Cinta itu...
Cinta itu...
Alasan kenapa Chleo memilih Seattle, itu karena salah satu saudara sepupunya, Evangeline tinggal di Seattle. Dia tahu jika dia ingin hidup tanpa menggunakan nama Regnz di tempat lain yang tidak ada keluarga ayahnya, Vincent pasti tidak menyetujuinya.
Di Seattle ini ada Benjamin dan Felicia yang tinggal disana semenjak mereka menikah. Belum lagi Darrel Alvianc tinggal di Washington yang hanya berjarak 1 jam dengan Seattle. Karena itulah, Chleo memilih kota Seattle untuk hidup sederhana tanpa perlu membuat orang tuanya khawatir.
Di tempat ini tidak ada yang tahu siapa Chleo sebenarnya, kecuali Evie, putri tunggal Benjamin dan Felicia.
Chleo dan Evie hanya berjarak beberapa bulan saja, sehingga Chleo lebih merasa dekat dengan Evie. Bukannya dia tidak menyayangi saudara sepupu lainnya, hanya saja... yah.. jarak usia yang paling dekat adalah Theo yang berusia 2 tahun dibawahnya. Sementara adik sepupu perempuan... jangan ditanya. Mereka masih anak-anak semua.
Sudah dua tahun berjalan semenjak Chleo pindah dan berkuliah di Seattle. Semuanya berjalan dengan lancar dan dia memiliki banyak teman baru disana. Evie juga berkuliah di kampus yang sama hanya berbeda jurusan dengannya. Chleo mengambil jurusan design sedangkan Evie mengambil jurusan bisnis internasional.
Selain itu Alexis juga mengunjunginya tiap bulan sekali dan hubungan mereka semakin akrab. Chleo merasa nyaman dan sangat menyukai kepribadian Alexis. Evie bahkan sering menggodanya akan hubungannya dengan Alexis. Tapi Chleo sama sekali tidak menanggapinya dengan serius.
Lagipula hubungannya dengan Alexis tidak jauh berbeda dengan hubungannya bersama saudara sepupunya. Ditambah lagi, pemuda itu tidak pernah mengungkapkan 'cinta' atau bersikap seperti orang yang jatuh cinta terhadap dirinya. Jadi kemungkinan bahwa Alexis memiliki sebuah perasaan khusus terhadap dirinya sama sekali tidak terbesit di pikirannya.
Hanya saja... Chleo jadi teringat kepulangannya beberapa bulan lalu. Waktu itu liburan semester dan dia kembali pulang ke New York untuk mengisi waktu liburannya bersama keluarganya.
Sesuatu mengejutkan terjadi di kediaman rumahnya. Alexis ada di dalam rumahnya! Tidak hanya itu, pemuda itu malah terlihat akrab dengan ayahnya. Bahkan Diego yang selama ini bersikap sinis pada semua teman pria Chleo, juga bersikap baik pada Alexis.
Seolah itu semua tidak cukup, ibunya malah memuji-muji Alexis dihadapannya seolah Alexislah anak kandungnya dan bukan Chleo. Jelas sekali anggota keluarganya sangat menyukai Alexis dan hanya orang bodoh saja yang tidak bisa melihat maksud ibunya yang ingin menjadikan Alexis sebagai menantu keluarganya.
Memikirkan hal ini membuat Chleo pusing. Untung saja ayahnya membelanya dan tidak sembarangan menjualnya. Dengan tegas ayahnya berkata Chleo harus fokus pada kuliahnya terlebih dahulu baru memikirkan pasangan hidup. Sedari dulu Vincent memang adalah orang kolot. Mungkin karena dia keturunan tionghoa sehingga masih memegang tradisi kuno disana.
Meskipun begitu, tidak ada yang menyangkal kalau Vincent telah memberi lampu hijau pada Alexis untuk mendekati putrinya. Kalau begini caranya, bukankah Chleo tidak akan bisa kabur lagi?
Selama ini Chleo hanya menganggap Alexis sebagai teman biasa. Yah, diantara teman-teman pria lainnya, dia memang lebih dekat dan merasa nyaman bersama Alexis dibandingkan lainnya.
Chleo memang curiga kalau Alexis memiliki perasaan khusus untuknya, tapi dia seringkali mengenyahkan pikiran ini. Itu karena Alexis bersikap biasa dan tidak pernah mengutarakan perasaannya.
Apakah mungkin... karena Alexis juga mendapat didikan yang sama dengan Vincent? Sama-sama kolot dan hanya menunggu Chleo untuk lulus dari sekolahnya terlebih dulu sebelum mengutarakan perasaan? Tidak heran jika Alexsis sangat cocok dengan ayahnya.
Chleo kembali mengingat kebersamaannya dengan Alexis tiap kali mereka bertemu. Kalau setelah dipikir-pikir, Alexis memang selalu berhasil menyenangkan hatinya. Entah dalam makanan atau melakukan sesuatu, tiap kali bersama pemuda itu, Chleo merasa senang dan bebas. Apakah ini yang namanya cinta? Chleo sama sekali tidak tahu.
Lagipula, seperti apa rasanya jatuh cinta? Karena Chleo tidak pernah mengalami yang namanya cinta, dia memutuskan untuk bertanya pada sepupunya.
"Cinta? Apakah kau meragukan perasaanmu sendiri terhadap Alexis?" goda Evie ketika mendengar pertanyaannya.
"Jawab saja pertanyaanku." Ujar Chleo dengan memutar kedua matanya malas.
"Cinta itu... kau akan melihat sejuta bintang diatas kepalamu, lalu kau juga melihat gelembung pink mengelilingi pujaan hatimu. Wajahnya akan bersinar-sinar seolah ada lampu sorot meneranginya." ungkap Evie dengan nada berlebihan sambil mengarahkan pandangannya ke langit seolah sedang memuja sesuatu.
"Apa yang gadis ini katakan? Kenapa aku tidak mengerti? Sepertinya aku bertanya pada orang yang salah." Monolog Chleo sambil menggelengkan kepalanya lalu beranjak pergi meninggalkan sepupunya yang sedang asyik melamun.
"Apa kau sudah mengerti saudaraku tercinta? Hm?" Evie baru saja menoleh kesebelahnya namun Chleo telah berjalan mendahuluinya. "Hei, Chleo! Tunggu aku!" panggil Evie seraya menyusul sepupunya dengan setengah berlari. "Kejam sekali. Kau yang bertanya tapi malah tidak mau mendengarkanku."
"Jawabanmu susah dimengerti. Apa tidak bisa disederhanakan?"
"Disederhanakan bagaimana?"
Keduanya telah mencapai loker khusus mereka untuk mengambil peralatan untuk kelas berikutnya.
"Misalnya seperti... " Chleo terdiam sejenak memikirkan sesuatu. "Ah, bagaimana kau bisa yakin kalau kau menyukai Dexter?"
"Dexter?" seketika kedua mata hitam Evie bersinar-sinar saat mendengar nama pujaan hatinya. Evie menutup lokernya lalu menyandarkan sebelah wajahnya ke loker dengan ekspresi seperti seorang perempuan yang sedang kasmaran.
"Tiap kali dia bersamaku, aku akan merasa bahagia. Tiap kali dia pulang ke Inggris, aku akan merasa kehilangan. Aku akan merindukannya tiap hari dan tiap malam. Tiap kali melihatnya tersenyum atau tertawa, aku juga ikut merasa senang. Sebaliknya, jika dia merasa sedih atau sedang mengalami masalah, aku turut merasa sedih. Aku juga akan berpikir ingin berguna dan bisa membantunya menyelesaikan masalahnya."
Chleo melongo mendengar penjelasan itu. Dia sama sekali tidak tahu sepupunya yang satu ini juga bisa romantis.
"Kau tahu.. aku sudah tidak lagi menyukainya."
"Kau tidak menyukainya?" tanya Chleo keheranan.
"Sekarang aku sangat sangat mencintainya. Sepertinya aku sudah tidak bisa hidup lagi tanpa dirinya."
Mulut Chleo terbuka lebar mendengarnya.
"Uhm.. kurasa kau berlebihan."
"Hhhh.. itu karena kau tidak mengerti perasaanku. Coba saja kau bayangkan jika seseorang mengambil Alexis darimu. Pasti kau tidak akan tenang seperti ini."
Benarkah? Chleo mencoba membayangkan jika Alexis pergi dari kehidupannya.
Hm... aneh sekali. Dia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Mungkin karena dia tahu Alexis tidak mungkin pergi darinya. Kalaupun pemuda itu akan pergi, Chleo yakin Alexis pasti akan kembali padanya.
Chleo bertanya-tanya, darimana kepercayaan dirinya berasal?