Ternyata...!
Ternyata...!
Inilah salah satu kelemahannya. Kalau sudah terlalu senang, atau terlalu panik, Chleo akan melupakan segalanya. Dia tidak bisa berpikir jernih dan langsung bertindak dengan gegabah. Justrus sifat inilah yang sangat dikhawatirkan Vincent.
Untungnya, sangat sedikit hal yang bisa membuatnya terlalu senang atau terlalu panik. Karena dia memiliki kesenangan dalam banyak hal, sehingga sesuatu yang bisa membuatnya terlalu senang hanya sedikit.
Salah satu hal yang paling membuatnya terlalu senang hingga melupakan segalanya adalah ketika dia menyelam bersama raja biru dengan menunggangi ikan paus besar. Hingga saat ini, dia sama sekali tidak melupakan adegan itu, bahkan kenangan itu masih terasa fresh didalam ingatannya.
Itu sebabnya waktu itu dia tidak peduli apakah pangeran esnya adalah orang jahat atau bukan. Dia juga tidak peduli bahwa pangeran esnya merupakan orang asing baginya dan langsung tidak segan untuk duduk diatas pangkuannya. Dia bahkan sempat mencium pipi pria itu!
Kalau setelah diingat kembali, Chleo merasa malu sekali. Jika seandainya pangeran esnya akan datang menemuinya, Chleo tidak tahu harus bersikap seperti apa.
Chleo ingat masa-masa dia bersama dengan pangeran esnya. Pria itu memasak spageti serta membuat pancake untuknya. Dia masih mengingat semuanya dengan jelas
Satu-satunya yang tidak diingatnya adalah wajah Pangeran esnya. Dia sama sekali tidak ingat seperti apa wajahnya ataupun warna rambutnya. Yang dia ingat adalah suhu tubuhnya yang sangat dingin serta mata biru yang bersinar.
Karena itu terkadang dia akan menyelidiki tiap-tiap orang yang ditemuinya yang memiliki mata biru. Dengan cerdiknya dia akan mendekati mereka untuk berkenalan dan berjabat tangan. Begitu tahu suhu tubuh semua orang yang diajaknya berkenalan bersuhu normal, Chleo akan bersikap biasa dan sopan.
Tapi jika dia bertemu dengan orang yang bukan bermata biru, Chleo akan bersikap acuh dan tidak peduli. Karena dia hanya mempersempit pencariannya dengan ciri mata biru saja. Barulah setelahnya adalah suhu tubuhnya yang dingin.
Hingga detik ini, dari sekian banyaknya orang yang memiliki mata biru, tidak ada satupun yang memiliki suhu tubuh sedingin es. Meskipun begitu, Chleo tidak menyerah dan terus mencari.
Hingga hari itu, dia tanpa sengaja menabrak orang yang diduganya bekerja di perusahaan ayahnya. Tanpa sengaja tangannya bersentuhan dengan orang itu saat mengambil gelas minuman yang terjatuh. Kebiasaan buruknya disaat dia terlalu senang, Chleo langsung saja menggenggam tangan orang itu dengan erat tanpa rasa sungkan. Chleo ingin memastikan suhu tubuh orang tersebut.
Dingin! Sangat dingin! Seperti apa yang diingatnya!
Chleo langsung memandang wajah pemuda itu dengan seksama. Pemuda itu sangat tampan dengan rambut pirang keemasan serta... mata biru!
Akhirnya! Pangeran esnya datang menemuinya.
"Akhirnya kau datang menemuiku. Aku sudah sangat lama menunggumu." seru Chleo sama sekali tidak bisa menahan rasa senangnya.
"Ha? Nona, mungkin kau salah mengenali orang?"
"Aku tidak mungkin salah. Kau adalah Pangeran esku, iya kan?"
"Pa..pangeran es??"
"Aku sudah lama menantimu." Sambung Chleo masih terus mengenggam tangan pria itu dengan senyuman lebar. Dia sama sekali tidak sadar dirinya telah membuat orang tersebut terpesona akan ekspresinya yang bahagia. "Apakah kau bekerja disini? Kapan kau datang kemari? Bukankah kau bilang kalau kau tidak akan menemuiku hingga aku berusia dua puluh satu? Bagaimana kau bisa ada disini sekarang?"
Pemuda itu tersenyum dengan sangat menawan sekali memikat seorang Chleo yang polos.
"Nona, sepertinya ada salah paham. Aku bukan pangeran es dan juga.. aku hanya pegawai magang disini."
Chleo masih belum melepas genggamannya pada tangan pemuda itu. Tampaknya pemuda itu juga tidak ingin melepaskan diri dari tangannya. Atau mungkin dia terlalu terpesona akan kemurnian senyuman Chleo sehingga lupa kalau tangannya sedang digenggam oleh gadis asing tak dikenalnya. Bahkan minuman yang baru saja dibelinyapun telah dilupakannya.
"Apakah kau akan bekerja disini terus?"
"Mungkin, mungkin jika aku bertemu denganmu setiap hari, aku akan bekerja disini setelah lulus nanti."
Wajah Chleo bersemu merah mendengarnya. Aneh sekali, kenapa sedari tadi Chleo merasa dadanya bergemuruh hebat. Ada apa dengannya? Apalagi melihat senyuman pemuda tampan itu membuat dadanya terasa ringan seperti terbang ke angkasa.
Sepasang mata coklat bertatapan dengan sepasang mata biru safir yang indah. Untuk beberapa saat mereka serasa berada dalam dunia mereka sendiri. Mereka saling memandang tanpa mau mengalihkan pandangan mereka dan lebih memilih tenggelam kedalam mata lawannya. Baik Chleo dan pemuda itu serasa seperti terhanyut oleh sepasang mata yang indah.
Mungkin karena terlalu lama menggenggam tangan pemuda itu, akhirnya Chleo baru menyadari sesuatu. Tangan pemuda itu tidak lagi dingin seperti yang dikiranya, malahan terasa panas di telapak tangannya.
Chleo segera menunduk ke arah tangan pemuda yang masih dipegangnya itu. Dia menggerakkan ibu jarinya mengelus punggung tangan pemuda itu membuatnya yakin, suhu tubuh pemuda ini normal seperti manusia pada umumnya.
Bagaimana bisa? Bukankah orang ini adalah raja biru? Bukankah seharusnya suhu tubuh orang ini tetap dingin dan tidak menjadi panas meskipun sudah bersentuhan dengan kulit manusia lain?
Chleo memiliki otak yang sangat pintar dan langsung segera menganalisa apa yang terjadi.
Orang ini sedari tadi bilang dia bukan pangeran es dan mengaku kalau sedang magang di tempat ini. Usia orang ini tampaknya tidak jauh darinya jika melihat wajahnya yang tampak muda. Apalagi orang ini sempat bilang dia berencana akan bekerja tetap disini begitu lulus yang berarti orang ini masih kuliah di tingkat semester terakhir.
Chleo memang tidak ingat seperti apa wajah pangeran esnya, tapi dia yakin sekali setidaknya sekarang orang itu pasti sudah berusia sekitar tiga puluh atau empat puluhan.
Chleo mengerling kesebelahnya dimana ada sebuah gelas minuman milkshake dingin dengan tutupnya yang tertutup sempurna mencegah isinya keluar. Secara refleks, Chleo melepas genggamannya dan memegang gelas minuman itu yang ternyata sangat dingin.
Barulah dia sadar. Dia telah salah mengenali orang!
Tangan pemuda ini dingin karena sedang membawa gelas minuman dinginnya. Chleo salah menduga dan mengira suhu tubuh orang ini dingin padahal, hanya telapak tangannya saja yang dingin akibat memegang gelas plastik itu dalam waktu lama.
"Maaf, ternyata aku salah orang." Sahut Chleo tiba-tiba, lalu segera bangkit berdiri dan melarikan diri. Dia terlalu malu menatap mata orang itu karena telah salah mengenali orang.
Ugh! Dia tidak tahu seperti apa wajahnya sekarang. Pasti merah sekali saking malunya.
"Tunggu dulu, nona!"
Chleo sama sekali tidak memperdulikan pemuda itu yang terus memanggilnya karena dia merasa luar biasa malu.
Astaga...!! Apa yang sudah dia lakukan? Dengan tidak tahu malunya dia menggenggam tangan orang lain! Apalagi dia sempat terpesona dengan ketampanan orang itu.
Ugh! Hari yang paling memalukan seumur hidupnya.
Chleo berlari menuruni tangga darurat dengan cepat dan langsung tiba di lantai dasar dalam waktu dua menit. Lalu dia berlari kencang menuju pintu utama tanpa sadar salah satu benda kesayangannya terjatuh.