Makhluk Mistis
Makhluk Mistis
Ugh! Apa yang harus dia lakukan? Tadi pagi dia sudah menemui profesornya dan berjanji akan memberikan esai miliknya hari itu juga. Sekarang dia tidak tahu harus bagaimana.
Sementara itu di ujung kelas ada sepasang mata yang mengawasinya dengan sinis. Pemilik mata ini mengemban senyuman miring sambil menempelkan telinganya ke ponsel miliknya.
"Terima kasih. Dengan begini dia tidak akan menjadi murid favorit lagi karena gagal menepati janjinya." ucapnya senang sebelum mengakhiri panggilannya dan melengos pergi dari sana.
Kembali pada posisi Chleo yang saat ini nyaris menangis. Tidak. Air matanya sudah lolos dan turun mengalir ke bawah membuatnya semakin putus asa. Apakah tidak ada hal yang bisa dia lakukan?
Chleo menatap jam di dinding yang kini menunjukkan hampir pukul 2 siang sementara dia berjanji akan menyerahkan hasil esainya jam 4 sore. Walaupun dia berencana mengetik ulang esainya, waktunya tidak akan sempat karena dia menyisipkan sebuah gambar didalamnya.
Dan membutuhkan setidaknya satu jam untuk menggambarnya menggunakan digital draw. Belum lagi tablet yang memiliki aplikasi digital draw ada di rumahnya.
Chleo memutuskan menyerah lalu menelungkupkan wajahnya ke meja agar tidak ada yang melihat tangisannya. Dia menggigit bibirnya frustrasi karena menemui jalan buntu. Apakah sebaiknya dia berkata jujur pada profesor kalau laptopnya bermasalah?
Profesornya pasti akan memandanginya dengan sinis lalu menyalahkannya karena tidak menyimpan file cadangan di usb atau di draft emailnya. Profesor yang satu ini memiliki karakter nyentrik dan sangat sensitive. Hanya melakukan kesalahan kecil saja beliau akan mengumbarnya panjang lebar dan hanya akan melihat kejelekan seseorang.
Selama dua tahun ini Chleo sudah sangat berhati-hati agar tidak menyinggung profesor ini sehingga dia mendapat julukan anak favorit. Sekarang, jika dia sampai mengaku dia telah ceroboh sehingga tidak bisa menepati janjinya, sepertinya dia harus bersiap menghadapi kesulitan yang akan dialaminya pada semester baru.
Chleo memutuskan mengangkat wajahnya ketika merasakan kedinginan pada kepalanya. Sebentar lagi musim dingin akan datang, mungkin itu sebabnya akhir-akhir ini dia merasa kedinginan. Chleo menghapus sisa air matanya dengan lesu ketika matanya menatap sebuah tulisan aneh di atas mejanya.
Stanley.
Chleo mengucek matanya untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat. Begitu matanya kembali terbuka, tulisan itu menghilang. Apakah mungkin dia salah lihat? Tapi tadi dia yakin dia melihat nama paman Stanley disana? Ataukah dia sedang berhalusinasi?
Lagipula kenapa nama paman Stanley yang muncul di halusinasinya? Saat ini dia membutuhkan sesuatu yang lebih penting daripada sebuah nama. Dia harus segera mencari solusi mengenai laptopnya yang bermasalah.
Gerakan Chleo yang tadinya bergerak untuk membereskan laptop tiba-tiba berhenti. Dia menyadari sesuatu. Laptop dan paman Stanley.
Astaga!
Chleo langsung menghubungi pamannya yang tinggal di Belanda. Saat ini pasti keluarga pamannya sedang menikmati makan malam atau bersantai didalam rumah. Karena itu Chleo tidak perlu takut akan mengganggu istirahat pamannya.
"Hai nona ketiga tercinta. Ada apa?" sapa pamannya yang selalu menyapanya dengan nada ceria.
"Paman Stanley! Aku butuh bantuan. Paman ingat laptop pemberian paman kan? Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi tiba-tiba saja laptopku rusak. Apakah paman bisa memperbaikinya?"
"Rusak? Aku sendiri yang merancang laptopmu, seharusnya bisa digunakan hingga 20 tahun kedepan. Aku akan mengeceknya dari sini."
"Benarkah? Terima kasih paman. Sebenarnya aku membutuhkannya dengan mendesak. Aku berjanji pada profesorku untuk menyerahkan esaiku sekitar 2 jam lagi."
"Oke. Tenang saja, aku bisa menyelesaikannya kurang dari 1 jam."
"Terima kasih paman!"
Chleo merasa lega sekali akhirnya dia menemukan jalan solusinya. Kini dia bertanya-tanya, darimana tulisan itu berasal? Yah, dia memang sangat bersyukur bisa melihat tulisan nama pamannya yang sangat ahli pemograman itu. Dengan begitu dia bisa langsung segera menghubungi pamannya minta bantuan.
Tapi dia juga penasaran, bagaimana tulisan itu bisa tiba-tiba muncul dan langsung menghilang?
Chleo mengedikkan bahunya dengan cuek. Dia memutuskan apa yang dilihatnya barusan adalah ilusinya saja. Lalu dia beranjak keluar dari kelasnya untuk menemui Evie.
Ketika dia berjalan keluar, di sebelah kursi tempat duduk Chleo bergerak mundur seolah seseorang bangkit berdiri dari kursi tersebut. Padahal saat Chleo duduk tadi, tidak ada siapapun yang duduk disebelah Chleo. Anehnya, kursi tersebut bergerak sendiri.
Rupanya memang ada seseorang yang duduk di sebelahnya. Orang ini juga mendengar aksi curang pada seseorang terhadap laptop Chleo. Karena itu orang ini menimbulkan tulisan 'Stanley' agar Chleo segera ingat pada pamannya dan langsung menghubungi Stanley.
Soal kenapa orang ini tidak bisa dilihat, karena orang ini tidak memiliki tubuh fisik. Wajahnya juga sangat menyeramkan dengan mata kanan bewarna merah sedangkan mata kiri bewarna biru.
Orang ini memiliki rambut yang sangat panjang seperti wanita. Tidak ada yang tahu jenis kelamin orang ini. Tubuhnya tinggi dan tegap seperti tubuh pria tapi wajahnya halus seperti seorang wanita. Warna rambutnya bewarna ungu pada puncak kepalanya sementara ujung bawahnya bewarna kuning.
Bentuk telinganya tidak seperti telinga manusia biasa, tapi lancip seperti telinga elf di cerita dongeng.
Apakah mungkin orang ini adalah 'makhluk mistis' yang ditakuti para raja warna? Kenapa dia mengikuti Chleo? Mengapa membantu Chleo?
Yang lebih aneh lagi, 'makhluk' ini tidak lagi mengikuti Chleo lagi melainkan mencari sosok orang yang telah merusak laptop Chleo. Dia menemukan sosok tersebut dan tanpa menunggu lagi mengalirkan listrik kedalam tas gadis itu yang juga berisi laptop miliknya.
Setelah itu, barulah 'makhluk' ini pergi meninggalkannya. Sudah dipastikan, laptop gadis yang telah merusak laptop Chleo akan bernasib sama seperti Chleo. Bedanya, semua data yang disimpan di laptopnya akan menghilang tanpa jejak yang akan mempengaruhi studinya nanti.
Sementara itu, di suatu tempat ketika 'makhluk' misterius mengaktifkan kekuatannya, dua raja warna yang sedang bersantai di pelataran rumah bergidik ngeri.
Tiba-tiba saja Fye memegangi kepalanya dengan penuh ketakutan.
"Dia.. dia ada disini. Makhluk itu ada disini."
Axel sendiri menelan ludah dengan gugup. Seumur hidupnya dia tidak pernah merasa takut seperti ini. Hanya saja, mungkin karena dia belum pernah berhadapan langsung dengan 'makhluk' tersebut, rasa takutnya tidak sebesar apa yang dirasakan Fye.
Melihat Fye ketakutan seperti ini, apakah mungkin gadis itu pernah bertemu dengan 'makhluk' tersebut sebelumnya?