan Chleo sebelum dia terserang rasa sakit itu.
Dia ingat Chleo menceritakan sesuatu mengenai… seseorang. Dia yakin Chleo menyebutkan sebuah nama, tapi kenapa dia tidak bisa mengingatnya?
Dia juga merasa orang yang disebutkan Chleo sangat berhubungan dengannya. Tapi dia sama sekali tidak mengingatnya.
Axel mencoba mengingat kembali apa saja yang dibicarakannya dengan Chleo sebelum kepalanya diserang rasa sakit. Anehnya dia sama sekali tidak bisa mengingatnya dan ketika dia merasa mulai bisa mengingat kembali, rasa tidak nyaman muncul di kepalanya.
Keningnya mulai berpeluh keringat dan raut mukanya secara perlahan memucat.
Perasaan yang sama ketika dia berada di restaurant tadi saat dia mencoba mengingat sesuatu. Persis seperti yang diduganya. Ada sesuatu yang berusaha menghalanginya untuk menggali ingatannya.
"BERHENTI! Kau tidak perlu mencari tahu lagi. Aku sudah tahu jawabannya."
Begitu Axel menurutinya, rasa sakit itu menghilang begitu saja seolah tidak pernah muncul sebelumnya.
"Apa kau tahu penyebabnya?" Axel bersikap seolah dia tidak tahu apa-apa dan ingin tahu apakah tebakannya sama seperti dugaan raja violet atau tidak.
"Sesuai dugaanku, amnesiamu ini memang tidak normal. Seseorang sengaja menyegel ingatanmu agar kau melupakan semua yang telah terjadi di masa lalu."
Ternyata memang benar. Tebakan wanita itu memang sama seperti dugaannya.
"Kenapa? Siapa orang itu?"
"Aku juga tidak tahu alasannya. Aku juga tidak tahu siapa pelakunya. Tapi aku tahu satu hal. Tiap kali kau berusaha menggali ingatanmu yang hilang, kau akan merasa kesakitan pada kepalamu karena kau berusaha menerobos segelnya. Jika kau memaksakan diri, segelnya akan rusak bersamaan dengan otakmu. Kau mungkin memang tidak akan mati secara harafiah, tapi kau bisa saja koma dan kali ini bisa menghabiskan puluhan tahun untuk terbangun kembali. Percayalah padaku, kau tidak akan menginginkannya."
Benar. Axel tidak akan menginginkannya. Dia sudah koma selama 10 tahun dan melewatkan banyak hal. Dia juga mengalami amnesia yang tidak diinginkannya. Apa jadinya kalau dia kembali koma dan baru bangun berpuluh tahun kemudian? Tidak hanya dia akan melewatkan kebersamaannya dengan Chleora, ada kemungkinan dia juga akan mengalami amnesia berlebihan.
"Sepertinya untuk sementara waktu aku tidak boleh menggali ingatanku? Rasanya… sangat menyebalkan."
Fye tersenyum geli. "Aku akan mencoba mencari raja kuning. Dia memiliki ingatan hingga ratusan tahun. Mungkin dia tahu jalan keluar mengenai kondisimu."
"Kapan terakhir kali kau bertemu dengannya?"
"Sekitar sepuluh tahun yang lalu."
"Itu berarti saat ini usia tubuh fisiknya sekitar 15 hingga 16 tahun."
"Benar. Aku akan mencari anak remaja usia sekitar itu. Aku harap dia masih mengingatku. Jadi, aku akan pergi dari sini." Fye menengadahkan kedua tangannya kearah Axel dengan telapak tangan menghadap ke atas membuat sang raja biru menatapnya dengan bingung. "Aku bukanlah orang kaya sepertimu. Jadi aku hanya bisa minta uang padamu saja."
Axel mendesah pasrah. "Ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang tak tahu malu sepertimu." sindirnya sambil menyerahkan salah satu kartu kredit unlimited miliknya.
"Haish. Setidaknya aku tidak separah raja kuning. Terima kasih." Fye menerima kartu hitam yang bersinar itu dengan penuh sukacita lalu berjalan keluar sambil melompat-lompat gembira.
Kini Axel bertanya-tanya apakah raja violet ini akan serius mencari raja kuning ataukah berbelanja dan bersenang-senang terlebih dulu?
Yah, Axel tidak akan memperdulikannya. Toh, wanita itu sudah sangat banyak membantunya. Karena itu mengeluarkan uang sejumlah jutaan dolar adalah kecil.
Beberapa hari kemudian…
"Axe, apakah anda tahu.. nona Fye sudah menghabiskan ratusan juta dalam waktu tiga hari." Lapor Dexter dengan wajah berkeringat.
"Sepertinya dia tidak hanya ingin bersenang-senang saja. Dia sedang balas dendam."
Axel ingat, ketika dia memutuskan memberikan perlindungan pada Fye dari kejaran Interpol, dia mengembalikan uang hasil rampokan Fye kembali pada bank. Mungkin Fye masih merasa jengkel dan marah padanya karena dia mengembalikan semua uangnya tanpa tersisa.
Itu sebabnya, wanita itu sengaja menghabiskan uangnya begitu cepat.
"Apa maksud anda?"
"Biarkan saja. Biarkan dia bermain sepuas-puasnya. Begitu dia pulang, dia akan merasakan akibatnya." Sebuah senyuman miring yang mengerikan tercetak sempurna di wajah tampannya.
Dexter bergidik ngeri merasakan temperatur dalam ruangan langsung turun drastis. Dia bahkan nyaris melihat seperti ada sepasang tanduk iblis diatas kepala sang biru. Tiba-tiba saja raja biru berubah menjadi iblis pemangsa manusia dengan bibirnya yang merah seperti darah seolah baru saja memakan daging segar.
Jangan pernah bermain-main dengan sang raja biru.
Dexter akan mengingatnya seumur hidupnya.