My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Rencana Ashley



Rencana Ashley

2Kini Axel dan Chleo sedang berada di sebuah restoran dalam kesunyian yang mencengkam. Hingga sekarang Axel tidak habis berpikir kenapa dirinya mengajak gadis itu untuk makan bersama. Tidak hanya Axel, Chleo sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya mau begitu saja menerima ajakan pria asing yang baru ditemuinya.     

Sekarang suasana diantara mereka terasa canggung sekali karena tidak ada satupun yang bicara.     

Chleo hanya menundukkan kepalanya memandang tangannya diatas pangkuannya. Sesekali dia akan melirik pengunjung lainnya atau melihat ke luar jendela. Dia memandang kemanapun kecuali pemuda yang duduk diseberangnya. Entah kenapa dia tidak berani memandang pemuda itu.     

Hingga tanpa sadar seolah ada magnet yang menariknya, pandangan Chleo bertumpu pada tatapan Axel yang kini memandangnya dengan tatapan menyelidik.     

Baiklah, Chleo mulai tidak tahan lagi dengan kecanggungan mereka. Akhirnya dia mencoba membuka pembicaraan dengan pemuda itu.     

"Jadi, sudah berapa lama kau berteman dengan Dexter?"     

"Bisa dibilang aku bersamanya semenjak dia lahir."     

"Ah, jadi kalian teman masa kecil."     

Axel hanya tersenyum tanpa menjelaskan lebih lanjut.     

Chleo : ....     

Dan percakapan mereka berhenti sampai disitu. Chleo sama sekali tidak tahu harus bicara apa lagi sedangkan pemuda dihadapannya sama sekali tidak berniat berbicara dengannya. Dia ingat selama perjalanan dari bandara, sahabat Dexter ini memang tidak banyak bicara.     

Mungkin karakter orang ini adalah orang yang pendiam? Lalu kenapa Axel menariknya keluar tanpa minta izin? Mengapa dia mengajaknya makan bersama?     

Chleo menghela napas panjang. Dia hanya bisa bersabar menghadapi kesunyian yang mencengkam. Sayangnya, tidak peduli seberapa keras dia menghiraukan Axel, dia semakin risih dengan tatapan menyelidik pemuda itu. Sebenarnya apa yang diinginkan pemuda ini?     

"Apakah ada yang salah dengan wajahku? Kenapa kau memandangku seperti itu?" mau tidak mau Chleo bertanya pada akhirnya.     

"Menurutmu ada yang salah dengan wajahmu?"     

Kening Chleo mengernyit mendengar Axel malah balik bertanya padanya.     

"Aku tidak tahu. Aku tidak bisa melihat wajahku sendiri jika tidak ada cermin. Kenapa kau yang tidak memberitahuku apa yang salah denganku? Lagipula kau bisa melihatku dengan jelas." Sindir Chleo dengan nada jengkel.     

"Tidak ada yang salah denganmu. Tapi ada yang salah denganku."     

"Memangnya ada apa denganmu?" jelas sekali Chleo tidak menduga jawaban seperti itu, tapi dia tetap merasa penasaran dengan pernyataan pemuda tersebut.     

"Sudah pasti bukan kau yang paling cantik. Kenyataannya ada banyak perempuan yang lebih cantik darimu."     

Sebelah alis Chleo terangkat mendengar ini. Apakah pemuda ini sedang menghinanya?     

"Kau memang cantik, tapi hanya cantik biasa."     

Chleo mengambil napas panjang menahan rasa jengkelnya sambil mendengarnya dengan sabar.     

"Tapi kenapa aku tidak bisa mengusirmu dari pikiranku?"     

Tiba-tiba saja tubuh Chleo mematung mendengar pertanyaan terakhir Axel. Apa dia tidak salah dengar?     

"A..apa yang kau bicarakan?" Chleo sama sekali tidak sadar dia sedang menahan napasnya dan jantungnya serasa berdetak lebih cepat daripada biasanya.     

Sialnya, Axel tidak menjelaskan lebih lanjut dan hanya tersenyum dengan misterius membuat jantung Chleo semakin liar. Untungnya, pelayan restoran telah datang membawakan makanan pesanan mereka. Mereka menikmati hidangan kembali dalam kesunyian.     

Aneh sekali, kenapa sepertinya dia sedang nostalgia? Pikir Axel heran. Dia merasa dia pernah makan bersama Chleo seperti ini, juga dalam keadaan sunyi yang tidak enak seperti ini. Tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Apakah mungkin ini salah satu memorinya?     

Sedetik kemudian muncul sebuah kata melintasi pikirannya. Gerakan mulut Axel yang sedang mengunyah makanannya mulai melamban. Dia kembali memandangi Chleo dan mencoba menghubungkan antara gadis itu dengan kata yang baru saja muncul di pikirannya.     

"Kau suka macaron?"     

"Hm. Salah satu favoritku."     

"Pierre Herme?"     

"Salah satu favoritku. Kau juga penggemar macaron?"     

"Tidak terlalu. Tapi bentuk dan warnanya sangat cantik."     

"Kau benar sekali!"     

Tiba-tiba saja kecanggungan diantara keduanya mencair seketika begitu membahas cemilan favorit Chleo.     

Axel tidak membuang kesempatan ini dan langsung mencoba akrab dengan Chleo. Sebenarnya banyak sekali yang ingin dipikirkannya, tapi dia masih bisa memikirkan nanti. Setidaknya kini dia tahu, dugaan Fye memang benar. Semakin lama dia bersama Chleo, semakin banyak pula memori yang melintas di kepalanya.     

-     

Di ruang kepala kedisiplinan, Ashley melaporkan lokernya yang dirusak oleh Chleo pada Mr. Traven. Dia bahkan memberikan video rekaman palsu tersebut pada beliau. Mr. Traven semula tidak percaya dengan laporan tuduhan Ashley terhadap Chleo.     

Mr. Traven sangat mengenal Chleo. Anak itu selalu taat pada peraturan dan tidak pernah membuat masalah. Justru sebaliknya, dia malah sering mendapat laporan keluhan dari mahasiswi lain mengenai sikap Ashley. Dia tidak bisa berbuat banyak selain menegur Ashley karena gadis itu merupakan putri seorang gubernur. Selain itu, Tuan besar Grey telah memasukkan sejumlah uang besar untuk menyokong pondasi kampus ini.     

Itu sebabnya dia tidak terlalu tertarik mendengarkan keluhan Ashley yang memfitnah Chleo. Dia malah curiga kalau Ashley yang malah membuat onar. Tapi karena anak itu membawa bukti kuat, mau tidak mau Mr. Traven harus memeriksa bukti tersebut.     

Ashley merasa antusias begitu dia menyerahkan ponselnya dan menjalankan videonya. Dia yakin sekali setelah ini Chleo West akan mendapatkan pinalti dari pihak kampus. Tentu saja dia tidak akan berhenti sampai disini saja. Setelah ini dia akan mengadu ibunya, lalu ibunya akan melebih-lebihkan masalah ini dan mengomel pada ayahnya.     

Secara otomatis ayahnya akan melakukan segala cara untuk mengeluarkan Chleo dari Universitas Seattle. Chleo tidak akan lulus dengan baik dan dikeluarkan dengan tidak hormat.     

Memikirkan ini membuat Ashley tersenyum gembira dan menantikan seperti apa reaksi Mr. Traven setelah melihat video rekaman palsunya. Dia harus menahan senyuman antusiasnya agar tidak kelihatan sehingga Mr. Traven akan curiga padanya. Sebaliknya dia memasang raut muka merasa bingung dan sedih.     

"Tenanglah Ashley, pasti anak desa itu akan mendapatkan hukuman. Mr. Traven akan menuntut tanggung jawab. Bukankah begitu, Mr. Traven?"     

"Tentu saja. Jika memang West terbukti bersalah dan menghancurkan semua data tugas penting pada laptop Ashley, tentu saja dia akan mendapat pinalty."     

Senyuman Ashley mengembang mendengar itu. Dia berhasil mendapatkan simpati dari teman-temannya dan bersama-sama menjadi tidak suka pada Chleo.     

Sekarang meskipun Eve ada bersama Chleo, anak itu juga tidak akan bisa berbuat apa-apa. Bukti mutlak sudah ada di tangan. Meskipun Evie adalah putri tunggal keluarga Bernz, mereka tidak mungkin terang-terangan membela Chleo yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Keluarga Bernz tentu tidak akan merusakkan nama baik mereka dengan membela orang yang jelas bersalah kan?     

Tidak hanya itu, Evie juga pasti akan sadar bahwa Chleo tidak pantas menjadi temannya. Seiringnya berjalan waktu, semua pemuda yang pernah berusaha mendekati Chleo akan mengetahui kebusukan Chleo.     

Dengan begitu dia yang akan menjadi pusat perhatian dan tidak akan ada lagi yang memperdulikan Chleo West.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.