My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Jawaban Chleo



Jawaban Chleo

3Chleo sudah selesai membersihkan diri dari acara kencan pertamanya bersama Alexis. Dia berusaha mengenyahkan rasa tidak enaknya dengan mandi air dingin hingga tubuhnya menggigil kedinginan. Meskipun sudah mandi dengan air dingin, perasaan tidak enaknya terus menyiksanya.     

Pada akhirnya dia hanya duduk termenung di ruang depan sambil memandang kotak segi empat bewarna biru doger dihadapannya. Chleo terlalu larut dalam pikirannya sehingga tidak menyadari kehadiran Diego yang kini duduk berhadapan dengannya.     

Diego meletakkan kedua sikunya diatas meja sementara kedua pipinya diatas telapak tangannya menangkup pipinya sendiri. Dia menyelidiki ekspresi sang kakak dengan wajah bingung.     

Diego bisa menduga Alexis baru saja mengungkapkan perasaannya pada kakaknya. Namun kakaknya ini luar biasa naif dan tidak peka, dia sama sekali tidak tahu perasaan dirinya sendiri. Mungkin karena itulah Chleo berada dalam kondisi mematung seperti ini.     

"Kakak," bisik Diego berusaha mengeluarkan Chleo dari lamunannya. "Kakak," panggilnya sekali lagi karena tidak ada reaksi dari sang kakak. "Kakak, kakaaaak. KAKAK!!"     

"Ha? Apa? Apa yang terjadi?"     

Chleo benar-benar terkejut luar biasa begitu suara orang yang menggelegar memanggil namanya.     

"Diego? Kau sudah pulang? Apa kau sudah makan? Mau kubuatkan makanan?"     

Diego hanya tersenyum melihat kakaknya kembali bersikap seperti sedia kala. Inilah yang paling membuatnya sangat menyayangi kakaknya. Chleo selalu memperhatikan segala kebutuhannya dan selalu siap membantu jika dia memerlukan bantuan. Chleo akan memprioritaskan keluarganya terlebih dulu daripada masalah pribadinya.     

"Aku sudah makan, sekarang sudah sangat kenyang. Jadi? Bagaimana kencan kakak?" tanya Diego sambil mengedipkan matanya dengan imut. Dia luar biasa penasaran jawaban seperti apa yang telah diberikan kakaknya pada Alexis.     

"Dia.. dia bilang dia jatuh cinta padaku." Jawab Chleo pasrah. Dia tahu, Diego pasti tidak akan menyerah untuk mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Dia tidak memiliki energi untuk mencari cara mengalihkan pembicaraan mereka.     

"Sudah kuduga. Lalu? Bagaimana jawaban kakak? Apakah kakak menerimanya?"     

"Aku... itu.. dia..." Chleo sama sekali tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya.     

"Apakah mungkin.. kakak menolaknya?" tanya Diego dengan curiga.     

"Itu.. aku tidak sepenuhnya menolaknya. Hanya saja..."     

"Jadi kakak menolaknya?"     

"Aku tidak menolaknya. Tapi.."     

"Itu berarti kakak menerimanya? Kalau kakak tidak menolaknya, bukankah itu berarti kakak menerimanya?"     

"..." Chleo mendesah berat karena adiknya selalu memotong kalimatnya. "Apa kau tidak lelah? Aku merasa mengantuk sekali. Bagaimana kalau kita tidur, hm?"     

"Eh? Tunggu! Maaf, aku tidak akan menyela lagi." Tiba-tiba Diego merasa panik sendiri karena kakaknya memutuskan untuk tidur.     

Dia tidak akan bisa tidur tenang kalau rasa penasaran memenuhi otaknya. Dia sangat antusias dengan perkembangan hubungan antara sang kakak dengan Alexis. Dia merasa gatal sekali ingin segera menghubungi kedua orang tuanya kabar gembira ini.     

"Lihat, aku mengunci mulutku dengan rapat!" untuk meyakinkan kakaknya, dia melakukan gerakan mengunci bibirnya lalu membuat gerakan seolah melempar kuncinya ke sembarang tempat.     

Melihat Diego yang kini duduk manis dengan bibir terkatup rapat membuat Chleo menghela napas panjang. Padahal tadinya dia berharap dia bisa kabur tanpa harus memuaskan rasa penasaran adiknya. Tapi disaat bersamaan, dia juga ingin mengeluarkan isi hatinya pada seseorang. Dan kebetulan orang yang tersedia saat ini adalah adiknya yang usianya 4 tahun dibawahnya.     

Pada akhirnya dia duduk kembali lalu menata perasaannya sebelum menceritakan apa yang terjadi.     

(Flashback)     

"Alexis, aku... ini semua membuatku sangat senang. Aku juga sangat senang mendengar perasaanmu. Aku juga menyukaimu. Kau tahu kan kau adalah salah satu orang yang paling kusukai di dunia ini. Tapi... aku rasa, perasaan sukaku terhadapmu berbeda dengan apa yang kau rasakan padaku. Aku tidak yakin... aku.." selanjutnya Chleo sama sekali tidak tahu harus bicara apa. Dia memang sangat suka bersama Alexis, tapi dia tidak yakin apakah rasa sukanya sama dengan apa yang dirasakan pemuda itu.     

Tadinya, dia hendak menerima perasaan Alexis dengan terbuka karena dia tahu, kalau seandainya mereka tidak cocok di tengah jalan, mereka bisa putus sewaktu-waktu. Tapi saat mendengar bahwa Alexis berencana untuk menikahinya membuatnya takut.     

Bagaimana kalau sampai akhir dia tidak memiliki perasaan yang sama dengan pemuda itu? Bagaimana kalau sampai akhir dia tidak bisa mencintai Alexis seperti pemuda itu mencintainya? Sudah terlihat jelas sekali Alexis begitu tulus mencintainya, bahkan sudah bisa membayangkan masa depan mereka bersama; mana mungkin dia tega menghancurkan harapan besar pemuda itu.     

Chleo sadar, ketika Alexis mendekatinya, ketika Alexis memutuskan untuk menjadikannya kekasihnya, pemuda itu sangat serius. Dia tidak menganggap hubungan pasangan kekasih dengan cara biasa seperti yang dilakukan pemuda di luar pada umumnya. Mungkin itu sebabnya Alexis dan Vincent merasa cocok? Mereka memiliki prinsip yang sama. Satu kali hubungan untuk sekali seumur hidup.     

Ayahnya serta paman Kinsey juga hanya memiliki 1 wanita seumur hidupnya yaitu istri mereka. Bahkan kakeknya dari pihak kedua orangtuanya juga hanya memiliki 1 wanita.     

Jika memang Alexis berniat untuk memiliki 1 wanita, maka Chleo tidak ingin merusaknya. Dia yakin dia tidak akan bisa memenuhi harapan pemuda itu. Dia yakin suatu saat nanti Alexis pasti akan menemukan seorang perempuan yang jauh lebih baik darinya dan mencintai Alexis dengan sepenuh hati.     

Karena itulah dia memutuskan untuk menolaknya. Namun sebelum dia berbicara apa-apa, Alexis sudah membuka suara terlebih dulu.     

"Aku tahu kau tidak memiliki perasaan yang sama denganku saat ini. Butuh sebuah keberanian yang besar bagiku untuk menyatakan perasaanku sepenuhnya. Aku bahkan mempersiapkan diri jika seandainya kau menolakku."     

"Alexis," gumam Chleo dengan sedih. Hatinya menjadi tidak tega melihat ekspresi kesedihan meliputi wajah pemuda itu.     

"Kau tidak harus menjawabnya sekarang. Bisakah kau memikirkannya terlebih dahulu? Besok aku akan berangkat ke Rusia dan kemungkinan, aku tidak akan ke Amerika selama tiga bulan kedepan. Mungkin juga bisa lebih lama terkandung situasi disana. Saat aku kembali, bisakah kau menjemputku?" Alexis mengeluarkan kotak segi empat bewarna biru doger dari sebuah tas coklat lalu menyerahkannya pada Chleo. "Bila saat itu tiba, jika kau menerima perasaanku, pakailah ini di hari kau menjemputku. Saat itu aku akan tahu jawabanmu."     

Chleo menerimanya dengan perasaan kacau. Secara refleks tangannya bergerak membuka kotak tersebut dan matanya melebar ketika melihat isinya. Sebuah kalung dengan rantai tipis yang elegan dihiasi dengan liontin berbentuk bunga camelia. Di beberapa sisi kelopak bunga tersebut dihiasi batu permata kecil menimbulkan warna yang unik. Sekali lihat, Chleo jatuh hati pada perhiasan itu.     

Chleo merupakan salah seorang yang sangat menyukai perhiasan. Meskipun begitu dia tidak akan royal untuk membeli perhiasan di seluruh toko di dunia ini. Dia hanya akan membeli perhiasan yang sangat disukainya. Dia bahkan hampir-hampir tidak pernah membelinya karena dia bisa mendesign perhiasannya sendiri.     

Gelang dengan bandulan bunga camelia merupakan salah satu karyanya sewaktu dia masih remaja dulu. Dan semua orang sudah tahu gelang yang dipakainya ini adalah gelang kesayangannya.     

Alexis juga tahu bunga kesukaannya. Dan kini pemuda itu memesan design khusus untuk kalung ini membuat hati Chleo menjadi tersentuh.     

Ah, sudah berapa banyak pemuda ini berusaha memenangkan hatinya? Kini dia ragu, apakah dia bisa menolak perhatian pemuda ini atau tidak. Dia merasa senang sekaligus takut. Dia ingin menikmati perhatian pemuda ini tapi dia takut dia akan melukai perasaan tulus Alexis.     

Karena itu, saat ini Chleo sedang berada dalam dilema yang sangat besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.