Bertemu Chloeny
Bertemu Chloeny
Saat itulah dia sadar sebuah tangan kecil, jemari yang kecil.. yah, tidak terlalu kecil. Tapi ini jelas bukan ukuran tangan serta jari yang diingatnya. Seharusnya dia memiliki lengan yang kekar dan berotot dan bukannya kurus dan tampak lemah seperti ini.
Dia bangkit berdiri dan baru sadar, dia tidak setinggi seperti yang diingatnya! Apa yang terjadi?
Dia mengerling memeriksa seluruh tubuhnya lalu meyadari.. dia berada dalam bentuk anak kecil!!
"Kinsey, apa yang kau lakukan disana?"
Kinsey berbalik untuk melihat pemilik suara tersebut. Seorang wanita berambut coklat kemerahan memakai terusan bewarna putih polos nan bersih seperti seorang malaikat. Wanita itu sangat mirip dengan adiknya kecuali warna matanya yang berbeda. Warna mata wanita itu coklat gelap yang sangat mirip dengannya.
Apakah mungkin wanita ini...?
Wanita itu tersenyum lembut kemudian merentangkan kedua tangannya ke arahnya.
"Ma..mama!" tanpa ragu lagi, Kinsey berlari kearah wanita itu dan masuk kedalam pelukannya.
Ah.. hangat sekali. Jadi begini rasanya dipeluk oleh tangan seorang ibu. Kinsey merasa terkagum ketika mendengar suara tawa kecil yang terdengar sangat indah di telinganya. Ibunya tertawa! Tertawa untuknya.
"Aku tidak pernah memimpikan kau akan bersikap menjadi anak baik dihadapanku. Kenapa kau berubah?"
Kinsey yang saat ini dalam kondisi sebagai anak kecil memasang raut muka cemberut. Mungkin karena tubuhnya kembali seperti anak kecil, perasaan serta emosinya juga turut kembali ke masa-masa kecilnya ketika dia belum memasuki dunia kekerasan.
"Coba kalau kalian memberitahuku lebih awal, aku pasti akan menjadi anak paling baik, penurut di dunia ini. Kenapa kalian merahasiakannya? Kenapa tidak bilang kalau mama adalah ibu kandungku?" Kinsey tahu jawabannya, namun dia tetap menanyakannya.
Wanita itu, Chloeny.. hanya tersenyum menanggapi pertanyaan putranya.
"Maaf. Hanya itu yang bisa kuucapkan. Apakah kau akan memaafkan mama?"
"Apakah mama akan memaafkan Kinsey? Aku sudah bersikap kasar pada mama tiap kali kita bertemu. Maafkan aku ma." lanjut Kinsey menundukkan kepalanya.
Kinsey tersenyum ketika merasakan puncak kepalanya dicium oleh ibunya. Ah, rasanya dia ingin selamanya tinggal disana. Bila ini mimpi, maka dia tidak ingin terbangun dari mimpi indah ini.
"Mulai sekarang aku akan tinggal disini. Kita tidak akan berpisah lagi, iya kan?" tanya Kinsey pada ibunya.
"Aku juga berharap begitu. Sudah lama aku menunggu kedatanganmu. Tapi, sepertinya seseorang tidak ingin merelakanmu pergi. Kurasa, kau harus kembali."
"Siapa?"
"Kinsey!"
Kinsey menoleh ke arah seorang wanita lain yang baru muncul di dunia mimpinya. Wanita itu berambut merah seperti apel serta mata merah seperti darah segar.
Siapa wanita ini? Kenapa wanita ini bersikap seolah mengenalnya? Kinsey memalingkan muka lalu beringsut lebih dalam ke pangkuan ibunya. Dia sama sekali tidak peduli akan kehadiran wanita dewasa itu dan memutuskan untuk memejamkan matanya.
"Kin.seyyyyyyyy." kini sebuah suara yang sangat berbeda didengarnya. Suara anak kecil yang memanggil namanya dengan nada merajuk. "Dasar rambut merah, tidak setia kawan, manja, anak yang takut kuman.."
"Hei! Berani sekali kau! Namaku bukan rambut merah dan juga..." kalimat Kinsey terhenti ketika berbalik dan melihat wajah anak perempuan itu dengan jelas. "Katie??"
Katie kecil kini memakai terusan merah mencolok dengan rambut pendek yang dikuncir di dua sisi. Penampilannya saat ini sama persis ketika Kinsey terpesona pada Katie untuk pertama kalinya.
"Hu-uuu.. sekarang kau baru mengingatku?! Dasar tidak setia kawan!" keluh Katie sambil menghentakkan sebelah kakinya dengan muka cemberut dan dua tangan terlipat didepan dadanya.
Posenya saat ini sangat terlihat imut dan menggemaskan di mata Kinsey kecil. Kinsey berpaling kembali pada ibunya seolah minta izin untuk bermain bersama Katie. Chloeny tersenyum dan menurunkan Kinsey dari pangkuannya.
Kinsey segera berlari menghampiri Katie dan mereka bermain bersama mengitari taman bunga yang sangat indah dikelilingi kupu-kupu cantik.
Untuk beberapa saat semuanya berjalan dengan baik. Udara yang segar, taman bunga yang indah, ada ibunya serta teman masa kecilnya disisinya, apalagi yang Kinsey minta?
Chloeny menyaksikan kedua anak kecil itu dengan senyuman sedih. Bayangan taman bunga disekitar mereka juga secara perlahan mulai kabur.
Katie kecil sadar, energinya sudah hampir diambang batas dan mereka harus kembali.
"Hei, Kinsey. Kapan kau akan tertidur terus? Ayo kembali."
Kinsey menoleh ke arah Katie yang kini dalam wujud versi dewasa kembali. Bedanya, kini Kinsey juga berada dalam wujud dewasanya. Kenangannya bersama Katie tujuh tahun lalu, kencan pertama kali di pantai dan juga pertengkaran mereka di Bayern, muncul sekaligus dikepalanya.
Ah, wanita ini adalah Katie, cinta pertamanya. Dia sangat mencintai wanita ini dan rela melakukan apapun untuk membahagiakan wanita ini.
Hanya saja, dia juga ingat.. demi melindungi wanita yang dicintainya, dia mendapatkan tembakan sebanyak empat kali. Dan peluru terakhir mengenai tepat jantungnya berdetak.
Apakah itu berarti... dia sudah mati?
"Kinsey, ayo kita kembali." Katie mengulurkan sebelah tangannya berharap Kinsey mau ikut bersamanya.
Untuk beberapa saat Kinsey merasa enggan menerima uluran tangan itu.
"Jika aku kembali, apakah kau akan berada disisiku?" entah kenapa dia merasa dia tidak akan bisa menemukan Katie jika dia kembali. Jika Katie tidak berada disisinya, maka lebih baik dia memilih untuk tinggal disini. Bersama Katie dan juga... ibunya.
"Kau akan melihatku begitu kau terbangun. Kau masih ingat dengan kejutan dariku? Aku ingin memberimu sesuatu yang sangat menyenangkan. Aku akan memberitahumu ketika kau bangun nanti."
Kinsey mengerling ke arah ibunya yang masih berdiri disana menyaksikan mereka. Chloeny tersenyum hangat sembari menganggukkan kepalanya untuk mendorongnya pulang kembali bersama Katie.
'Sampaikan salam sayangku untuk Rinrin.' ucap ibunya melalui matanya mmbuat Kinsey tersenyum.
Lalu pandangan Chloeny beralih pada Katie dengan tatapan penuh terima kasih. Chloeny merasa bersyukur Katie sudah mencintai putranya hingga seperti ini. Katie juga berterimakasih karena Chloeny rela mengembalikan Kinsey padanya.
Hanya Kinsey yang tidak mengerti ungkapan terima kasih tanpa suara melalui tatapan mata mereka. Karena dia tidak tahu kalau Katie telah bertemu Chloeny beberapa kali di dalam mimpi Katie.
Kinsey menoleh kembali ke arah Katie yang masih mengulurkan tangannya kearahnya.
"Ayo kita pulang."
Kinsey mengangkat sebelah tangannya dan meraih uluran tangan Katie.
Saat itu juga, jantung Kinsey berdetak kembali, dadanya bergerak naik turun menandakan dia bernapas kembali.
Melihat itu semua, Katie menangis lega. Kobaran api pun sudah padam dan menghilang tanpa bekas.
Secara bersamaan, seluruh BZO termasuk Stanley dan lainnya segera mendekat untuk melihat apa yang terjadi.
Apa yang dilihat mereka sama sekali tidak sesuai dugaan mereka. Rambut Katie tidak lagi bewarna merah seperti biasanya melainkan berubah menjadi putih. Matanya pun tidak merah atau coklat, melainkan kelabu yang suram.
Tubuhnya juga menjadi kurus seperti tengkorak yang berjalan. Wanita yang ada dihadapan mereka bukanlah Katie yang cantik dan menawan tapi seorang wanita tua yang menunggu detik kematiannya.
Napas Katie semakin melemah seiringnya berjalan waktu. Pandangannya juga mulai kabur. Dan ketika dia terkulai lemas disisi Kinsey, barulah sepasang kelopak mata Kinsey terbuka.