Dua Bersaudara
Dua Bersaudara
Chleo memang merasa mengantuk. Fisik dan mentalnya terasa lelah luar biasa, namun pikirannya sama sekali tidak mengantuk. Pikirannya selalu melayang pada suaminya dan Alexis. Otaknya mengatakan dia tidak perlu khawatir dan tetap berpegang pada keputusannya. Tapi hatinya mengatakan dia harus mencari Harry dan mempertahankan pernikahan mereka.
Secara logika, jika dia memilih Harry maka mungkin dia akan lebih bahagia, tapi Alexis akan menyerang keluarganya demi menuntaskan balas dendamnya. Jika seandainya Chleo meminta bantuan pada Harry, apakah pria itu akan membantunya? Kalaupun iya, bagaimana cara pria itu membantunya? Dengan membekukan jantung Alexis?
Tidak. Mana mungkin Chleo akan membiarkannya. Biar bagaimanapun Alexis adalah orang yang pernah menempati hatinya. Dia tidak ingin Alexis terluka meskipun pemuda itu merencanakan sesuatu yang jahat terhadap keluarganya.
Dia juga tidak peduli jika Alexis hanya memanfaatkannya sebagai alat untuk balas dendam. Selama Alexis tidak melukai keluarganya dan berniat berhenti, maka dia tidak perlu memikirkannya. Lagipula dia yakin kebaikan Alexis yang selama ini ditunjukkan adalah nyata. Chleo memegang kuat kenyataan ini karena dia sudah berhubungan dengan Alexis lebih dari 10 tahun.
Katakanlah dia bodoh, dia juga tidak peduli. Lebih baik memikirkan hal terbaik dari seseorang daripada berprasangka buruk yang belum tentu benar.
Lagipula, selama belasan tahun ini, orang yang setia menemaninya dan berusaha mengeluarkannya dari trauma yang gelap dan menyakitkan adalah Alexis. Bukan ibunya, ataupun ayahnya. Bahkan Diego juga bukan. Anak itu masih sangat kecil dulu sehingga sama sekali tidak tahu apa-apa perihal penculikan Chleo.
Baginya, Alexis adalah penyelamatnya dan dia merasa sangat berhutang budi pada pemuda itu. Akan tetapi...
Chleo menghela napas memikirkan ini. Apakah dia terlalu kejam karena lebih memihak pada Alexis dibandingkan keluarganya?
"Kak Chleo?"
Chleo menoleh ke arah sumber suara yang ternyata adalah adik satu-satunya.
"Kau belum tidur?"
"Aku baru selesai latihan. Kakak sendiri tidak tidur?"
"Aku tidak bisa tidur. Latihan apa yang kau maksud? Jangan-jangan..." Chleo memincingkan matanya memandang Diego dengan tatapan curiga.
"Tentu saja latihan untuk menjaga bentuk tubuh. Aku ini seorang model yang sedang naik daun. Tentu saja aku harus menjaga tubuh fisikku."
"Sejak kapan kau jadi model? Aku sama sekali tidak tahu."
Diego menghela napas panjang. "Tentu saja kakak tidak tahu. Kakak tidak pernah menghubungi kami semua selama 2 tahun ini. Kakak bahkan tidak datang ke acara wisudaku."
"Ah.. maaf." ucap Chleo dengan penuh penyesalan. Padahal Chleo tidak sepenuhnya bersalah. Selama ini dia berusaha mencari cara untuk menghubungi keluarganya, tapi selalu gagal. Itu karena Harry memblokir semua alat komunikasi didalam kastil yang mengarah ke Amerika.
Sudah jelas Harry melarangnya menghubungi keluarganya. Chleo yakin akan hal itu. Tapi kalau setelah dipikir ulang... apakah benar Harry melarangnya? Mungkinkah Harry akan mengizinkannya menghubungi keluarganya jika seandainya dia meminta baik-baik?
Memikirkan kemungkinan ini membuat Chleo menyesal setengah mati. Jika seandainya dia tidak dibutakan rasa kebenciannya, jika seandainya dia mau membuka diri dan memberi kesempatan pada Harry untuk mendekatinya, mungkin dia masih bisa berkomunikasi dengan keluarganya.
Chleo menundukkan kepala semakin murung. Perasaannya yang dialaminya saat ini terlalu berat. Dia sudah tidak tahu lagi yang mana yang benar dan yang salah. Semakin memikirkan hal ini, kepalanya semakin mau pecah. Dia ingin mengutarakannya pada kedua orangtuanya, tapi entah kenapa dia yakin dia tidak akan suka reaksi kedua orangtuanya.
Chleo melirik ke arah adiknya yang duduk santai disebelahnya sambil memandang ke langit gelap. Chleo memutuskan mencoba untuk memberitahu adiknya apa yang sedang bergumul didalam hatinya saat ini. Lagipula dia dan Diego memang sangat dekat dari dulu. Chleo bahkan merasa lebih dekat dengan Diego dibandingkan dengan kedua orangtuanya.
"Diego, apakah aku boleh mengutarakan sesuatu?"
Diego menoleh ke kakaknya dengan senyuman lembut. "Tentu saja."
Kemudian Chleo menceritakan asal mula kenapa dia menikah dengan Harry. Ancaman pria itu lalu kenyataan bahwa Harry sengaja berbuat kejam padanya demi melindunginya dari rencana Alexis hingga kenyataan bahwa Alexis adalah anak kandung orang yang pernah menculiknya dulu. Tapi perihal bahwa Harry adalah raja biru tidak diberitahukannya.
Bukan karena dia sengaja merahasiakannya untuk melindungi identitas suaminya. Dia benar-benar melupakan kenyataan penting. Suaminya ini adalah raja biru! Jika seandainya dia memberitahu Diego, mungkin hasil cerita akan lain. Diego sendiri memiliki sebuah rahasia yang akan sangat membuat keluarganya terguncang hebat bila mengetahuinya.
Dan dia bisa langsung membantunya untuk mengambil keputusan begitu tahu Harry adalah raja biru.
Sayangnya, Chleo tidak menceritakan soal raja warna, Diegopun tidak membongkar rahasia yang sudah tersimpan dengan sangat rapi. Karena itu hasil cerita akan berjalan seperti yang seharusnya.
Setelah selesai menjelaskan seluruh kejadian, Chleo berlanjut mengungkapkan rencananya dan perasaannya saat ini. Anehnya, setelah mengungkapkan isi hatinya, Diego tidak tampak terkejut seolah pemuda ini sudah tahu apa yang terjadi.
"Kau tidak tampak terkejut." tuduh Chleo merasa curiga adiknya ini memang sudah mengetahui semuanya.
"Karena aku memang sudah tahu." jawab Diego mengedikkan bahunya dengan cuek.
"!?? APA? Sejak kapan? Bagaimana bisa?"
"Aku baru mengetahuinya akhir-akhir ini. Papa yang memberitahuku." jawab Diego asal-asalan.
Mendengar ini membuat Chleo lebih terkejut lagi. Jadi selama ini ayahnya mengetahuinya?
"Papa juga tahu? Bagaimana bisa?" Chleo masih belum bisa mempercayai apa yang didengarnya.
"Kakak, apa kau lupa siapa papa sebenarnya? Belum lagi papa bekerja sama dengan paman Darrel untuk melindungimu diam-diam. Aku tahu kalau kakak itu ceroboh dan naif, tapi aku sama sekali tidak menyangka kakak akan melupakan kemampuan keluarga kita."
"Aku.. aku..." Kalau Vincent memang sudah mengetahuinya, kenapa ayahnya tidak bilang apa-apa? Kenapa ayahnya tidak memarahinya?
Diego menghela napas pasrah melihat kakaknya masih belum bisa mempercayainya. Kini giliran Diego yang menceritakan apa saja yang terjadi selama Chleo tinggal di Inggris.
Semenjak Harry dan Chleo datang ke rumah sebagai pasangan suami istri, Vincent sudah mencurigai pernikahan ini. Vincent sangat mengenali putrinya. Bagaimana mungkin seorang gadis yang begitu mencintai Alexis tiba-tiba rela menikah dengan orang lain?
Harry mengaku hari itu juga bahwa dia memang memaksa Chleo dengan mengancamnya. Harry juga menjelaskan rencananya untuk memastikan Chleo tidak akan bisa dijangkau Alexis. Itu sebabnya Vincent rela melepas kepergian putri satu-satunya. Walau tidak bisa bertemu, setidaknya putrinya jauh lebih aman dan bahagia bersama Harry dibandingkan bersama Alexis.
Diego juga menceritakan selama 2 tahun ini Alexis semakin gencar menyerang anak cabang perusahaan keluarga. Bahkan Diego sendiri turut membantu sang ayah untuk menjaga nilai saham di cabang yang ada di New Jersey. Seminggu sekali disaat jadwal kuliahnya tidak terlalu sibuk, Diego akan pergi ke New Jersey untuk memantau keadaan perusahaan dibawah naungan Flex group.
Baru akhir-akhir ini saja mereka bisa tenang, karena ada bantuan kerjasama dari keluarga Harry di Inggris.
"Kakak, menurutku sebaiknya kakak ikuti apa kata hati kakak. Jangan remehkan keluarga kita. Jika seandainya Alexis tidak berhenti dan menyerang kita, kami semua sudah siap. Jadi, jangan hanya karena kami, kau memilih orang yang salah."
"Aku.."
"Kecuali jika kakak memang ingin bersama Alexis, jika memang orang itu juga mencintai kakak dan bisa membuatmu bahagia, aku akan mendukungmu bersamanya. Tapi jika seandainya kau masih ingin bersama suamimu, kau tidak perlu ragu. Aku akan memastikan Alexis tidak akan pernah bisa menyentuh keluarga kita. Hm?"
"Diego.." Chleo menghapus jejak air mata pada pelipisnya sebelum benar-benar terjatuh ke pipinya. Dia sungguh merasa terharu mendengar ucapan adiknya. Kebaikan apa yang sudah dia lakukan sehingga memiliki adik seperti Diego?
Mereka masih disana saling berbicara hingga matahari hampir terbit menunjukkan warna kemerahan. Dua bersaudara itu memutuskan untuk kembali ke kamar mereka. Karena kamar mereka bersebelahan, mereka berjalan bersama sambil berbincang-bincang.
"Ah, aku hampir lupa. Tunggu disini."
Chleo menunggu didepan kamarnya sambil bersender pada pintu kamar. Dia memikirkan ucapan adiknya sebelumnya lalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa yang sebenarnya yang dia inginkan?
Kata orang, siapapun yang muncul pertama kali dipikirannya dalam keadaan apapun, orang itulah yang diinginkannya.
Chleo memejamkan matanya dan membiarkan wajah seseorang muncul di dalam pikirannya. Wajahnya mengulas senyum begitu melihat wajah orang itu. Ternyata memang benar. Hatinya yang sebenarnya hanya menginginkan orang itu.
Ah, rasanya beban didalam hatinya seperti terangkat. Rasanya sungguh ringan. Ternyata keputusan untuk berdiskusi dengan adiknya adalah tepat. Dia memang membutuhkan dorongan seperti ini. Selama ini dia selalu menyimpannya sendiri dan tidak tahu harus bagaimana.
Chleo ingin memberitahu adiknya apa keputusannya. Dia ingin adiknya yang pertama kali tahu siapa yang ada di pikirannya saat ini. Tapi sebelum dia sempat berbicara, Diego sudah berbicara terlebih dulu.
"Ini." Diego memerikan sebuah kotak kecil terbuat dari kayu tua pada Chleo.
Semula Chleo menerimanya dengan tidak peduli. Tapi ketika membuka kotak tersebut dan melihat isinya, matanya melebar tak percaya.
Ini..ini kan...pil racun buatan Kirena??
Bagaimana bisa Diego mendapatkan 'ini'? Lagipula, untuk apa Diego memberikannya padanya?