Sejarah Masa Lalu
Sejarah Masa Lalu
"Yo! Lama tidak bertemu." Walther menyapa Kinsey dengan seringaian lebar.
"Bagaimana kau tahu aku ada disini?" sebelah alis Kinsey terangkat merasa heran dengan kemunculan Walther yang tiba-tiba ini.
"Rekanmu yang memberitahuku." Lalu Walther tersenyum lebar pada Katie. "Katalina, akhirnya kau tidak perlu khawatir dengan usiamu lagi." seru Walther, bergerak ke arah Katie untuk memeluknya layaknya seorang kakak memeluk adiknya.
Walther sungguh ikut sukacita begitu tahu usia Katie tidak perlu dikhawatirkan. Kati bisa hidup hingga maut menjemputnya secara biasa.
Sayangnya, Kinsey tidak terima dan langsung menahan dada pria itu sebelum benar-benar memeluk Katie.
Katie merasa heran kenapa Kinsey mencegah Walther mendatanganinya.
"Hei, sebelum kau datang kemari, aku sering memeluknya."
"Sekarang aku ada disini, aku tidak melihat kenapa aku harus membiarkanmu melakukannya."
Katie terkejut sama sekali tidak menyangka Kinsey akan cemburu terhadap Walther. Dia tertawa kecil merasa senang dengan sifat posesif dari kekasihnya. Dia tidak pernah tahu kalau ternyata Kinsey mudah cemburu. Padahal Walther hanya dianggap seperti kakak lelakinya saja.
"Ck. Dasar pelit." pada akhirnya Walther mengurungkan niatnya dan kembali melangkah mundur. "Ngomong-ngomong, ada yang harus kuberitahukan. Ini mengenai ibumu."
Katie serta Kinsey saling tukar pandang menanggapi kalimat Walther. Kemudian ketiganya pergi menggunakan mobil Mertun menuju ke sebuah restoran dan memesan ruang vip khusus. Dengan begitu mereka bisa menikmati makan siang sambil berdiskusi tanpa takut pembicaraan mereka akan didengar orang lain.
Awalnya mereka membicarakan hal remeh sambil menyantap makanan mereka. Begitu selesai makan, Kinsey meminta pegawai membersihkan piring kotor dari meja mereka. Setelah yakin tidak akan ada yang keluar masuk untuk mendengarkan perbincangan mereka, barulah Walther mulai membahas hal serius.
Walther menjelaskan, pagi tadi beberapa pejuang Oostven serta Tanya dan Stanley berhasil menghadang kendaraan yang dinaiki Keisha. Mereka berhasil menyelamatkan wanita itu dan kini tinggal di Bayern dalam perlindungan suku Oostven.
Mendengar penjelasan ini, Katie mendesah lega. Setidaknya mereka berhasil mengeluarkan Keisha dari istana. Semua orang yang disayanginya telah berhasil keluar dari cengkeraman keluarga Heinest.
Awalnya, begitu Keisha berhasil diselamatkan, Katie serta lainnya berencana segera kembali ke Amerika. Namun kini...
"Satu lagi." lanjut Walther membuyarkan lamunan Katie. Dia mengeluarkan sebuah benda seperti bola bewarna hitam dan meletakkannya diatas meja.
Tidak lama kemudian bola tersebut berputar lalu muncul sebuah lubang disusul suatu bentuk tabung kecil muncul dari dalam bola tersebut.
Tabung itu bersinar memancarkan berbagai laser biru ke tengah udara menampilkan sebuah gambar hologram. Gambar tersebut merupakan suatu reruntuhan yang sangat kuno dan tak terawat.
Kinsey merasa dia pernah mendatangi tempat itu. Dimana? Lalu dia ingat dia menemukan cara agar Katie bisa terus hidup disana. Melalui tulisan reruntuhan itu pula dia mengetahui bahwa seorang origin dan raja merah tidak bisa bersama.
Kenapa Walther menunjukkan gambar reruntuhan ini?
"Katalina, karena kau sudah mendapatkan kekuatanmu yang sebenarnya, kami berharap kau bisa menghancurkan 'pondasi' Prussia. Pintu masuknya ada di dibawah reruntuhan ini."
Kinsey memandang Walther dengan penuh curiga. "Walther, jangan bilang padaku kalau kau ini adalah BZO."
Katie terkesiap mendengar ucapan Kinsey. Walther adalah BZO? Sejak kapan?
Walther menjawabnya dengan senyuman misterius.
"Kau juga adalah BZO? Kupikir hanya Ferd." gumam Katie masih tidak percaya.
"Ferd juga?" kali ini Kinsey yang terkejut.
"Ferd sudah memberitahuku. Kau mengetahui identitasnya tanpa sengaja. Aku nyaris tidak bisa menahan tawaku ketika kau berusaha mendekati Ferd untuk mengorek informasi, sementara anak itu kewalahan menghindarimu."
"Hoo? Dan kau tidak pernah memberitahuku?"
Katie tertawa gugup tidak tahu apakah kekasihnya ini marah karena cemburu atau karena Katie menyembunyikan sesuatu darinya.
"Sepertinya aku lupa. Lagipula bagaimana aku bisa memberitahumu? Waktu itu Alpha mendadak datang, lalu kita bertengkar. Bagaimana aku bisa memberitahumu kalau kau menghindariku terus?"
"Sekarang kau semakin pintar memberi alasan huh?" ucap Kinsey dengan jenaka sambil mencubit pipi Katie dengan gemas. Katie terkekeh kecil sama sekali tidak keberatan Kinsey mencubit pipinya karena memang tidak sakit.
"Aku punya guru yang hebat!" jawab Katie penuh kebanggaan.
"Hoo? Siapa gurumu ini? Apakah aku mengenalnya?"
"Memangnya siapa lagi kalau bukan orang yang didepanku ini?"
Kinsey menyatukan kening mereka menggodanya lalu keduanya tertawa kecil melupakan Walther yang duduk berseberangan dengan mereka.
"EHEM! EHEM!" dengan sengaja Walther berdehem keras menggangu pasangan kasmaran didepannya. "Setidaknya.. lakukan ini jika aku sudah kembali. Kemesraan kalian membuat mataku sakit." lanjut Walther dengan rajukan berlebihan sambil menutup kedua matanya dengan sebelah tangannya.
Katie merona merah baru ingat dia sedang tidak sendiri bersama Kinsey. Lain halnya dengan Katie yang merasa malu, Kinsey terlihat acuh dan tidak peduli. Tangannya masih betah bertengger pada pinggang Katie agar kekasih mungilnya tidak duduk menjauh darinya.
"Apakah sudah selesai?" Walther membuka sebelah matanya untuk mengintip, lalu mendesah pasrah melihat apa yang dilihatnya.
Mereka memang tidak bermesaraan lagi, tapi posisi duduk mereka.... Apakah mereka tidak merasa panas duduk menempel seperti itu?
"Baiklah, lanjut yang tadi." Walther memutuskan tidak memperdulikan mereka.
Walther bercerita, ratusan tahun yang lalu ketika Prussia hendak dilenyapkan dari peta; Raja Prussia berusaha mempertahankan kerajaannya dengan menghalalkan cara apapun.
Ketika mendapat kabar bahwa bayi raja merah lahir di Prussia, sang raja menggunakan kesempatan ini.
Dia mengumpulkan batu es kristal dalam masa yang besar. Lalu dia membangun sebuah 'alat' dengan batu tersebut. Begitu 'alat' tersebut selesai dibangun, sang raja mengurung bayi raja merah ke dalam 'alat' tersebut menyerap semua elemen api yang ada didalam tubuhnya.
Semenjak itu, sumber energi kehidupan milik raja merah kehilangan unsur api dan tersegel didalam alat itu. Semenjak itu pula, generasi raja merah berikutnya susah untuk menjadi penguasa alam, apalagi menggunakan unsur api.
Dan poin yang lebih penting... raja merah tidak bisa lahir di luar Prussia.
Hal ini membuat kerajaan Prussia dianggap penting karena raja merah pasti lahir didalam negeri Prussia. Itu sebabnya, sang raja terdahulu sanggup mempertahankan kerajaannya dari desakan pemerintahan Jerman. Dia menggunakan kekuatan raja merah, memanfaatkannya, serta mendidik raja merah semenjak kecil. Sehingga raja merah tidak memiliki pilihan lain selain tunduk pada sang raja dan menghalau semua orang yang ingin menghancurkan kerajaannya.
Pemerintah Jerman tidak tinggal diam dan membangun sebuah organisasi bernama kehampaan yang disebut Black Zero Operation. Tujuannya hanya satu. Menghancurkan Prussia.
Satu-satunya cara untuk menghancurkan Prussia adalah menghancurkan pondasi negara itu. Pondasi tersebut tidak lain adalah 'alat' yang menyerap unsur api dari seorang raja merah.
Namun disaat bersamaan, yang bisa menghancurkan 'alat' tersebut adalah penguasa alam dengan elemen apinya.
Karena itu BZO hanya bisa menunggu. Mereka sangat sabar dalam menunggu. Sambil menunggu mereka membina anak-anak pilihan semenjak kecil untuk masuk kedalam BZO. Orang biasa, pejabat tinggi, mafia, bahkan pengusaha yang sangat kaya raya juga masuk kedalamnya.
Berbagai macam orang bergabung ke dalam BZO. Mereka tidak perlu menggunakan teknologi yang canggih untuk melihat atau mencari sebuah informasi. Karena mereka memiliki mata dimana-mana. Penjuru Eropa, Amerika bahkan Asia, mereka telah menyebar dimana-mana untuk mewujudkan kebebasan unsur api.
Begitu unsur api terbebas dari 'alat' tersebut, maka raja merah bisa lahir dimanapun. Tidak perlu lagi takut akan adanya origin, karena sumber energi kehidupan bisa memilih bayi dimanapun yang ia mau.
"Aku tidak menyangka, ternyata ada kisah seperti ini." ujar Katie setelah Walther selesai menjelaskan. "Tapi kenapa harus menunggu raja merah menemukan unsur api dulu? Bukankah, raja merah bisa menghancurkan alat itu tanpa api sekalipun?" tanya Katie penasaran.
Walther menggelengkan kepalanya. "Kalau memang semudah itu, maka dari dulu raja merah sudah akan menghancurkannya." jawabnya. "Energi yang dipakai untuk melindungi alat itu adalah energi es... milik raja biru."
Kinsey serta Katie terkesiap mendengar ini. Raja biru?? Jadi memang benar ada raja biru di dunia ini???