My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Menghancurkan Prussia (R+18)



Menghancurkan Prussia (R+18)

3Katie masih terus berjalan tanpa menghentikan api yang membakar kesekelilingnya seolah dia memang harus menghanguskan tempat ini.     

Dia tidak tahu kenapa, tapi dia merasa tujuan raja merah dilahirkan tempat ini untuk menghancurkan sesuatu yang dibangun di tempat ini. Hanya saja dia tidak tahu apa tepatnya 'sesuatu' itu.     

"Katie!"     

Katie menghentikan langkahnya ketika mendengar namanya dipanggil. Agak didepan sana dia melihat Kinsey turun dari mobil. Katie langsung memadamkan api disekitarnya.     

Meskipun dia merasa harus menghancurkan tempat ini, tapi dia tidak ingin melukai orang yang disayanginya. Dia tidak peduli dengan para penguasa lainnya atau siapapun yang tinggal di tempat ini. Tapi dia sangat peduli pada orang-orang yang disayanginya.     

"Kinsey."     

Katie berlari menghambur kedalam pelukan Kinsey menikmati aroma yang sangat disukainya. Kinsey juga menghirum aroma wangi pada rambut Katie sambil menghembuskan napas lega.     

Untunglah, Katie baik-baik saja. Untunglah Katie tidak terluka. Kinsey mengeratkan pelukannya tanpa ingin melepasnya.     

"Darimana kau tahu aku berjalan ke arah sini?"     

"Tiffany yang memberitahuku." jawab Kinsey. "Kurasa aku jatuh cinta lagi. Kau tampak sangat menawan."     

Pipi Katie merona mendengarnya. Dia sama sekali tidak tahu rambutnya kini bukan bewarna merah apel lagi, tapi merah menyala seperti api yang berkobar.     

Belum lagi ketika dia berjalan dengan api yang membakar hutan sebagai latar belakangnya, Katie tampak seperti seorang dewi perang yang baru saja memenangkan pertempuran.     

Katie membiarkan Kinsey menuntunnya masuk ke mobil. Lalu keduanya kembali pulang dimana seluruh keluarganya menanti mereka.     

"Aku tidak tahu kalau kau bisa mengendalikan api. Kupikir kau hanya bisa mengendalikan unsur bumi yang ada disekitar saja."     

"Aku juga tidak tahu. Aku baru tahu unsur dasar sebenarnya dari raja merah adalah api. Tapi.. entah kenapa aku tidak bisa menemukan unsur api itu didalam tubuhku. Tidak hanya aku, raja merah sebelumnya juga tidak bisa."     

"Bagaimana kau tahu?"     

"Entahlah. Semenjak aku merasakan kobaran api didalam tubuhku, semacam informasi masa lalu muncul didalam otakku."     

"Informasi?"     

"Hm. Ah, aku sudah tahu tujuan BZO yang sebenarnya. Alasan kenapa mereka tidak peduli pada nyawa raja merah namun juga tidak menyakitinya. Mereka hanya membiarkan takdir seperti apa yang akan membawa kehidupan raja merah."     

"O ya? Apa tujuan mereka?"     

"Mereka menunggu raja merah menemukan unsur api yang sebenarnya. Kini aku sudah menemukannya, mereka akan menemuiku setelah ini."     

"Kau yakin?"     

"Aku yakin."     

"Untuk apa?"     

"Untuk menghancurkan Prussia."     

Ciiit! Tiba-tiba Kinsey mengerem mendadak membuat tubuh keduanya terhempas kedepan. Untung saja sudah malam dan tidak ada kendaraan apapun di belakang sehingga tidak terjadi kecelakaan.     

"Kinsey, apa yang terjadi?" Katie juga terkejut Kinsey mengerem mendadak. Untung saja mereka memakai sabuk pengaman, kalau tidak, dahi mereka sudah pasti terbentur kedepan.     

"Tadi kau bilang apa? Menghancurkan Prussia?"     

"Aku juga tidak mengerti. Tapi di pikiranku selalu memikirkan hal yang sama. Seharusnya Prussia sudah lama lenyap dan menyatu dengan pemerintahan Jerman. Tapi kenyataannya Prussia bertahan hingga sekarang."     

"Bukan berarti kau harus menghancurkannya kan? Meskipun Prussia bukanlah negara besar, kau masih harus menghadapi 4 penguasa."     

"Aku tahu itu, aku terus meyakinkan diriku apa yang kupikirkan itu salah tapi... hatiku mengatakan aku harus menghancurkan tempat itu."     

"Tempat itu? Tempat apa yang kau maksud?"     

"Aku tidak tahu letak pastinya. Selama aku menghancurkan tempat itu, negara Prussia tidak akan ada lagi. Kurasa, BZO akan menemuiku untuk memberitahuku lokasinya."     

Itu berarti tujuan BZO sebenarnya adalah menghancurkan suatu tempat? Apakah itu berarti BZO ingin menghancurkan kerajaan negeri ini?     

Lalu bagaimana dengan Dieter? Bukankah pria itu adalah raja Prussia? Kenapa dia juga bergabung dengan persatuan BZO? Sebagai seorang raja, mana mungkin dia rela menghancurkan kerajaannya?     

"Apakah kau harus melakukannya? Aku tidak ingin kau melakukannya."     

"Kinsey.."     

"Entah kenapa kau akan menghilang dariku jika kau melakukannya."     

Katie kehabisan kata-kata mendengarnya. Hingga sekarang pria itu masih mengkhawatirkannya. Dia masih memikirkan keadaannya.     

Katie melepaskan sabuk pengamannya, lalu beranjak pindah ke arah Kinsey. Kini Katie duduk di atas pangkuan Kinsey membuat Kinsey tercekat. Sejak kapan Katie menjadi seagresif ini?     

Tidak. Tidak. Sedari awal Katie memang adalah orang yang blak-blakan dan agresif. Tapi levelnya meningkat daripada sebelumnya.     

Dengan senyuman jahil Katie mengalungkan tangannya ke leher kekasihnya lalu memberi tatapan menggoda.     

"Bagaimana kalau kita melakukan apa yang kau mau setelah semua ini selesai?"     

"Apa yang kumau?"     

"Kita akan menikah dan menetap di Amerika bersama keluarga besarmu. Kita juga bisa memiliki beberapa anak disana." tidak lupa Katie mengedipkan matanya beberapa kali untuk menambah efeknya.     

Apakah wanita ini sedang merayunya? Apakah Katie tidak tahu apa yang dilakukannya ini bisa membangkitkan hasrat seorang pria?     

Kinsey tersenyum miring lalu mengeratkan tubuh Katie.     

"Aku menyukainya. Bagaimana kalau kita melakukannya sekarang?"     

"Apanya?"     

"Membuat anak." bisik Kinsey parau di telinga Katie membuat sekujur tubuh Katie meremang.     

Katie tertawa gugup menanggapinya, "Sebaiknya kita kembali dulu." Katie hendak beranjak dari pangkuan Kinsey dan kembali pada kursinya sendiri. Sayangnya, Kinsey tidak membiarkannya dan memerangkap tubuhnya dengan kedua tangannya.     

"Kau pikir bisa pergi begitu saja setelah membangkitkan hasratku?"     

"Aku tidak.. hmph!"     

Katie tidak bisa berkata lagi karena Kinsey kini menyerang bibirnya dengan rakus. Dalam sekejap saja kedua lidah mereka sudah saling bertautan. Katie sendiri menikmati curahan cinta dan hasrat pria itu, apalagi setelah ingat bahwa memang pria inilah anak lelaki cinta pertamanya. Karena itu dia tidak melawan ataupun menghentikan aksi pria itu.     

Katie merasa sejuk pada punggungnya ketika Kinsey mengangkat bajunya keatas. Katie mendesah nikmat saat merasakan telapak tangan besar mengelus dengan gerakan menstimulasi adrenalinnya.     

"Kinsey, Kinsey."     

Katie berulang mendesahkan namanya tiap kali Kinsey menghisap kulit putihnya menelusuri jenjang leher hingga ke bahunya. Mendengar namanya dengan suara seksi yang keluar dari mulut Katie membuat Kinsey semakin bersemangat meneruskan aksinya.     

Kinsey sudah mengangkat kaos hitam Katie hingga terjepit dibawah ketiak Katie menunjukkan perut rata dan dua buah dada yang sintal. Ukurannya tidak besar ataupun kecil, tapi sangat tepat. Kinsey sangat menyukainya dan mengangkat tubuh Katie sedikit untuk memosisikan tubuhnya sesuai keinginannya. Kini kedua kaki Katie bersimpu di kedua sisi pinggul Kinsey.     

Menikmati pemandangan indah dihadapannya, Kinsey langsung menenggelamkan wajahnya diantara dua bukit itu membuat Katie terkesiap.     

Katie menyusupkan jemarinya ke dalam rambut coklat Kinsey sambil mendesah nikmat. Jantungnya semakin liar disaat tangan Kinsey hendak membuka kaitan branya.     

Apa yang akan terjadi begitu branya terlepas? Apakah dia akan 'dimakan'?     

Otaknya menyuruhnya untuk menghentikan ini semua tapi tubuhnya menolak mendengarkan otaknya. Pada akhirnya dia membiarkan Kinsey melakukan apa yang dia mau.     

Beberapa saat kemudian, ponsel Kinsey berbunyi dengan nyaring membuat Katie sepenuhnya sadar. Namun Kinsey telah membuka kaitan branya tanpa bisa dihentikan.     

Dengan gerakan cepat, Katie bergerak agak mundur untuk menahan branya yang akan ditarik turun oleh Kinsey. Dia menutup dadanya dengan melipat kedua tangannya dengan wajah merona.     

"Kinsey, ada yang menghubungimu."     

"Hm." gumam Kinsey masih melanjutkan aksinya dengan memberi kecupan sehalus bulu di bawah lehernya menuju bukit kesukaannya.     

"Kinsey!" Dengan tidak sabaran Katie mendorong Kinsey menjauh lalu menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. "Hentikan!"     

Anehnya, sinar mata Kinsey malah menggelap memandang ke arah... dadanya? Katie melirik apa yang dilihat pria itu, lalu segera menutupi dadanya kembali dengan dua tangan.     

Dia sama sekali tidak tahu ketika dia menangkup wajah Kinsey, branya sudah terlepas dan tidak menutupi dadanya sama sekali. Wajahnya terasa panas dan dia yakin sekali wajahnya pasti memerah.     

"Kinsey." rajuk Katie putus asa. Dia tidak tahu lagi bagaimana harus meredakan hasrat pria itu. Sungguh. Duduk diatas pangkuan pria ini merupakan kesalahan besar. Lagipula, darimana keberanian untuk bertindak agresif seperti ini muncul?     

Kinsey tersenyum miring lalu menarik Katie kearahnya agar dia bisa memeluknya dan menikmati punggung polos nan halus kekasih mungilnya. Sementara tangannya yang lain merogoh hape dari saku celananya lalu menjawab panggilan tersebut.     

"KINSEY!! KAU DIMANA? KAU SEDANG TERLUKA DAN NEKAT MELARIKAN DIRI DARI RUMAH SAKIT?!"     

Begitu kerasnya teriakan itu sehingga Kinsey harus menjauhkan ponselnya dari telinganya. Katie juga bisa mendengar kalimat dari orang diseberang. Keningnya mengernyit mendengar ini.     

Kinsey terluka? Kinsey melarikan diri dari rumah sakit? Apa maksudnya? Hanya saja, pikirannya tidak fokus karena jemari Kinsey menari di punggungnya membuatnya terlena.     

"Aku bersama Katie sekarang. Kami akan kembali besok pagi." jawab Kinsey singkat lalu memutuskan koneksi panggilannya. Kinsey melempar hapenya ke sebelah dengan asal-asalan lalu menunduk mencari 'makanan' kesukaannya.     

"Kau terluka?" Katie menghindar ciumannya ketika bertanya.     

"Hm. Hanya luka kecil." jawabnya pendek terus menghujani wajahnya dengan kecupan ringan.     

Katien mendesah frustrasi. Kalau begini caranya, Kinsey tidak akan menanggapi pertanyaannya dengan serius.     

Akhirnya Katie memberikan apa yang dicari Kinsey sedari tadi. Dia mencium Kinsey dengan sama rakusnya lalu tangannya bergerak pada tombol penggerak kursi yang diduduki Kinsey.     

Kursi Kinsey bergerak mundur secara perlahan hingga posisi mereka setengah terbaring. Hal ini membuat Kinsey lengah dan melonggarkan pelukannya hanya untuk menikmati lekukan tubuh Katie. Dengan gerakan cepat Katie langsung beranjak pergi dan kembali ke tempat duduknya. Lalu dia menurunkan kaosnya setelah memakai branya kembali. Setelah memastikan kaosnya terpakai rapi, kedua tangan Katie meraih kaitan di belakang punggungnya untuk mengaitkannya kembali.     

Kinsey hanya mendesah pelan. Sungguh. Di dunia ini hanya Katie seorang yang sanggup membuatnya tak berdaya.     

"Katie, aku kesakitan." ucap Kinsey dengan ekspresi menderita.     

Mengingat telepon tadi yang mengatakan Kinsey sedang terluka, membuatnya khawatir.     

"Dimana? Dimana kau terluka?"     

Kinsey menuntun tangan Katie ke arah bagian tubuhnya yang terluka. Katie membelalak tidak percaya apa yang sudah pria itu lakukan.     

Bukannya menunjukkan bagian yang terluka, Kinsey malah menuntun tangannya ke arah bagian 'inti' pria itu yang terasa sangat panas dan keras.     

DASAR RUBAH TIDAK TAHU MALU!!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.