Aku Membutuhkanmu
Aku Membutuhkanmu
"Jika kau tinggal disini, pikiranku akan pecah. Aku tidak akan bisa fokus pada pekerjaanku karena memikirkan keselamatanmu. Tapi jika kau bersama mereka..."
"Itu berarti misi kali ini sangat berbahaya? Kalau begitu aku harus tinggal disini. Bersamamu." potong Meisya dengan penuh ketegasan.
"Tidak bahaya. Sungguh. Meimei, bagaimana caranya aku bisa meyakinkanmu untuk ikut dengan mereka?"
"Tidak ada. Aku akan tetap disini."
"Kau tidak berguna disini. Lebih tepatnya kau akan menjadi penghalang kami."
Apakah Stanley yang mengatakannya? Bukan. Mana mungkin Stanley tega menyakiti istrinya dengan kalimat menyakitkan itu.
Stanley langsung mendongak ke samping.. ke arah pemilik suara yang telah membuat istrinya menjadi murung.
"Kinsey," desis Stanley memperingatkan.
"Aku hanya bicara fakta. Siapa yang pernah diculik hingga tiga kali?" setelah mengutarakan kalimat sarkas itu, barulah Kinsey beranjak pergi.
Ingin rasanya Stanley menghajar Kinsey saat ini juga. Dasar mulutnya yang tidak bisa dikendalikan itu. Tidak bisakah bersikap lembut sedikit?
Hmph! Mana mungkin bisa? Kinsey terkenal bersikap dingin dan acuh pada wanita manapun selain adik perempuannya. Tapi Meisya bukan wanita sembarangan. Meisya adalah istrinya dan juga adik kembar Katie. Setidaknya Kinsey bisa bersikap ramah pada Meisya!!
"Apa benar aku menjadi beban kalian?" tanya Meisya yang kini matanya sudah berkaca-kaca.
"Itu tidak benar..."
"Tapi tadi kau bilang pikiranmu akan pecah jika aku tinggal disini."
"Kalau soal itu..."
"Apa yang dikatakannya memang benar. Selama ini aku hanya beban. Aku tidak bisa melakukan apapun, aku tidak berguna. Dan juga.. aku target yang sangat mudah untuk diculik."
"Meimei, dengarkan a..."
"Katakan padaku kalau aku memang adalah beban. Jujurlah padaku kalau aku memang tidak dibutuhkan. Aku akan..."
Kali ini kalimat Meisya yang terpotong karena Stanley menyerang mulutnya dengan bibirnya. Stanley melumat bibirnya dengan ganas seolah memberinya hukuman. Tidak ada kelembutan sama sekali pada aksinya. Orang-orang yang sempat melihat adegan intim tersebut segera menyingkir dari sana untuk menghindar. Lebih tepatnya.. menghindar dari amukan 'singa' yang baru terbangun.
Meisya merasa takut dan meronta sekuat tenaga, namun sia-sia. Tenaga Stanley jauh lebih besar dibandingkan dirinya dan dengan mudah mendorong tubuhnya hingga terhempas di atas sofa. Kini Meisya semakin tak berdaya dan terperangkap ditindih oleh sang suami.
Entah berapa lama Stanley menyerangnya tanpa ampun atau belas kasihan. Ketika Stanley mengakhir pagutannya, dia melihat bibir Meisya agak bengkak dan ada sedikit darah yang menempel di sudut bibir istrinya.
Tampaknya istrinya berulang kali mencoba melawan dengan menggigit bibirnya. Namun usahanya gagal, malah menggigit bibirnya sendiri.
Pandangan Stanley menggelap ketika melihat efek dari aksinya. Bibir yang agak bengkak namun terlihat seksi dan menggiurkan, belum lagi mata kemerahan akibat air mata dan juga pipi yang merona merah karena sempat kehabisan nafas... sungguh bisa membangkitkan hasrat seorang pria dalam sekejap.
"Apa yang kau lakukan? Ada banyak orang yang melihat." rengek Meisya tidak mengerti dengan keganasan suaminya yang tiba-tiba.
"Aku bisa melakukannya lebih jauh dari yang ini jika kau membuatku marah." jawab Stanley dengan seringaian jahatnya.
Meisya teringat akan ulah suaminya yang bersikap seperti psikopat ketika Meisya diculik pertama kali ke Belanda. Semenjak mereka menikah, Stanley tidak pernah menunjukkan sisi seperti ini lagi. Stanley selalu bersikap manis dan hangat terhadapnya. Tidak pernah sekalipun pria itu memperlakukannya dengan sadis seperti seorang psikopat. Kenapa sekarang pria itu bersikap jahat padanya kembali?
"Aku membuatmu marah? Kapan? Aku tidak melakukan apapun." bantah Meisya masih berusaha mendorong tubuh suaminya menjauh yang hasilnya sia-sia belaka.
"Apa maksudmu 'aku tidak membutuhkanmu'? Aku sangat membutuhkanmu. Kau tidak tahu betapa sulitnya aku harus rela melepasmu pergi demi keselamatanmu." Meisya terpaku mendengar penjelasan ini. "Aku membutuhkanmu berada dibawah perlindungan yang pasti. Dengan begitu aku bisa fokus memastikan sepupuku dan saudara kembarmu menyelesaikan masalah disini dengan aman.
Aku harus tinggal disini untuk meningkatkan prosentase kemenangan mereka. Disaat bersamaan aku harus memastikan kau aman terlindungi. Lemar tahu titik kelemahanku dan Kinsey. Kita tidak perlu khawatir karena Katalina memiliki kemampuan sendiri untuk menangkis serangan Lemar."
"Itu sama saja mengatakan aku tidak berguna." isak Meisya.
"Jika kau memiliki kemampuan yang sama dengan kakakmu, bagaimana aku bisa melindungimu? Aku lebih suka kau lemah seperti ini. Dengan begitu kau hanya bisa mencariku dan membutuhkanku. Aku ingin kau hanya memikirkanku seseorang." Stanley menyatukan kening mereka sambil mengusap lembut hidung istrinya dengan hidungnya sendiri.
"Aku lebih suka kau yang seperti ini. Jadi.. jangan pernah mengatakan aku tidak membutuhkanmu. Karena aku sangat membutuhkanmu. Karena aku sangat mencintaimu. Aku benar-benar akan menjadi orang gila jika sampai terjadi sesuatu padamu. Mungkin aku akan membunuh semua orang yang telah menyakitimu. Kau tidak ingin hal itu terjadi kan?"
Meisya menggelengkan kepalanya.
"Karena itulah, aku ingin kau pergi ke Amerika bersama Regnz. Untuk saat ini, hanya mereka yang bisa kupercaya." lanjut Stanley dengan nada yang sangat lembut.
Meisya masih sesunggukkan ketika menganggukkan kepalanya tanda menyetujui permintaan suaminya itu. Meskipun dia setuju, dia tetap merasa sedih karena akan berpisah dari suaminya. Rasanya.. dia akan merasa kesepian jika tidak ada suaminya disisinya.
Tidak hanya itu. Dia tidak akan bisa tidur nyenyak tiap malam memikirkan keselamatan suaminya.
"Meimei, tidak akan terjadi hal yang buruk pada kami. Kami semua akan menyusul kalian ke Amerika, barulah kita membicarakan masa depan kita disana. Dimana kau ingin tinggal? Amerika? Jerman? Belanda? Dimanapun kau ingin menetap, aku akan menurutimu. Bagaimana?"
"Benarkah?"
"Aku tidak pernah mengingkari ucapanku."
"Aku suka rumah kita yang ada di Belanda."
"Kalau begitu kita akan menetap disana setelah semua ini selesai."
"Hm." Entah kenapa air mata Meisya masih saja mengalir meskipun dia telah menyetujui usulan Stanley.
"Meimei, sejak kapan kau secengeng ini?" goda Stanley dengan jahil ketika membantu Meisya bangkit untuk duduk dengan nyaman.
"Hmph!" salahkan hormon kehamilannya!
Stanley tertawa kecil sambil memeluk istrinya kedalam dekapannya. Dia ingin menikmati aroma wangi istrinya sebelum melepas kepergian wanita itu ke Amerika.