Menjemput Dexter
Menjemput Dexter
"Kau yakin kau baik-baik saja?" tanya X pada Fye yang terlihat pucat.
"Hm. Aku baik-baik saja. Apakah aku harus ikut kalian ke Amerika?"
"Kau sendiri bilang kau tidak aman disini. Sekarang kau menjadi buronan para polisi. Kau lebih aman bersamaku."
"Aku tahu. Tapi entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang lebih berbahaya menungguku disana."
X menghela napas lalu duduk di sebelahnya. Ingatannya akan masa lalu memang belum kembali, tapi setidaknya dia mulai melihat bayangan sosok seorang gadis berambut merah. Wajahnya tidak terlihat begitu dengan jelas, dan semula dia tidak begitu peduli. Namun semakin memikirkan sosok gadis itu, hatinya semakin terasa sesak.
Karena itulah dia memutuskan pergi ke Amerika. Siapa tahu, ingatannya akan kembali begitu dia bertemu dengan gadis itu.
Chleora Regnz.
Fye yang memberitahunya nama gadis didalam ingatannya. Selama 4 tahun ini dia merasa ragu untuk pergi ke Amerika karena merasa gadis itu tidak lagi penting. Ditambah lagi dia harus ke Cina untuk menetralkan dan mengajari raja merah yang baru untuk mengendalikan kekuatannya.
Karena raja merah baru masih sangat muda, jadi dia tidak perlu takut kedua energi utama mereka akan saling melukai.
Dia baru saja hampir melupakan sosok gadis didalam bayangannya karena sibuk menghabiskan waktu bersama raja merah muda. Namun akhir-akhir ini gadis itu sering muncul di mimpinya membuat hatinya tidak nyaman.
Ketika dia tahu Dexter, anak sulung Rotberth, asisten pribadinya akan ke Amerika untuk mengunjungi kekasihnya, dia memutuskan untuk ikut. Dia akan mencoba menemui gadis itu. Dia akan mencoba melihat seperti apakah Chleora Regnz.
Dia juga berencana membawa Fye ikut bersamanya. Dia mungkin tidak ingat apakah dia pernah meminta bantuan raja violet sebelumnya atau tidak. Tapi kenyataan bahwa dia kembali ke masa lalu tidak bisa dipungkiri lagi. Semua ini dilakukan oleh raja violet untuk membantunya.
Karena itulah, demi membalas hutang budi ini, X menawari perlindungan dari kejaran manusia. Itu sebabnya dia juga mengajak Fye ke Amerika. Tapi siapa sangka, gadis yang waktu kehidupannya berhenti karena memutar kembali waktu malah tampak ketakutan pergi ke Amerika.
X sama sekali tidak habis berpikir, siapa gerangan yang sanggup membuat seorang raja warna ketakutan seperti ini?
Apakah mungkin...?
Jika memang ada yang harus ditakuti oleh para raja warna, maka 'makhluk' itu adalah satu-satunya yang diduganya.
-
Kembali ke jam sekarang...
Chleo dan Evie menunggu di tempat kedatangan internasional. Pesawat yang ditumpang kekasih Evie sudah mendarat semenjak 10 menit yang lalu. Kini mereka hanya menunggu kekasih Evie keluar setelah mengambil koper yang kini beredar di lingkaran pengambilan koper lainnya.
Sambil menunggu Chleo dan Evie berbincang-bincang ringan. Evie bahkan menginterogasi Chleo perihal kencannya dengan Alexis kemarin sore.
Tidak lama kemudian barulah beberapa orang muncul dari gerbang kedatangan.
"Hei, coba lihat. Mereka mulai keluar. Mungkin sebentar lagi Dexter akan muncul." Chleo sengaja mengalihkan perhatian sepupunya agar tidak menanyainya terus menerus mengenai kencannya.
Tentu saja Evie yang sangat merindukan Dexter, kekasihnya langsung teralihkan dan memandang ke beberapa orang yang baru keluar dari gerbang kedatangan.
Semula hanya beberapa saja yang muncul. Lalu semakin lama semakin banyak orang yang muncul. Evie dan Chleo harus menghentikan obrolan mereka agar bisa langsung mengenali sosok Dexter.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya mereka melihat sosok unik dari sana. Seorang pemuda berambut platinum dengan jaket hitam panjang muncul disana.
"DEXTER!! DEX!"
Orang yang dipanggil langsung menoleh ke arah Evie lalu tersenyum sumringah.
Begitu Dexter keluar dari pagar yang membatasi antara penjemput dan gerbang kedatangan, Dexter membuka kedua tangannya lebar menyambut Evie yang telah berlari ke arahnya.
Seketika Dexter mendekap tubuh Evie dan mengangkatnya sambil berputar. Karena terlalu senangnya bertemu dengan sang pujaan hati, Evie sama sekali melupakan kehadiran Chleo yang kini hanya geleng-geleng pasrah.
Tidak bisakah sepupunya ini menyambut pemuda itu dengan biasa? Coba lihat, sekarang mereka menjadi bahan tontonan semua orang.
Yah, tampaknya Dexter juga tidak keberatan dengan tingkah laku Evie jadi Chleo membiarkannya saja.
Chleo mengamati pasangan sejoli itu dengan tatapan bahagia. Kalau tidak salah ingat, ini adalah yang ketiga kalinya bagi Chleo bertemu langsung dengan Dexter.
Pemuda itu sangat tampan dengan rambut platinum dan mata birunya. Terkadang pemuda ini mengingatkannya pada sang penyelamatnya dulu. Pangeran esnya.
Tapi, mengingat pangeran esnya sudah pasti berusia sekitar 40 tahunan dan tidak mungkin masih berusia awal 20an, Chleo tidak lagi mencoba memegang tangan orang bermata biru hanya untuk mengecek suhu tubuhnya.
Dia trauma mengingat 2 tahun lalu dia sempat salah orang hanya karena mata biru dan tangan dingin. Ternyata tangan pemuda itu dingin karena gelas minuman es yang sedang dibawanya.
Tapi.. mau tidak mau dia harus mengakui, Dexter memang sangat tampan. Apalagi dia berasal dari keluarga Hammilton yang merupakan keturunan bangsawan di Inggris. Tidak heran jika pemuda itu memiliki mata bewarna biru cerah.
"Jadi, dimana temanmu? Bukankah kau bilang kau datang bersama teman?" gugah Evie setelah puas melampiaskan rasa kerinduannya.
"Ah, dia ada di.." Dexter mencoba mencari temannya yang entah sejak kapan dia tinggalkan. Sepertinya karena terlalu senang melihat wajah Evie, dia juga turut melupakan keberadaan temannya.
Tidak lama setelahnya, seorang pemuda berjalan santai menghampiri mereka semua.
Pemuda itu memiliki rambut bewarna hitam dan kulit putih seperti salju. Matanya bewarna biru cemerlang seperti batu safir yang indah. Bibirnya bewarna merah yang sangat mencolok dengan kulitnya yang putih. Wajahnya tercetak dengan sempurna seperti pahatan patung raja di negeri Yunani.
Baik Chleo dan Evie sama-sama membelalakan mata mereka memandang wajah tampan pemuda yang baru muncul. Mereka tidak pernah bertemu dengan pemuda setampan ini sebelumnya.
Mereka bahkan sama-sama berpikir orang ini seperti Snow White di cerita putri Disney. Hanya saja ini versi prianya. Bagaimana tidak? Penampilan orang ini sangat cocok dengan deskripsi yang dimiliki Snow White.
Rambut hitam, kulit putih seperti salju serta bibir merah seperti delima. Pemuda ini benar-benar adalah Snow White versi pria.
Meskipun begitu, bagi Evie, Dexterlah yang nomor 1 di hatinya. Lalu bagaimana dengan Chleo? Apakah Alexis tetap nomor 1 di hatinya?
Sesungguhnya Chleo sama sekali tidak tahu. Yang dia tahu saat ini, dia merasa jantungnya berdebar-debar begitu matanya bertatapan dengan mata biru safir tersebut.
Aneh sekali, dia yakin dia belum pernah bertemu dengan pemuda ini, tapi kenapa dia merasa familiar? Kenapa dia merasa dia sedang bernostalgia?
Siapa pemuda ini?
Kenapa dadanya terasa sesak?
Kenapa rasanya dia ingin menangis?
Kenapa pula dia merasa bersalah? Apakah dia pernah melakukan kesalahan terhadap pemuda itu? Apakah dia pernah menyakiti pemuda itu?
Tidak mungkin. Chleo yakin tidak pernah bertemu dengan pemuda itu sebelumnya. Lalu darimana semua perasaan yang timbul dihatinya ini berasal?
'Siapa kau? Apa hubunganmu denganku? Kenapa kau membuatku gelisah sekaligus senang?'
Begitu banyaknya berbagai macam jenis perasaan yang berkecamuk didalam hati Chleo.
Inilah pertemuan resmi pertama mereka. Pertemuan antara Chleora Regnz dan sang raja biru.