Bertemu Dengan Pangeran Es
Bertemu Dengan Pangeran Es
Beberapa saat lalu Chleo berhasil menyelinap masuk diantara para mahasiswa yang datang untuk wawancara dan berhasil masuk ke kantor ayahnya dengan lancar... yang ternyata gagal karena misinya untuk menyelinap masuk diam-diam ketahuan juga oleh sang ayah.
Tujuannya untuk datang kemari karena dia ingin meminta izin pada ayahnya. Dia ingin mendaftar di universitas dengan tidak menggunakan nama keluarga Regnz. Rasanya akan sangat menyenangkan jika dia bisa mencari teman yang tidak mengetahui latar belakangnya.
Ditambah lagi dia ingin kuliah di Universitas Seattle. Dia mendapat kabar dengan memenangkan lomba lukis yang akan diadakan di Washington, dia akan mendapatkan beasiswa penuh di dua semester pertama.
Karena itulah, dia ingin meminta ayahnya untuk menghubungi Darrel untuk membuat identitas samaran untuknya. Dengan begitu dia bisa mengikuti lomba tersebut dan bisa berkuliah mendapatkan beasiswa tersebut.
"Untuk apa kau mendapatkan beasiswa? Papamu bisa membiayai semua biaya sekolah hingga kuliahmu." Sahut Vincent sama sekali tidak suka Chleo yang berencana menyamar sebagai anak biasa. Karena semenjak Chleo lahir, anak itu tidak mungkin bisa menjadi anak biasa. "Lagipula, kenapa harus Seattle? Disini kan juga banyak universitas dengan jurusan yang kau inginkan?"
"Ayolah papa. Papa kan sudah berjanji akan mengabulkan semua permintaanku tiap kali aku berulang tahun."
"Aku akan mengabulkan semua permintaanmu tapi tidak untuk yang satu ini."
"Ayolah. Hm?" Chleo masih belum menyerah merayu ayahnya. Dia bahkan menempelkan pipinya ke wajah ayahnya lalu menggoyangkannya sambil merajuk.
"Chleo, kau sudah bukan anak kecil lagi, dan disini adalah kantor bukan di rumah." Sahut Vincent tidak bisa menyembunyikan nada jenakanya.
"Umur berapapun, aku tetap gadis kecil papa." Jawab Chleo dengan manja.
"Itu memang benar."
"Jadi papa akan mengabulkan permintaanku?"
"Tidak." Jawab Vincent dengan tegas lalu melepas diri dari pelukan putrinya. Dia berusaha menghindar dari ekspresi memelas nan manja dari putrinya karena dia tahu dia pasti akan luluh juga jika harus berhadapan dengan ekspresi putrinya.
"Ayolah, papa." Chleo mengikuti papanya dan duduk disebelahnya dengan bersikap manja. "Sekali ini saja. Hanya kali ini. Aku juga tidak akan menipu pengawal papa dan melarikan diri. Aku janji."
Vincent mendengus mendengar pernyataan putrinya. "Sudah berapa kali kau mengatakannya tapi kau tetap menipu pengawalmu dan membuat mereka semua panik mengkhawatirkanmu."
Sudah hampir tidak terhitung Chleo menggunakan akal cerdiknya untuk mengelabui pengawal pribadinya agar dia bisa bergerak bebas tanpa pengawal. Biar bagaimanapun, dia tetaplah anak perempuan remaja biasa. Sesekali dia tidak ingin pergerakannya diawasi oleh ayahnya. Apalagi kalau dia sedang bersenang-senang dengan teman prianya.
Ayahnya, Paman Kinsey serta Paman Stanley selalu bersikap berlebihan tiap kali mendengar dia berteman dengan teman pria. Mereka akan menyelidiki latar belakang pemuda itu lalu memberikan aura intimidasi agar tidak mendekatinya.
Pernah satu kali dia bermain bersama teman-teman prianya di sebuah taman hiburan. Ketika ada temannya yang hanya bersikap bersahabat dengan merangkul bahunya, tiga orang bertubuh besar langsung mendorong paksa temannya menjauhinya.
Tidak hanya itu, mereka merobohkannya dan menindih tubuhnya ke lantai. Adegan ini seperti seorang polisi yang tengah menangkap seorang pencuri yang berusaha melarikan diri.
Adegan ini pula yang membuat Chleo merasa malu dan harus berulangkali meminta maaf pada teman-temannya.
Sungguh, sikap para pengawalnya ini sangat berlebihan. Itu sebabnya dia sering menipu mereka agar dia bisa bebas bermain dengan teman-temannya.
Belum lagi ada Diego yang sering mengekorinya kemanapun ia pergi. Terlebih anehnya lagi teman-teman prianya tampak ketakutan bila ada Diego disisinya.
Chleo tahu Diego telah melakukan sesuatu pada teman-temannya. Apalagi ketika mereka semua mengomel padanya mengenai sikap Diego terhadap mereka.
Yah, karena dia terlalu menyayangi Diego, dia tidak menyalahkan adiknya. Malahan, dia merasa jika seseorang tidak bisa bersabar terhadap adiknya, itu berarti orang itu tidak pantas menjadi temannya.
Hanya saja, dia sungguh berharap ayahnya dan adiknya melonggarkan perlindungan mereka terhadap dirinya. Kalau begini terus, bagaimana dia bisa bertemu dengan Pangeran Esnya? Bisa-bisa pangeran esnya tidak akan mau menemuinya.
Dia tidak peduli orang lain akan takut pada ayahnya atau adiknya. Tapi dia tidak ingin pangeran esnya takut pada keluarganya. Dia tidak ingin pangeran esnya menjauhinya!
"Kali ini aku janji, aku tidak akan melakukannya lagi. Tapi aku juga tidak ingin memiliki empat pengawal. Lagipula, jika aku menyembunyikan identitasku sebenarnya, bukankah tidak ada yang tahu identitasku sebenarya. Dua pengawal yang kupercaya sudah cukup. Iya kan? Ditambah, Paman Darrel juga tinggal di Washington. Dia juga bisa membantu papa untuk melindungiku disana. Ya? Ya?" sekali lagi Chleo memasang wajah memelasnya.
Vincent menghindari tatapan putrinya dengan berkosentrasi pada dokumen yang akan dibahas di rapat pemegang saham sebentar lagi. Chleo masih terus merajuk hingga sekretaris pribadi Vincent masuk kedalam untuk memberitahunya bahwa rapat akan segera dimulai.
Mendengar laporan ini membuat Chleo semakin cemberut sadar kali ini dia tidak bisa menggoyahkan keputusan ayahnya.
"Philip. Hubungi Darrel. Aku ingin bicara dengannya mengenai kampus di Seattle serta pengamanan yang akan diberikan untuk Chleo."
Chleo yang tadinya murung langsung bersemangat mendengar itu. Matanya berbinar-binar penuh harap dan hatinya serasa melambung tinggi.
"Baik."
"Papa akan mengizinkanku?"
"Hhh.. Aku rasa aku terlalu memanjakanmu."
"Tentu saja tidak. Papa terlalu menyayangiku. Muaccch." Seru Chleo sembari mencium pipi ayahnya sebagai bentuk rasa sayangnya dan ungkapan terima kasihnya.
"Jadi, kapan lombanya akan diadakan?"
"Empat bulan lagi. Aku akan mendaftar dengan nama samaran buatan Paman Darrel."
"Jadi kami tidak boleh datang mendukungmu di acara lomba nanti?"
"Tentu saja tidak boleh. Semua orang sudah mengetahui wajah kalian, apalagi Diego. Jika kalian datang, maka sia-sia saja aku menggunakan nama samaran."
Vincent menggelengkan kepala pasrah mendengarnya. "Baiklah, terserah kau saja. Selama kau membiarkan dua pengawal mengikutimu tanpa kau tipu, aku akan mengizinkanmu kesana."
Chleo memekik senang mendengarnya dan sekali lagi mencium pipi ayahnya sesuai kebiasaannya lalu langsung melesat pergi keluar dari ruang kerja ayahnya.
Karena terlalu senangnya dia tidak sadar lift yang dinaikinya terbuka di lantai yang bukan tempat tujuannya. Begitu dia berjalan keluar dengan cepat, orang lain tanpa sengaja menabraknya hingga menjatuhkan minumannya ke lantai.
Chleo langsung merasa bersalah dan hendak mengambilkan gelas minuman tersebut sambil meminta maaf. Dia sama sekali tidak tahu ternyata orang yang ditabraknya juga refleks mengambil gelas minumannya membuat kedua tangan mereka saling bersentuhan.
Napas Chleo tercekat ketika merasakan suhu dingin pada tangan orang tersebut. Dia ingat suhu tubuh Pangeran esnya juga bersuhu dingin. Tanpa pikir panjang, Chleo menggenggam tangan pemuda itu untuk memastikannya sekali lagi.
Dingin. Sangat dingin. Seperti apa yang diingatnya.
Chleo langsung memandang wajah pemuda itu dengan seksama. Pemuda itu sangat tampan dengan rambut pirang keemasan serta... mata biru! Dia memang tidak ingat warna rambut Pangeran esnya, tapi dia ingat warna matanya. Karena warna mata Pangeran esnya mirip dengan adik lelakinya yang juga memiliki mata biru.
"Akhirnya kau datang menemuiku. Aku sudah sangat lama menunggumu."
"Nona, kurasa kau salah mengenali orang?"
"Aku tidak mungkin salah. Kau adalah Pangeran esku, iya kan?"
"Pa..pangeran es??"
Pemuda itu sebenarnya tidak mengerti apapun yang sedang dibicarakan oleh Chleo. Tadinya dia hendak protes dan meluruskan kesalahpahaman ini.
Tapi... ketika melihat senyuman lebar menghiasi wajah Chleo, sinar mata gadis itu yang bersinar-sinar bagaikan galaxi yang indah.. pemuda itu terpesona. Dia tidak pernah bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik dan semurni ini.
Siapakah gadis ini?
Kenapa sepertinya dia merasa pernah melihat gadis ini di suatu tempat?