My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Ingin Berteman



Ingin Berteman

2Tanpa terasa Axel dan Chleo sudah berada didalam restoran selama hampir tiga jam. Padahal tadinya mereka merasa waktu berjalan dengan sangat lamban. Tapi kini setelah berhasil mencairkan suasana dan saling bercakap, waktu terasa berjalan begitu cepat.     

Axel bahkan masih tidak ingin berpisah dari Chleo sehingga dia menawarkan diri untuk mengantar gadis itu pulang. Chleo sendiri masih ingin bersama dengan Axel sehingga dia menerimanya tanpa ragu.     

Sayangnya... waktu memang benar-benar berjalan dengan sangat cepat. Tahu-tahu saja mereka sudah tiba di depan rumah Chleo.     

"Tunggu disini."     

Perintah Axel dengan halus membuat Chleo bingung. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang ketika melihat apa yang akan dilakukan pria itu. Ternyata Axelard turun dari mobilnya dahulu untuk membukakan pintu mobil disisinya!     

Aneh sekali. Alexis juga sering memperlakukannya seperti ini tiap kali dia naik ataupun turun dari mobil. Tapi kenapa hatinya merasa bergetar ketika Axel yang melakukannya?     

"Uhm.. Terima kasih." ucap Chleo malu-malu sambil menundukkan kepalanya. Dia sama sekali tidak sanggup menatap lurus ke arah mata pemuda yang tampannya diluar akal manusia ini.     

"Kau tinggal disini?"     

Axel menatap rumah sederhana yang cukup dibilang kecil untuk ukurannya dengan tatapan menyelidik. Dia yakin sekali Chleo adalah putri sulung Vincent Regnz. Dan jelas sekali usaha bisnis yang dibangun Vincent semasa mudanya terus berkembang dan tidak menjadi bangkrut.     

Jadi kenapa Chleo tinggal di rumah kecil seperti ini?     

"Iya. Aku tinggal disini."     

"Hm. Menarik sekali."     

"!?"     

Uhm.. Tuan, apanya yang menarik? Dan kenapa kau tersenyum seperti itu? jerit Chleo dalam hati. Senyuman Axel sangat menawan dan berhasil menembus hati Chleo yang dikirannya tumpul. Dia merasa seperti sedang melihat kebun bunga yang indah serta kupu-kupu menari mengelilingi tubuhnya.     

Axel sama sekali tidak tahu apa yang dirasakan Chleo saat ini hanya gara-gara melihat senyumannya. Dia hanya berpikir gadis didepannya saat ini sangat menarik.     

Memiliki kedua orang tua seperti Chleo, belum lagi seorang paman seperti Kinsey, sudah tidak diragukan lagi Chleo pasti bisa memiliki segalanya.     

Tapi sebaliknya, gadis ini tidak terlihat sombong ataupun arogan. Dia malah bersedia tinggal di rumah kecil ini dan cara berpakaiannyapun sama sekali tidak mencerminkan dia adalah seorang putri dari keluarga yang kaya.     

Kalau orang biasa melihatnya, mereka pasti mengira Chleo berasal dari kalangan menengah. Kalau orang yang memiliki insting yang tajam melihatnya, akan menduga Chleo berasal dari kalangan atas namun tidak begitu berkuasa. Namun jika orang berkuasa yang pintar dan menyempatkan diri untuk berbincang dengan Chleo, mereka akan menyadari bahwa Chleo bukanlah orang yang boleh diganggu sembarangan.     

Axel bisa merasakannya selama perbincangan mereka di dalam restoran. Gadis ini tidak hanya cerdas dan memiliki karakter yang bagus tapi juga memancarkan aura yang membuat siapapun segan terhadapnya.     

Untungnya, hingga saat ini Axel tidak mengetahui sifat Chleo yang super duper ceroboh dan naif. Entah apa yang akan dipikirkannya jika Axel mengetahuinya di masa yang akan datang.     

Seperti yang dikatakan Axel tadi, Chleo memang anak yang cerdik dan pintar. Dia juga akan memastikan untuk menutupi kelemahannya yang ceroboh. Hanya teman dekatnya serta keluarganya yang tahu soal kecerobohannya ini.     

"Ngomong-ngomong, apa yang akan kau lakukan?"     

"Hm?"     

"Bukankah sekelompok gadis menyerangmu? Sepertinya mereka memfitnahmu dengan menggunakan video palsu."     

"Darimana kau tahu kalau itu adalah video palsu?"     

"Kau bukanlah orang yang seperti akan melakukan hal seperti itu."     

Dengan kata lain, Axel percaya bahwa pelaku utama yang merusak laptop Ashley bukan Chleo? Entah kenapa Chleo merasa tersanjung mendengar ini. Mereka baru bertemu dua kali, tapi pemuda ini sudah mempercayainya.     

"Aku hanya harus menghadapinya. Aku pasti bisa membuktikan kalau orang didalam video itu bukan aku."     

Axel tersenyum tipis mendengarnya. Anehnya, kenapa dia merasa bangga melihat keberanian gadis ini? Ada apa dengannya?     

"Semoga berhasil. Kalau begitu aku pergi dulu."     

"Ah, tunggu." Tiba-tiba Chleo menjadi panik.     

Sungguh, ini bukanlah dirinya. Ada apa dengannya? Kenapa dia merasa panik berpisah dengan orang yang baru ditemuinya dua kali? Dia yakin dia tidak pernah merasa panik seperti ini terhadap lainnya.     

"Ya?"     

"Uhm.. itu..."     

Chleo merasa ragu apakah dia boleh mengungkapkan apa yang ada dihatinya atau tidak. Bagaimana kalau pria itu malah memandangnya aneh? Bagaimana kalau pria itu malah membencinya?     

Ah, masa bodoh! Dia akan memikirkannya nanti jika ternyata pria itu malah memandangnya remeh.     

"Apa.. aku akan menjadi orang yang menyebalkan kalau aku ingin berteman denganmu?"     

"Bukankah kita sudah berteman?"     

"Ha?"     

"Kita sudah saling mengetahui nama satu sama lain. Saudara sepupumu adalah kekasih sahabatku. Aku tidak melihat kenapa kita tidak bisa berteman."     

"Jadi.. sekarang kita adalah teman? Kalau begitu..." Chleo menggigit bibirnya lagi-lagi merasa ragu.     

Ugh! Sepertinya dia salah minum obat pagi ini. Bukannya dia ingin bertanya apakah pria itu ingin berteman dengannya atau tidak? Kenapa sekarang dia menginginkan lebih?     

"Kalau begitu?" Axel berusaha memberi dukungan pada Chleo untuk melanjutkan kalimatnya. Entah kenapa Chelo tampak terlihat ragu dengan kalimatnya.     

"Apakah kita bisa bertemu lagi?"     

Sayangnya, Chleo mengucapkannya dengan sangat-sangat pelan. Nyaris seperti sedang berbisik. Ditambah lagi saat Chleo mengatakannya, ada mobil yang melewati jalanan rumahnya menelan semua suaranya.     

Sudah dipastikan Axel tidak akan mendengar pertanyaannya. Dan karena kondisinya ini Chleo merasa sangat bersyukur sekali. Entah kenapa dia akan merasa malu sekali kalau ternyata Axel benar-benar mendengarnya.     

Yakin Axel tidak mendengar kalimatnya, Chleo langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk mengalihkan pembicaraan mereka.     

"Tidak ada apa-apa. Terima kasih sekali lagi. Terima kasih sudah menolongku dan mengantarku pulang."     

"..."     

Sunyi, tidak ada satupun dari mereka yang bicara. Tiba-tiba Chleo menjadi gugup. Apalagi sepasang mata biru sedang menatapnya dengan misterius. Apa yang sedang dipikirkan pria itu?     

"Uhm.. Kenapa kau menatapku seperti itu?"     

"Apakah besok kau akan ke kampus?"     

"Hm. Aku akan menyerahkan hasil karyaku terakhir besok."     

"Jam berapa kau akan berangkat?"     

"Sekitar jam sepuluh pagi."     

"Setelah itu, kau memiiliki kelas?"     

"Tidak. Setelah itu aku akan pulang." Chleo benar-benar bingung kearah mana topik pembicaraan ini. Kenapa Axel menanyakan jadwalnya besok?     

"Baiklah. Aku akan menjemputmu kalau begitu. Sampai jumpa besok."     

Barulah setelah itu Axel berbalik dan masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan Chleo berdiri disana dengan mulut terbuka. Dia masih memproses ucapan yang dikatakan Axel barusan.     

'Aku akan menjemputmu kalau begitu. Sampai jumpa besok.'     

Eeehhhhh!?!?!?!     

Sementara itu Axel menyetir mobilnya dengan tatapan serius. Dia mengingat apa yang dikatakan gadis itu sebelumnya.     

'Apakah kita bisa bertemu lagi?'     

Axel tersenyum lebar mendengarnya. Itu sebabnya dia merasa tidak perlu menahan diri lagi. Jika hatinya memang menginginkannya untuk mendekati gadis itu, dia akan menurutinya.     

Siapa tahu, ingatannya yang menghilang akan kembali seperti yang diinginkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.