Energi Api Yang \'Mengamuk\'
Energi Api Yang \'Mengamuk\'
Panas ini menjalar ke seluruh tubuhnya seolah dirinya diselimuti oleh api. Tidak. Dia seperti sedang berada di atas lava yang panas. Anehnya, dia tidak merasak sakit, malahan dia merasa seperti sebuah energi baru berusaha masuk ke dalam tubuhnya.
'Hancurkan!'
'Musnahkan!'
'Bunuh mereka semua!'
Ribuan suara terdengar di pikirannya lalu muncul berbagai macam bayangan di kepalanya. Ini seperti sebuah memori.. tapi bukan miliknya.
Dia melihat anak kecil berambut merah mendekam disebuah kamar tanpa jendela. Dia juga melihat gadis berambut merah menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Lalu dia melihat pemuda berambut merah terpaksa mengikuti perintah sang raja agar keluarganya tidak dihukum mati.
Astaga... para raja merah pendahulunya sudah sangat menderita. Mereka tidak pernah bisa hidup bahagia bersama dengan orang yang dicintainya. Bahkan orang-orang disekitarnya menderita hingga akhirnya mati dengan mengenaskan.
Katie meneteskan air mata melihat sebuah gambaran itu. Lalu dia melihat pria berambut merah lainnya bersama... ibunya??
'Jika kau mencintaiku, kau tidak akan membiarkannya menciummu.'
'Apa kau buta? Kau tidak melihatnya sampai akhir. Lemar yang memaksakan kehendaknya. Kau tidak tahu seberapa keras aku melepaskannya!'
Apakah itu.. ayahnya? Ternyata ayahnya sangat tampan dengan kulit agak gelap yang eksotis. Rambut merah seperti apel serta mata merah berkilauan bagaikan batu berlian merah yang tak ternilai.
Lalu dia juga melihat seorang wanita lain dengan mahkota kebesaran dikepalanya mengancam pria itu.
'Kau tahu sekarang, nyawa Dimitri ada di dalam tanganku. Terserah apakah kau mau meminumnya atau tidak.'
Katie mengerutkan keningnya, minuman apa yang ada didalam cangkir emas itu. Sebelum sempat memikirkan jawabannya, Katie melihat sang ayah meneguknya tanpa ragu.
Detik berikutnya, Ranmond terbatuk memuntahkan darah membuat wanita tersebut tersenyum licik dan pergi. Barulah Katie sadar isi cangkir emas itu adalah racun!
Katie melihat ayahnya berjalan dengan bersusah payah melewati pepohonan, lalu... muncul dua serigala merah disana.
Air mata Katie semakin bercucuran menyaksikan adegan berikutnya. Dia melihat ayahnya diterkam tanpa ampun oleh dua serigala merah itu. Egon serta lainnya berhasil menyusul, tapi sudah terlambat.
Ranmond telah tiada.. yang lebih membuatnya sedih adalah kenyataan sebenarnya.. Ranmond tiada karena racun dan bukan karena serangan serigala merah.
Benci.
'Hancurkan!'
Katie membenci Lemar dan siapapun yang telah menyakiti orang tuanya.
'Musnahkan!'
Jika seandainya tidak ada Lemar, jika seandainya tidak ada Ratu yang berhati kejam...
'Bunuh mereka semua!'
Maka.. ayahnya pasti masih hidup, ibunya juga bisa hidup dengan bahagia. Dia tidak perlu dipisahkan dari Meisya semenjak lahir.
"Hancurkan Prussia, musnahkan semua orang yang ikut andil. Bunuh mereka semua." desis Katie dengan kilatan mata berbahaya menunjukkan merah seperti darah.
'Kei, tidak semua harus diselesaikan dengan cara kekerasan. Aku tahu aku tidak berhak menasihatimu karena aku sendiri sudah banyak membunuh orang demi melindungimu. Tapi aku tidak ingin kau mengotori tanganmu. Aku tidak ingin hatimu yang murni menjadi berubah. Aku sangat menyukai kapten Kei yang selalu mengkhawatirkan keadaan orang. Aku sangat menyukai hati kapten Kei yang kuat sekaligus lembut. Mungkin banyak orang yang bilang kau tidak pantas menjadi raja merah, tapi menurutku.. di dunia ini hanya kau yang layak menjadi raja merah.
Aku yakin suatu saat nanti kau pasti bisa menunjukkan pada dunia bahwa raja merah bukan melambangkan kehancuran ataupun kebinasaan. Aku yakin kau bisa melakukannya. Karena kau adalah Katleen Morse. Kapten Kei yang disukai semua orang."
Seketika kedua tangan Katie yang terkepal penuh amarah terlepas begitu saja. Dia tersenyum hangat mengingat pesan umbranya sebelum mereka berpisah tujuh tahun lalu.
Benar. Ini bukan dirinya. Dia tidak menginginkan kehancuran atau kematian siapapun. Meskipun Luuk Tettero mengkhianatinya, dia tidak ingin membunuhnya. Lagipula pria itu juga yang menghubungi Alvianc group untuk membawanya keluar dari Prussia. Keluarga Tettero masih ikut andil dalam membantunya selama ini.
Dia tidak ingin menghancurkan apapun!
'Hancurkan! Musnahkan! Bunuh mereka semua!'
Lagi-lagi suara seperti ribuan orang yang serentak berbicara terdengar kembali. Tidak salah lagi, ribuan suara itu berasal dari kobaran api di atasnya.
"Aku tidak akan melakukan apa yang kalian inginkan. Aku TIDAK akan membunuh siapapun!"
'Benci! Kau membenci mereka!'
Benar. Katie tidak membantahnya. Ada perasaan benci didalam dirinya. Tapi kini, setelah teringat pesan umbra yang telah mendidiknya semenjak balita, perasaan benci itu seketika menghilang.
"Aku memang pernah membenci mereka, tapi sekarang tidak. Aku akan belajar memaafkan mereka. Mungkin akan butuh waktu, tapi setidaknya.. aku sudah tidak ingin lagi membunuh mereka."
Mungkin, Katie ingin menghukum Lemar. Mungkin Katie ingin membalas perbuatan sang ratu di masa lalu terhadap keluarganya. Tapi tidak dengan kematian.
"Aku tidak akan membunuh mereka." ucap Katie dengan tegas.
'...'
Untuk pertama kalinya ribuan suara itu tidak berbicara. Hanya saja kobaran api tersebut tidak mengecil atau membesar. Api tersebut tetap pada tempatnya dan tidak bergeming.
Katie sempat merasakan, energi baru yang sempat menerobos masuk kini tidak dirasakannya. Malahan, tampaknya energi panas yang baru hendak menjauhinya.
Katie mencoba mendekat, mengarahkan sebelah tangannya ke bola api tersebut. Dia terkejut ketika api tersebut bergerak menghindar dari sentuhannya.
'Jika kau tidak melakukannya, kami yang akan melakukannya!'
Butuh beberapa detik bagi Katie untuk mengerti maksudnya. Namun terlambat baginya untuk mengerti karena bola api itu pecah menjadi 4 bagian, lalu melesat keluar menembus dinding terowongan ke 4 penjuru.
"Apa yang terjadi? Apa maksudnya mereka akan melakukannya?" tanya Katke terheran-heran. "Tiffany apakah terjadi sesuatu di luar sana?"
"Kebakaran terjadi dimana-mana. Oberpflaz, kediaman Tettero, Bayern dan juga istana Heinest."
Jantung Katke bergemuruh hebat mendengar ini. Dia ingat seharusnya jam segini Tanya serta Joan masih berada di Oberpflaz, sementara Kinsey dan lainnya berada di istana Heinest.
Apakah mereka selamat? Apakah mereka sempat melarikan diri?
Katie tidak sempat berpikir karena pijakan tanahnya bergetar. Debu, butiran pasir diatas kepalanya berjatuhan menandakan sesuatu buruk tengah terjadi di atas permukaan.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kebakaran seperti apa yang bisa membuat bumi berguncang hebat seperti ini?