Hidup Bersama (R 18+)
Hidup Bersama (R 18+)
Namun setidaknya, kain yang menutupi matanya kini terlepas dan dia bisa melihat. Hanya saja, Katie tetap tidak bisa melihat apa yang terjadi, karena posisinya mengharuskan dirinya menghadap ke dinding yang ada dihadapannya.
"Usahakan tidak terjatuh ya." bisik Kinsey dengan suara parau sambil memeluk Katie dari belakang.
"Apa yang... Aaaaaaahhh!!"
Katie tidak sempat melanjutkan kalimatnya karena dua jari besar Kinsey kembali masuk menyerang bagian bawahnya. Tidak hanya itu, sebelah tangan Kinsey yang lain meremas salah satu bukit Katie.
Kinsey juga menghujani mulai dari tengkuk leher turun ke punggung polos Katie dengan ciuman ganas meninggalkan bekas cinta tiap kali Kinsey menghisap kulitnya.
"Kinsey," rajuk Katie memohon belas kasihan, tapi tampaknya Kinsey tidak mendengarkannya. Malahan sepertinya Kinsey tidak mau mengabulkan permintaan istrinya. Karena kini gerakan jemari didalam bagian 'intinya' bergerak semakin cepat. Bahkan, Kinsey memasukkan jari lainnya sehingga ada 3 jari yang menguasai semua isi didalam bagian kewanitaannya.
Katie terus mendesah nikmat dan berteriak menyebut nama suaminya. Katie mencapai klimaks untuk kesekian kalinya ketika jari jempol Kinsey berputar dengan sensual diatas kelentitnya.
Entah sudah berapa lama Kinsey 'menyiksa' tubuh istrinya hingga Katie mencapai klimaks berulang kali.
Dengan lembut dan penuh perhatian, Kinsey membaringkan Katie yang sudah sangat lelah dengan banyaknya orgasme yang dialaminya.
Kinsey mengangkat kedua tangan Katie lalu mencium pergelangan tangannya. Ada bekas sedikit kemerahan disekitar pergelangan tangannya membuat Kinsey merasa bersalah.
"Apakah sakit?"
Katie tersenyum dengan manis sekali saat melihat tatapan khawatir suaminya. Lalu dia menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaannya.
"Tidak. Tadi itu.. sangat menyenangkan." jawab Katie malu-malu. "Tapi... aku juga ingin menyentuhmu. Ini tidak adil." gerutu Katie mengerucutkan mulutnya.
Kinsey tertawa kecil lalu mengarahkan kedua tangan Katie menempel ke dadanya yang berotot.
"Kau bebas menyentuhku kapanpun kau mau, cintaku." ucap Kinsey sembari memberikan kecupan sensual di ceruk leher istrinya.
Wajah Katie merona disaat bersamaan terpesona. Dia memang pernah melihat dada telanjang Kinsey, tapi tidak dengan jelas seperti ini, karena waktu itu fokus perhatiannya adalah mengobati luka Kinsey akibat bertarung dengan umbranya.
Katie menelusuri dada bidang suaminya lalu turun kebawah merasakan ototnya yang sempurna membuatnya semakin bersemangat ketika mendengar erangan nikmat dari suaminya.
Tidak hanya Katie yang menikmati kulit suami dibawah sentuhannya, Kinsey kembali menjelajahi tubuh Katie dengan penuh perhatian sebagai bentuk ungkapan cintanya.
Gerakan Kinsey yang sensual kembali menstimulasi tubuh Katie. Beberapa jarinya sesekali masuk ke liang kewanitaannya lalu keluar dan masuk kembali memompa dengan gerakan sangat lamban.
Seluruh titik didalam liang kewanitaan Katie sudah agak sakit sekarang, jadi disentuh sedikit saja akan menimbulkan aliran listrik rasa enak yang luar biasa.
"Ini akan terasa sedikit sakit, aku akan berusaha melakukannya selembut mungkin."
Katie mengangguk malu-malu sambil mempersiapkan diri akan rasa sakit yang akan dirasakannya. Dia sudah mendengar pengalaman malam pertama dari Meisya dan Cathy. Mereka bilang, yang pertama akan sakit tapi hanya sebentar. Setelah itu dia akan menikmati kegiatan bercinta mereka.
Meski Katie tidak tahu sebesar apa rasa sakitnya, tapi setidaknya tidak lebih sakit daripada disayat dengan beberapa pisau, ya kan?
Tubuh Katie pernah tersayat oleh pisau beberapa kali semenjak dia diculik 7 tahun lalu. Seharusnya dia akan baik-baik saja.
Setelah Kinsey memosisikan kejantanannya didepan pintu menuju surga, Kinsey memasukinya dengan gerakan lamban.
Begitu kejantanan Kinsey membuka mulut liang Katie dengan lebar, arus kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh Kinsey. Kinsey terus bergerak maju secara perlahan seolah jika dia bergerak dengan tergesa-gesa akan menyakiti Katie. Ketika 'inti' milik Kisey masuk merobek selaput dara Katie, Katie berteriak kesakitan.
Sakit! Bahkan lebih sakit daripada luka sayatan pisau! Tanpa sadar air mata sudah menetes keluar dari tempatnya.
Suara teriakan Katie hanya terdengar sebentar karena Kinsey menutup mulutnya dan menelan teriakannya.
Kinsey mencoba mengalihkan fokus Katie terhadap sakit dengan menciumnya. Kedua tangannya juga bekerja memanjakan dua bukit yang puncaknya sudah menegang dari tadi.
Usaha Kinsey mengalihkan perhatian berhasil. Kini otak Katie lebih berpusat pada gerakan sensual pada lidah dan tangan Kinsey daripada rasa sakit di bagian bawah perutnya.
Tidak lama kemudian, barulah Kinsey bergerak mundur hanya untuk masuk kembali agar bisa mengurangi rasa sakit Katie. Secara perlahan rasa sakit Katie tergantikan oleh rasa enak membuatnya melayang ke langit. Anehnya Kinsey masih melakukannya dengan sangat lamban membuat Katie frustrasi. Dia yakin Kinsey tahu Katie sudah tidak merasa sakit lagi. Jadi pria itu pasti sengaja berlamban-lamban.
"Tuan besar Alvianc! Berhenti menggodaku!"
Kinsey tertawa kecil mendengar nada perintah istrinya. "Baiklah Nyonya Alvianc."
Menuruti perintah sang istri, Kinsey mulai bergerak cepat secara teratur. Sesekali dia akan memasuki Katie dengan hentakan keras hingga langsung mencapai mulut rahimnya. Bahkan Kinsey sudah menemukan titik Katie yang paling sensitif membuat Katie berteriak nikmat berulang kali.
Kinsey kembali melumat bibir Katie sementara tangan Katie sudah mengalung indah di lehernya. Gerakan yang cepat, lidah yang menggoda isi mulutnya, belum lagi tangan yang tidak berhenti meremas buah dadanya membuat Katie mencapai klimaks tertingginya.
Lalu mereka berlanjut merubah posisi mereka dengan Katie berada di atas pangkuan Kinsey. Mereka saling menciumi, saling meraba, dan saling menjelajahi tubuh satu sama lain sebelum akhirnya Kinsey kembali memasukinya dan terdengar desahan nikmat dari keduanya.
Semalaman itu mereka bercinta hingga menjelang pagi. Padahal mereka sudah lelah karena menghadapi para tamu undangan yang hadir ke pernikahan mereka. Tapi entah kenapa, begitu kulit mereka yang telanjang saling menempel, mereka tidak menjadi lelah.
Malah sebaliknya, seakan masih belum puas akan satu sama lain keduanya melakukan hubungan intim lagi dan lagi.
Hingga pada akhirnya Katie merasa lelah duluan dan suaranya menjadi serak karena terlalu banyak berteriak.
"Aku... sudah lelah."
"Hm. Tidurlah."
Kinsey bangkit berdiri mengambil handuk kecil bersih lalu membasahinya dengan air hangat. Setelahnya dia membersihkan keringat pada Katie serta cairan putih yang melekat di antara kedua paha gadis itu.
Kinsey tersenyum puas sambil mengagumi tubuh indah istrinya. Apalagi hampir tidak ada bagian yang tidak ditandai oleh ungkapan cintanya.
Biasanya, pria sehat seperti Kinsey akan bernafsu kembali ketika melihat pemandangan indah terpampang di atas ranjangnya. Apalagi ini istri tercintanya, wanita cinta pertamanya.
Ajaibnya, tidak ada pikiran untuk kembali bercinta dengan istrinya. Bukannya dia merasa lelah. Dia justru masih bisa bercinta beberapa ronde lagi. Tapi ketika melihat wajah Katie yang cerah karena telah dipuaskan, kini tidur dengan damai, Kinsey sama sekali tidak ingin mengganggu tidurnya.
Karena begitu besar cintanya pada Katie, dia akan melakukan apapun demi memenuhi semua kesejahteraan istrinya.
Selesai membersihkan tubuh Katie, dia menyingkirkan selimut yang sedikit bernoda akibat kegiatan bercinta mereka dan mengambil selimut yang baru. Lalu dia berbaring disebelah Katie setelah menutupi kedua tubuh mereka dengan hangat.
Dengan lembut, Kinsey menarik Katie masuk kedalam dekapannya. Katie sendiri meskipun terlihat sudah tertidur pulas, sebenarnya dia masih setengah sadar. Sehingga saat Katie merasakan sebuah tangan menuntun tubuhnya mendekat, Katie berbalik memosisikan tubuhnya berhadapan dengan Kinsey.
Kini posisi mereka berbaring saling berpelukan dengan wajah dihiasi senyuman lebar.
Ah, betapa sempurnanya hidup bersama dengan orang yang dicintai. Tidur bersama, dan wajah pertama kali yang akan dilihatnya ketika bangun pagi juga adalah orang yang dicintainya.
Kinsey mencium puncak kepala Katie dengan penuh kasih sayang yang dimilikinya.
"Mimpi yang indah, cintaku."
~~~~~♡♡♡~~~~~
Mini dialog antara Katie dengan author dan Kinsey dengan raja kuning
Katie : AUTHOOOOORRRR!! Tanggung jawab! Badanku sakit semua! Badanku penuh dengan hickey!! Tanggung jawaaaaaabbb!! :angry_face::angry_face:
Author : :anxious_face_with_sweat::anxious_face_with_sweat::anxious_face_with_sweat: Minta tanggung jawab ke raja kuning ya :pleading_face:
Katie : :pouting_face::pouting_face::pouting_face::face_with_symbols_on_mouth::face_with_symbols_on_mouth::face_with_symbols_on_mouth::face_with_symbols_on_mouth::face_with_symbols_on_mouth:
Author : :woman_running::woman_running::woman_running: *kabuuuuuurrr*
Sementara itu di tempat lain...
Kinsey : Well done! Gue suka gaya loe :smirking_face::smirking_face::smirking_face:
Raja kuning : Iya dong. Gue kan yang terbaik :grinning_squinting_face::grinning_squinting_face::grinning_squinting_face:
Author : (Sejak kapan bahasa mereka berubah jadi gue-loe?) :thinking_face: Raja kuning! Kembaliin ponsel gue!! (lha autornya jadi ketularan?! :face_with_raised_eyebrow:)