Bayern Musnah
Bayern Musnah
Banyak yang tidak selamat, namun banyak juga yang bertahan. Bagi mereka yang berhasil bertahan merasa bersyukur dan terlalu lemas untuk bergerak. Nyawa mereka nyaris menghilang, apalagi ketika melihat pohon bergerak terbang ke arah mereka, sungguh sangat mengerikan.
Sementara itu anak buah Lemar yang tadinya hendak menyerang BZO tidak lagi ingin bertarung. BZO sendiri sudah tidak ingin genjatan senjata dengan siapapun.
Begitu ledakan terjadi dan kebakaran mengepung mereka, baik anak buah Lemar serta BZO saling bekerja sama untuk menghindar dan membantu warga.
Kedua pihak sama-sama sadar, sebenarnya mereka tidak memiliki hati yang egois. Mereka sama-sama mementingkan kepentingan warga. Apalagi ada beberapa anggota BZO juga merupakan kaum Vangarians.
Sehingga anak buah Lemar sempat merasa ragu apakah ingin melawan anggota keluarganya sendiri atau tidak.
Sementara yang lain merasa lega dan penuh ucapan syukur, Kinsey sama sekali tidak merasa lega.
Dia mencari sosok Walther dan langsung berjalan kearahnya dengan ekspresi menuntut penjelasan.
"Walther, apa kau ingin menjelaskanku apa yang terjadi?"
"Kurasa tujuan BZO sebenarnya adalah menghancurkan negara ini." ledek Stanley dengan sinis.
"Aku ingat alasan utama kalian menghancurkan sistem pemerintahan Prussia. Tapi apa ini? Tidak hanya menghancurkan sistemnya, tapi negara ini juga hancur.
Aku tidak peduli dengan negera ini, tapi kalau kalian melibatkan warga tak berdosa, aku tidak akan tinggal diam. Apalagi rekanku ada di luar sana dan aku belum tahu kabar mereka!"
"Kinsey kau salah paham. Kami juga sama sekali tidak tahu." sahut Ferd.
"Kami berpikir sumber energi kehidupan akan kembali pada Katalina. Katalina akan mengamuk tapi selama kau muncul dihadapannya, amarahnya akan mereda. Lagipula titik kelemahannya adalah kau." sambung Walther.
"Kami sama sekali tidak mengira kalau akan terjadi kebakaran masal seperti ini. Kau pikir kami ingin mati hangus terkena api tadi?"
"Yang penting sekarang sudah selesai. Yang aku khawatirkan sekarang adalah keadaan Bayern. Aku harap mereka baik-baik saja." sambung Walther lagi.
Kinsey melepas kerah baju pria itu dengan kasar sudah tidak peduli lagi dengan penjelasannya.
"Stanley, apakah kau masih berhubungan dengan Tiffany?" saat ini Kinsey ingin bertemu dengan Katie. Dia ingin memastikan kekasihnya baik-baik saja.
Stanley ingin menjawab, tapi.. laptopnya sudah hangus yang tersisa hanyalah jam digitalnya yang masih tersambung dengan sirkuit Audrey.
"Tidak. Tapi Audrey bisa melacak keberadaan Katalina. Dia ada di bagian utara istana... pokoknya ada disana." tunjuk Stanley mengarah lurus ke arah istana... lebih tepatnya ke arah bangunan hitam yang sudah tidak berbentuk.
Kebakaran maha dahsyat ini benar-benar menghancurkan bangunan apapun didalamnya. Stanley menggelengkan kepala tidak percaya musuh terbesar mereka adalah kobaran api dan bukannya Lemar.
Menyebut nama pria tua licik itu membuatnya teringat sesuatu. Dimana Lemar? Apakah pria itu ikut hangus terbakar api? Stanley mendengus licik. Dia berharap memang itulah kenyataannya. Dengan begitu dia bisa bersantai dan menyusul istrinya.
Kinsey segera berlari menyusul dimana Katie berada. Sementara Katie yang masih duduk beristirahat sambil menikmati hujan menatap sendu ke arah para warga yang bertahan.
Ada yang menangis bahagia karena anggota keluarganya masih selamat. Namun ada juga yang menangis sedih karena orang tersayangnya tidak selamat.
Katie bertanya-tanya apakah ini salahnya? Jika seandainya dia menerima tawaran energi kehidupan itu...
Katie menggelengkan kepalanya guna mengenyahkan pemikirannya. Tidak. Dia tidak boleh memikirkannya.
Entah apa yang akan terjadi kalau sampai dia yang mengamuk dan melukai orang-orang yang disayanginya.
Bagaimana keadaan di Bayern? Bagaimana dengan nenek Ode, Mina, lalu Jarvas? Apakah mereka selamat?
"Tiffany, apa kau bisa mencari tahu siapa saja yang selamat di Bayern?"
"..."
Kebisuan Tiffany malah membuat Katie semakin khawatir.
"Tiffany?"
"Aku baru saja melihat situasi di Bayern. Tapi.. aku tidak melihat satupun manusia disana. Mereka.. seolah menghilang di tengah angin."
Napas Katie tercekat mendengar ini.
"Tidak." matanya mulai berkaca-kaca dan air matanya turun membaur menjadi satu dengan air hujan.
Nenek Ode, Mina, Jarvas, kakek Egon... mereka semua sangat baik padanya. Tapi kenapa mereka harus berakhir dengan begitu mengenaskan.
Sakit. Pedih. Kehilangan.. tiba-tiba saja Katie merasakan itu semua didalam dirinya.
"Katie, Kinsey berjalan kemari untuk menemuimu."
Katie segera bangkit berdiri dan turut berlari menemui Kinsey. Saat ini yang diperlukannya adalah pria itu. Kesedihannya terlalu berat untuk ditanggungnya seorang diri. Dia ingin berada dalam pelukan orang itu.
Dia yakin kehadiran Kinsey akan sanggup mengangkat sebagian beban kesedihannya.
Alpha dan Luna yang terlalu letih karena menggunakan hampir semua energi mereka untuk menyelaraskan energi kehidupan raja merah dengan energi api, tidak bergeming dari tempatnya.
Lagipula mereka bisa merasakan kesedihan Katie dan bisa membaca pikiran gadis itu. Saat ini Katie sedang bersedih karena kehilangan hampir satu keluarga yang pernah menemaninya selama tujuh tahun ini.
Katie tinggal di Bayern dan dia dilatih secara khusus disana. Kesehariannya, gurauannya dan juga tempat menjalin ikatan keluarga besar ada disana.
Tapi tempat itu juga hancur dan tidak ada satupun yang selamat. Tentu saja itu akan membuat Katie mengalami kesedihan yang sangat mendalam.
Alpha serta Luna tidak tahu bagaimana caranya menghibur Katie. Saat sadar Kinsey menghampiri Katie, mereka membiarkannya dan memutuskan beristirahat. Mereka yakin Kinsey pasti akan bisa menghibur Katie.
Hampir semua orang duduk berselonjor di tanah karena nyaris tidak memiliki tenaga untuk berjalan lagi. Hanya Katie dan Kinsey yang tampak berlari menghampiri satu sama lain melintasi tanah kosong. Sebenarnya bukan tanah kosong.. tapi ada bekas kayu atau pohon yang hangus terbakar berserakan disana.
Begitu Katie berada dalam jangkauan Kinsey, Kinsey menariknya dan mendekapnya dengan erat. Lain dengan Kinsey yang menghembuskan nafas lega karena kekasihnya baik-baik saja, Katie malah menangis meraung-raung penuh kesedihan.
Ada apa? Kenapa Katie menangis sedih seperti ini? Apaka mungkin...?
Otaknya yang pintar bisa langsung menebak. Tiffany pasti memberitahu Katie mengenai kondisi Bayern. Apakah mungkin tidak ada satupun yang selamat di Bayern?
Kinsey semakin mempereat pelukannya dan membiarkan Katie menangis meluapkan kesedihannya.