Kisah Raja Biru (1)
Kisah Raja Biru (1)
Pada akhirnya raja biru mengambil jalan pintas dengan memaksa wanita itu menikahinya dengan mengancam nyawa keluarga gadis itu. Raja biru tidak ingin kehilangan wanita itu. Dia tidak ingin menyerahkan wanita itu pada pria lain. Dia tahu dia sudah egois dan caranya dalam merebut seorang perempuan adalah salah. Tapi dia tidak peduli selama gadis itu tinggal bersamanya. Tinggal disisinya.
Tidak masalah kalau gadis itu akan membencinya karena dia yakin dia pasti bisa menembus hati gadis itu dan rasa cinta bisa bertumbuh seiring berjalannya waktu.
Namun apa yang terjadi tidak seindah harapannya. Sudah dua tahun mereka menikah, tapi perempuan itu masih tidak mau membuka hatinya untuk raja biru. Gadis itu malah semakin membencinya dan tidak pernah tersenyum.
Ketika dia tahu perempuan yang dicintainya justru semakin menderita bersama dirinya, raja biru mengambil sebuah keputusan yang sangat berat. Dia memutuskan untuk melepasnya. Dia memutuskan untuk membiarkan gadis itu kembali pada keluarga dan hidup bersama dengan orang yang dicintainya.
Untuk memastikan kebahagiaan istrinya, dia membujuk pemuda yang mendendam pada keluarga gadis itu. Dia mengungkapkan segala kebenaran akan masa lalu yang sebenarnya pada pemuda itu. Untungnya, pemuda itu mau mendengarkannya. Untungnya pemuda itu juga tulus mencintai wanita itu sedari awal.
Tapi siapa sangka, diam-diam pemuda itu masih bersikukuh menjalankan rencana balas dendamnya. Raja biru tidak pernah menduga dendam pemuda tersebut yang sudah dipendam selama belasan tahun jauh lebih besar daripada rasa cintanya terhadap perempuan itu.
Raja biru sama sekali tidak mengetahuinya, dia terlalu sedih dan merasa kehilangan sehingga tidak melihat rencana busuk pemuda itu terhadap keluarga perempuan tercintanya.
Ketika dia mengetahuinya, semuanya terlambat. Dia menemukan pemuda itu mati keracunan di apertemennya... bersama dengan wanita yang dicintainya.
Pemuda itu sudah mati, tapi perempuan itu belum. Dia masih hidup dengan napas tersengal-sengal. Raja biru baru mengetahui, demi melindungi keluarganya, perempuan itu menaruh racun didalam mulutnya. Begitu dia berciuman dengan pemuda itu, gadis itu menggigit pil racun dan memberikan sebagian besar racun yang bercampur dengan salivanya kedalam mulut kekasihnya.
Pemuda itu langsung mati di tempat karena dosis racun yang ditelannya. Sementara perempuan itu hanya memakan sebagian kecil racun tersebut. Meskipun hanya sedikit, racun tersebut sanggup membunuhnya secara perlahan.
Melihat kondisi cinta sejatinya yang sekarat membuat hati raja biru sekarat.
Pertama kalinya dia jatuh cinta, pertama kalinya dia harus melepas pergi cintanya... tapi kini... dia juga harus melepas kepergian perempuan itu di depan matanya?
Cobaaan macam apa ini? Kenapa dia yang mengalami semua ini?
Raja biru segera mendekap tubuh lemas istri tercintanya dengan hati yang hancur. Dia bahkan tidak peduli dengan pemuda yang sudah tak bernyawa di dekat gadis itu.
"Anak bodoh. Kenapa kau melakukannya? Kenapa kau mengorbankan dirimu sendiri?" ujar raja biru dengan bercucuran air mata. Karena elemen dasar yang menjadi pondasi utamanya adalah es, air mata yang keluar langsung menjadi butiran es begitu terlepas dari kulit putih pucatnya.
"Maaf. Aku sudah menyakiti hatimu." ucap perempuan itu dengan lemah sembari mengangkat tangannya ke arah pipi raja biru untuk mengusap air matanya.
Raja biru menggelengkan kepalanya menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak menyalahkannya. Dia segera memeluk perempuan itu dan langsung membawanya pergi ke dunia astralnya. Dia berharap racun apapun yang memasuki tubuhnya berhenti bekerja karena waktu tidak berfungsi di tempat astralnya.
Sama seperti raja warna lainnya, raja biru juga bisa menyembuhkan luka. Sayangnya, raja warna tidak memiliki kemampuan mengeluarkan racun. Mereka tidak memiliki kemampuan menetralkan racun didalam tubuh manusia.
Raja biru sungguh berharap setidaknya dia bisa menghentikan peredaran racunnya sementara dia mencari cara untuk mengeluarkan racunnya. Sayangnya, perempuan itu tidak berhenti batuk berdarah. Raja biru memeluknya dengan erat sambil terus memanggil nama perempuan itu dengan sedih.
"Sepertinya, aku tidak akan bertahan lama." ujar perempuan itu disela-sela batuknya. "Apakah kau memaafkanku? Aku ingin dengar kau sudah memaafkanku sebelum aku mati."
"Aku memaafkanmu. Tidak. Aku tidak pernah menyalahkanmu."
Mendengar jawaban raja biru, perempuan yang direngkuhnya meneteskan air mata haru.
"Benarkah? Dasar bodoh. Kenapa tidak pernah menyalahkanku?" lalu dia terbatuk sebentar. Terlihat jelas, gadis itu berusaha menahan rasa sakitnya. "Terima kasih karena sudah mencintaiku seperti ini. Sebagai gantinya, aku akan menjawab pertanyaan yang dari dulu ingin kau tanyakan."
Pertanyaan? Pertanyaan yang mana? Terlalu banyak pertanyaan yang sudah menimbun di otaknya. Seperti, apakah perempuan itu pernah membuka hatinya barang sedetikpun? Atau apakah perempuan itu pernah merasa berdebar-debar ketika bersamanya? Atau apakah perempuan itu pernah sekali saja memikirkan perasaannya?
Tapi.. sepertinya hanya ada satu jawaban yang ingin sekali dia ketahui.
"Jika.. jika seandainya aku yang bertemu denganmu terlebih dulu, apakah kau akan jatuh cinta padaku?"
Perempuan itu tersenyum lemah.
"Aku tidak tahu... Aku rasa... aku tetap akan jatuh cinta padanya... meskipun aku bertemu denganmu terlebih dulu. Tapi.. uhuk..uhuk.." untuk kesekian kalinya perempuan itu mengeluarkan darah ketika batuk sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Tubuhnya tidak bergerak, sinar matanya telah kehilangan kehidupan membuat raja biru menangis dengan meraung-raung. Pada akhirnya raja biru tidak pernah bisa mendengar kelanjutan perempuan itu.
Elang putih yang senantiasa menemaninya turut merasa sedih dan putus asa. Dia sama sekali tidak bisa terbang dan hanya bertengger lemas di cabang pohon.
Langit di dunia astralnya menjadi gelap serta awan suram mulai bermunculan. Tidak lama kemudian, hujan turun dengan sangat deras. Tidak hanya di dunia astralnya, rumah kediamannya yang memiliki sebagian kecil energi kehidupannya juga mendapatkan hujan kesedihan.
Hari itu merupakan hari terberat, hari dimana hati seorang raja biru mati mengikuti kepergian gadis yang telah mengisi hatinya. Hari dimana raja biru tidak ingin melanjutkan hidupnya. Hari dimana... dia berharap dia tidak terlahir sebagai raja biru di dunia ini.
Hari dimana raja biru mengutuki hari kelahirannya 1 abad silam.
-
Raja biru menyisir rambut merah gelap istrinya. Dia juga mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih karena baju sebelumnya dipenuhi noda darah akibat batuknya.
Setelah berkabung entah berapa lama di dunia astralnya, raja biru memutuskan membawa kembali tubuh tak bernyawa perempuan itu pada keluarganya.
Pertama kali ketika dia membawa tubuh gadis itu ke rumah keluarganya, ibunda dari gadis itu menangis pilu sembari menyalahkannya. Ayahanda dari gadis itu bersikap dingin padanya dan kembali membencinya seperti dulu. Sementara adik gadis itu... memukulnya tanpa ampun yang tidak bisa dihentikan kedua orang tuanya.
"INI SEMUA KESALAHANMU!! SEHARUSNYA KAU TIDAK BERTEMU DENGAN KAKAKKU! PERGI SANA! JANGAN TUNJUKKAN WAJAHMU DIHADAPAN KAMI LAGI!"