My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Diego Mulai Terbuka



Diego Mulai Terbuka

3Keesokan harinya Diego duduk di ruang tamu sambil mengamati gerak-gerik kakaknya dengan tatapan menyelidik. Chleo juga merasakan tatapan tajam adiknya namun dia tidak peduli. Hanya untuk kali ini saja dia tidak akan mendengarkan adiknya.     

Ini pertama kalinya dia jatuh cinta. Ini pertama kalinya dia benar-benar sangat menyukai seorang pemuda. Karena itulah kali ini dia tidak akan membiarkan adiknya memisahkannya dengan Axel.     

"Aku pergi dulu. Jika kau lapar ada pasta di kulkas. Ada juga daging panggang jika kau masih lapar. Aku akan menghubungi Evie untuk menemanimu…"     

"Aku bukan anak kecil. Aku bisa mencari makan sendiri. Kalau kakak masih khawatir bagaimana kalua aku ikut dengan kakak?"     

Biasanya kalua Diego minta ikut, tidak peduli Chleo akan pergi bersama siapa atau dimana, Chleo pasti akan mengizinkannya.     

"Apa kau tidak akan merasa bosan? Aku pergi untuk wawancara kerja."     

"Tidak akan. Aku akan menunggu kakak."     

"…"     

Diego mengernyit mulai tidak suka jawaban apa yang akan diberikan kakaknya. Selama ini kakaknya tidak akan pernah ragu membiarkannya ikut bersama dengannya.     

"Baiklah. Tapi aku ingin kau berjanji padaku."     

"Janji apa?"     

"Bersikaplah baik dihadapan Axel nanti. Jangan membuatku malu."     

"…"     

"Dan juga jangan mengerjainya seperti yang kau lakukan pada teman-teman pria kakak lainnya. Jangan membuatnya malu dan terlebih dari itu semua… jangan membuatnya membenciku. Kau mengerti?"     

"…"     

Untuk sejenak Diego tidak menjawabnya. Dia masih dalam keadaan syok. Kakaknya baru saja menyuruhnya untuk membuat janji? Kakaknya baru saja terang-terangan melindungi pemuda asing itu??     

"Kakak... kakak benar-benar menyukai orang itu ya?"     

Chleo terkejut sama sekali tidak menyangka akan menghadapi pertanyaan ini. Ditembak langsung seperti ini, apalagi dari adiknya, bagaimana dia bisa menjawabnya.     

Lagipula bagaimana adiknya bisa langsung tahu perasaannya? Bukankah selama ini adiknya mendukungnya bersama Alexis? Apa yang akan dilakukan Diego jika dia mengaku bahwa dia memang sangat menyukai Axel?     

"Apa yang akan kau lakukan jika aku menyukainya?"     

"…" untuk beberapa saat Diego tidak memberi respon apa-apa. Meskipun Chleo tidak menjawab pertanyaannya secara langsung, dia sudah tahu jawabannya. Kakaknya memang menyukai pemuda itu. Bukan. Yang benar, kali ini kakaknya benar-benar telah jatuh cinta.     

Itu semua sudah terbukti ketika melihat penampilan kakaknya saat ini. Gaun sederhana musim dingin yang cantik dipadu dengan mantel putih yang elegan.     

Make up natural yang menghiasi wajah kakaknya serta dandanan rambut yang dijepit membuat Chleo tampak lebih cantik daripada biasanya.     

Penampilannya saat ini bahkan lebih cantik dan elegan dibandingkan ketika Alexis mengajaknya kencan.     

Diego menghela napas dengan pasrah.     

"Memangnya aku bisa melakukan apa? Jadi aku boleh ikut atau tidak? Aku janji tidak akan melakukan apapun. Aku hanya ingin mengenalinya. Bagaimana?"     

Setelah berpikir sejenak, akhirnya Chleo menyetujuinya. Dia hanya berharap Diego menepati janjinya dan Axel tidak keberatan adiknya akan ikut dengan mereka.     

Lagipula Chleo masih tetap memprioritaskan keluarganya. Jika Axel tidak bisa memperlakukan Diego seperti adiknya sendiri, mungkin Chleo harus berpikir ulang untuk melabuhkan hatinya pada pemuda itu.     

Mungkin itu sebabnya Chleo tidak pernah serius memberikan hatinya pada sembarang orang. Jika mereka tidak bisa bersabar atau tidak bisa menyayangi keluarga seperti mereka menyayangi keluarga mereka sendiri, maka Chleo akan menutup hati untuk mereka. Tentu saja Chleo juga akan menyayangi keluarga pasangannya seperti dia menyayangi keluarganya.     

Tepat pukul sembilan lebih empat puluh, Regnz bersaudara telah bersiap-siap dan tinggal menunggu kedatangan Axel.     

Tidak lama setelahnya Chleo mendapat pesan bahwa Axel telah tiba di depan rumah. Ekspresi antusias dan bahagia tampak terlihat jelas menghiasi wajah sang kakak membuat Diego mendesah untuk kesekian kalinya.     

Chleo yang terlebih dahulu menyapa Axel dan berjalan menghampiri pemuda itu dengan langkah riang.     

"Selamat pagi Axel. Tiba-tiba saja adikku ingin ikut denganku, apa kau keberatan?"     

"Tentu saja tidak." Jawab Axel tanpa ragu.     

Chleo langsung bernapas lega melihat Axel sama sekali tidak keberatan adiknya ikut bersama mereka.     

Selama perjalanan kebanyakan yang saling berbicara adalah Axel dan Chleo. Tapi dengan penuh perhatian sesekali Axel akan mengajak Diego berbicara. Karena Diego sudah berjanji pada kakaknya untuk bersikap baik, maka dia berusaha keras untuk tidak bersikap sinis pada pemuda ini. Meskipun begitu dia masih menolak untuk berbicara lebih lanjut dengan orang asing ini.     

Begitu tiba di perusahaan Hammilton corp, Chleo segera dibawa oleh salah satu resepsionis menemui pihak HRD yang akan mewawancarainya. Sementara Axel mengajak Diego ke kafe yang ada di lantai tiga gedung perusahaan tersebut.     

Mau tidak mau Diego menurutinya dan terpaksa duduk semeja dengan Axel. Kata kunci 'terpaksa'. Kalau seandainya kafe tersebut tidak sedang ramai, Diego pasti akan memilih duduk di tempat meja yang berbeda.     

"Berapa usiamu sekarang?" Axel berusaha memulai pembicaraan terlebih dulu.     

"Enam belas."     

"Kau sekolah di sini?"     

"Tidak."     

Axel masih terus berinteraksi sama sekali tidak memperdulikan jawaban pendek nan dingin dari Diego.     

"Aku jadi ingin bertemu dengan kedua orang tua kalian."     

Diego mengernyit bingung mendengar ini. Apa hubungannya dengan interaksi receh mereka dengan kedua orangtuanya?     

"Kalian berdua anak-anak yang mengagumkan."     

"Kenapa kau berpikir begitu?"     

"Aku bisa melihat kau sangat menyayangi kakakmu. Kau akan melindungi kakakmu dan membelanya tidak peduli apa yang kakakmu lakukan. Aku juga bisa melihat Chleo juga akan melakukan hal yang sama denganmu. Di dunia ini, di kalangan orang yang penuh kuasa, sangat jarang ditemukan saudara yang akur dan saling menyayangi. Aku iri pada kalian. Aku tidak punya saudara seperti itu. Kalaupun punya, dia merasa iri padaku."     

"…"     

Duh, kenapa percakapan mereka menjadi berat sih? Keluh Diego dalam hati. Kalau begini caranya, bagaimana dia bisa terus-terusan bersikap sinis.     

Meskipun dia sama sekali tidak suka akan pendatang baru ini, tapi Diego bukanlah orang yang sangat cuek hingga tidak bisa bersimpati.     

Apa yang dikatakan Axel memang benar. Semakin kaya sebuah keluarga, semakin berkuasa seseorang, maka kemungkinan terjadinya pertikaian dan perebutan warisan sangatlah besar.     

Biar bagaimanapun manusia di dunia ini adalah manusia yang serakah. Salah satu bukti nyata adalah keluarga ibunya dan juga keluarga bibi Meisya yang ada di Jerman.     

Kebanyakan alasan terjadinya pertengkaran dan juga pertumpahan darah hanya gara-gara ingin merebut tahta. Karena itu sangatlah jarang ditemukan sepasang saudara yang hidup rukun dan penuh kasih.     

Mungkin di dunia ini satu-satunya keluarga berkuasa yang mengajarkan hidup dengan kasih hanyalah keluarga ayah dan ibunya saja. Bahkan saudara sepupu ayahnya mulai menunjukkan sifat serakahnya.     

Untung saja pendiri serta pemegang saha terbesar Flex grup adalah Vincent dan bukan Opanya, kalau tidak, tidak perlu diragukan perebutan aset Flex grup akan berdarah-darah.     

Karena itulah, tidak peduli seberapa besar Diego tidak menyukai pria asing yang mendekati kakaknya, Diego tidak bisa untuk tidak bersimpati pada orang yang kini memasang ekspresi sedih dan penuh penyesalan. Mungkinkah terjadi sesuatu pada keluarganya?     

Entah kenapa Diego merasa orang ini tidak sedang bersandiwara dan memang mengalami masa lalu yang sulit.     

"Kurasa, kami beruntung terlahir sebagai anak orangtua kami. Kalau tidak, mungkin aku dan kak Chleo tidak akan bisa seperti ini."     

Axel tersenyum lembut mendengar kalimatnya. Sepertinya ini adalah kalimat terpanjang Diego semenjak Axel membuka bahan pembicaraan dengannya.     

Diego sendiri sudah tidak terlalu bersikap sinis pada Axel. Malahan dia mulai sedikit terbuka terhadap pria itu.     

Ugh! Rasanya sangat sulit untuk membenci pria satu ini. Pria ini sangat menakutkan. Lebih menakutkan daripada Alexis yang membutuhkan hampir dua tahun untuk mendapatkan restunya. Pikir Diego merutuki dirinya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.