Energi Api
Energi Api
Inginnya pesan 2 kamar biasa, tapi Kinsey bersikeras memesan 1 kamar saja. Malahan, Kinsey ingin memesan suite yang terletak di dua lantai teratas. Katie menolak mentah-mentah dan langsung menyetujui pesan 1 kamar.
Begitu masuk ke kamar barulah Katie sadar... Kinsey telah menjebaknya. Keduanya sama-sama tahu mereka tidak mungkin memesan kamar termahal sehingga bisa dilacak oleh pemilik hotel yang berteman baik dengan keluarga Tettero.
Tapi pria itu malah berpura-pura tidak tahu dan memberinya pilihan tidur di suite atau tidur bersama di kamar biasa. Secara refleks, Katie memilih tidur sekamar di kamar biasa.
Katie memijat keningnya dengan frustrasi. Bisa-bisanya pria itu memancingnya masuk ke perangkapnya.
Dasar rubah licik!
Kini Kinsey sedang mandi air dingin guna meredakan hasratnya yang nyaris tak tertahankan lagi. Dengan sabar serta muka cemberut, Katie hanya menunggu di kamar sambil meminta laporan pada Tiffany.
Karena dia tidak memakai gelang platinum miliknya, Katie hanya bisa membaca laporan tersebut melalui komputer yang disediakan di kamar hotel ini.
Disana dia juga melihat rekaman apa yang terjadi disekitar istana dua malam lalu. Dia melihat Lemar mencegat Kinsey dan.. menikam perutnya?!
Tiffany juga menunjukkan Kinsey berhasil diselamatkan oleh Stanley dan lainnya. Mereka melarikan Kinsey ke rumah sakit dan langsung masuk ke ruang operasi.
Katie merasa sesak melihat itu semua, matanya berkaca-kaca menyaksikan itu. Kinsey memang benar terluka... dan itu bukan luka ringan.
Kalau begitu, kenapa Kinsey datang menjemputnya? Bagaimana dengan luka di perutnya? Anehnya, pria itu tidak tampak kesakitan.
Dia menanyakan soal ini pada Tiffany.
'Tidak ada yang tahu soal ini. Tiba-tiba saja dia keluar dari kamar inapnya dan langsung menuju ke mobil. Dilihat dari cara berjalannya, dia tidak seperti orang yang baru saja ditikam.'
Jawaban Tiffany sama persis apa yang dipikirkan Katie. Jika kejadian itu terjadi dua hari yang lalu, maka luka Kinsey pasti belum sembuh. Apalagi berjalan santai dan melakukan tindakan senonoh terhadap dirinya.
Klik!
Pintu kamar mandi terbuka dan muncullah Kinsey mengenakan kaos berlengan pendek dengan rambut basah.
Sebelum ke hotel ini, mereka mampir ke supermarket yang buka 24 jam untuk membeli kebutuhan sederhana. Kinsey suka akan kebersihan, karena itu dia membeli beberapa pakaian ganti yang baru untuknya dan Katie.
Rupanya kaos yang dikenakan Kinsey sangat ketat menempel pada ototnya yang terbentuk. Katie nyaris bisa melihat semua otot pada pria itu seolah tidak ada kain yang menutupinya.
"Puas dengan apa yang kau lihat?" seringai Kinsey dengan jahil membuat Katie semakin merona. "Aku bisa melepaskan pakaianku kalau kau mau." dengan tidak tahu malu Kinsey malah melanjutkan kalimatnya.
Katie menggeleng kepalanya dengan keras lalu menepuk kedua pipinya membuat Kinsey tertawa kecil.
Fokus Katie! Fokus! Perintah Katie pada dirinya sendiri.
"Tiffany sudah memberitahuku. Lemar.. menikammu?"
"Hm. Dia melakukannya."
"Apa kau sudah gila? Kau kabur dari rumah sakit begitu saja? Bagaimana lukamu sekarang? Tunjukkan padaku."
Katie segera berjalan mendekat, mengangkat kaos Kinsey tanpa pikir panjang. Dia hanya ingin melihat seperti apa luka akibat tikaman pisau Lemar.
Anehnya, dia tidak menemukan apa-apa disana. Tidak ada luka apapun disana. Jelas-jelas dia melihat rekaman Tiffany bahwa Lemar menikam pisau pada sisi perut kiri Kinsey. Lalu kenapa dia tidak menemukan luka apa-apa disana? Bahkan bekas jahit operasipun tidak ada.
Serasa tidak percaya Katie menyisirkan jemarinya di perut berotot pria itu hanya ingin memastikan penglihatannya tidak menipunya.
"Jadi kau boleh menyentuhku sedangkan aku tidak boleh menyentuhmu?"
Katie segera melompat jauh menghindari Kinsey. Dia tidak ingin tiba-tiba pria itu menangkapnya dan malah mungkin... 'memakannya'.
"Bukan seperti itu. Aku hanya mengkhawatirkan lukamu." protes Katie dengan wajah cemberut. "Bukankah Lemar menghunusmu? Apakah orang yang diserang Lemar bukan kau?"
Kinsey tersenyum hangat mendengar nada yang tersirat khawatir sekaligus bingung pada suara kekasihnya.
Kinsey menarik tangan Katie lalu mendorong bahunya berjalan ke arah kamar mandi.
"Aku sudah siapkan air hangat untukmu di bath tub. Mandilah dulu, setelah itu aku akan menjelaskan semuanya. Bagaimana?"
Katie memincingkan matanya memandangnya dengan curiga.
"Kau tidak akan mengintip?"
"Tentu saja tidak. Memangnya kau menganggapku apa?"
"Serigala yang lapar." dengus Katie dengan kesal.
Kinsey terkekeh mendengar jawabannya. "Baiklah aku tidak membantah soal itu. Tapi aku bukanlah orang yang suka memaksakan kehendak. Aku tidak akan menyerangmu." Untuk saat ini. Lanjutnya dalam hati. "Sekarang, nikmati acara mandimu."
Pada akhirnya Katie menurutinya dan masuk kedalam kamar mandi. Untuk menenangkan hatinya, dia mengunci pintu agar Kinsey tidak bisa masuk.
Barulah setelah itu dia melepas bajunya. Ketika selesai meletakkan pakaiannya ke tempat pakaian kotor, Katie mencium aroma vanila kesukaannya. Ternyata didalam bath tub sudah dimasukkan sabun cair aroma vanila.
Aw.. Kinsey sengaja repot-repot menyiapkan aroma sabun mandi kesukaannya.
Katie mencelupkan sebelah tangannya untuk mengukur suhu panas... dan ternyata sangat sesuai dengan seleranya.
Bagaimana bisa Kinsey mengetahui seleranya? Hati Katie menjadi hangat akan perasaan cinta pria itu terhadap dirinya. Dia merasa telah dimanjakan dengan cinta pria itu.
Tanpa menunggu lagi Katie menenggelamkan seluruh tubuhnya dan duduk dengan nyaman didalam bath up. Dia memejamkan matanya menikmati suhu air yang pas serta aroma yang menyenangkan.
Sesekali dia menggerakkan jemarinya menciptakan percikan api lalu menghilang secepat datangnya. Entah kenapa, seluruh tubuhnya terasa sangat gatal ingin mengeluarkan api dari dalam tubuhnya.
Kebakaran, kehancuran dan juga... teriakan para binatang dan manusia yang berusaha melarikan diri dari kobaran api miliknya... dia ingin melihat semuanya. Dia ingin mendengar suara teriakan tersebut. Dia ingin berada si tengah-tengah kepanikan mereka semua.
"..."
Katie menggelengkan kepalanya guna mengenyahkan pikiran jahat tersebut. Ada apa dengannya? Ini bukan dirinya!
Katie memutuskan memejamkan matanya dan lebih memilih memikirkan hari-hari ke depannya bersama Kinsey.
Sementara itu Kinsey menyalakan televisi untuk melihat berita terkini. Di chanel manapun memberitakan hal yang sama.
Sebuah kebakaran hebat telah terjadi di kawasan kekuasaan Tettero. Awal mulanya berasal dari gudang penyimpanan tempat kediaman Tettero lalu menjalar terus masuk menghanguskan hutan.
Kebakaran itu semakin besar dan mustahil untuk dipadamkan. Ajaibnya, mujizat terjadi karena kobaran api tersebut padam dalam sekejap setelah membara selama setengah jam penuh.
Hal ini sangat misterius dan sangat tidak masuk akal. Namun bekas jejak kebakaran masih terlihat jelas menunjukkan bahwa api yang membara tersebut memang nyata. Tapi, bagaimana api tersebut padam seketika masih belum diketahui penyebabnya.
Kinsey mengambil ponselnya lalu menghubungi Stanley yang beberapa saat lalu mengganggu kebersamaannya dengan Katie. Dia memang merasa jengkel dengan pria itu lagi-lagi menggangu waktunya menikmati 'mangsanya'. Tapi disaat bersamaan dia bersyukur sepupunya ini selalu ada untuk mencegahnya.
Kinsey bertanya-tanya, bagaimana bisa Stanley selalu muncul tepat waktu ketika dia nyaris akan bercinta dengan Katie? Apakah pria itu memiliki indera keenam?
"Yo, Kinsey. Jadi malam ini kau menginap di hotel?" sapa Stanley begitu pria itu menjawab panggilannya. Tidak diragukan lagi, Tiffany pasti memberitahu pria itu. "Aku tahu kau sudah diambang batas, tapi setidaknya ingatlah lukamu. Apa kau tahu jahitannya bisa terbuka kembali jika kau melakukan kegiatan ekstrim?"
"..."
"Kenapa kau menghubungiku? Apakah kalian sudah selesai? Cepat sekali?"
"Bagaimana aku bisa mengatakannya jika kau berceloteh terus? Kurasa aku telah salah menghubungi orang."
"Hei.."
Tanpa menggubrisnya, Kinsey menutup panggilannya. Sungguh sebuah kesalahan dia menghubungi pria itu terlebih dulu. Sebaiknya dia menghubungi Alex.
Belum sempat menggeser tombol menelepon pada smartphonenya, Stanley menghubunginya terlebih dulu.
"Jika kau bicara yang tidak berguna, aku tidak akan menjawab panggilanmu lagi." ancam Kinsey.
"Aku hanya bercanda." jawab Stanley sambil terkekeh. "Bagaimana dengan lukamu? Aku melihat kamera cctv di rumah sakit. Kau tidak tampak seperti orang yang baru saja dioperasi."
"Aku baik-baik saja. Apakah kau sudah melihat berita?"
"Hm. Aku sudah melihatnya. Apakah ada hubungannya dengan Katalina?"
"Sangat. Katie yang melakukannya."
"..." satu, dua, tiga. "HAAA? Apa maksudmu?"
"Aku juga tidak tahu. Saat aku menemukannya di tengah hutan, seluruh tubuhnya diliputi oleh kobaran api. Tanah yang dilewatinya terbakar dan terus menjalar di sekitarnya. Anehnya, tidak ada luka bakar pada Katie. Bahkan pakaian yang dipakainya juga tidak terbakar. Katie juga yang memadamkan kebakaran tersebut dalam sekejap."
"Jadi berita yang mengatakan kobaran api yang tiba-tiba menghilang dalam sekejap juga adalah ulahnya?"
"Sepertinya begitu. Kurasa kau juga tidak mengetahui hal ini?"
"Antara iya atau tidak. Aku pernah mendengar dari kakekku unsur bumi yang paling mendasar pada kekuatan raja merah adalah api. Kekuatannya sangat menakutkan dan konon seseorang membangun sesuatu untuk menahan energi api tersebut. Sehingga raja merah yang terlahir ke dunia ini tidak akan bisa menggunakan energi api itu."
"Maksudmu, sebelum ini tidak ada satupun raja merah yang bisa menggunakan energi api?"
"Itu benar. Kenyataan Katie kini bisa menggunakan energi api sangat mengkhawatirkan."
"Bagaimana bisa?"
"Konon katanya, raja merah yang berhasil menemukan energi api, emosinya dua kali lipat tak terkendali. Dia juga tidak takut pada apapun dan lebih agresif daripada biasanya. Dia juga akan memiliki keinginan untuk menghancurkan. Dan juga.. rasa haus akan darah mulai muncul di pikirannya."
"..."
"Yah, sebaiknya tidak perlu terlalu memikirkannya. Lagipula itu hanyalah rumor belaka yang belum dipastikan kebenarannya. Setidaknya Katalina tidak ingin menghancurkan apa-apa. Iya kan?"
"Aku akan menghubungimu lagi." Kinsey memutuskan panggilannya sebelum melemparnya ke ranjang dengan kasar.
Dia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya sambil mendesah berat.
Kenapa semakin lama dia berada disini, masalah baru selalu muncul?