Gagal Total
Gagal Total
Beberapa saat setelah Katie menenangkan diri, terdengar sebuah lolongan kencang dari seekor serigala. Tidak lama kemudian disusul lolongan serigala lain membuat para penjaga saling bertukar pandang terheran-heran.
"Hei, cepat ke arah barat. Banyak serigala mengamuk disana." seru salah satu prajurit memanggil kedua penjaga tersebut.
Inilah sinyal dari Kinsey. Tanpa menunggu lagi, Katie segera melompat keluar dan langsung masuk ke gedung penjara tersebut begitu penjaga pintu gerbang penjara pergi.
Sementara itu, satelit pemerintahan yang diretas Tiffany kini menampilkan gambaran Katie telah masuk ke gedung penjara.
"Kinsey, dia sudah masuk."
Suara Stanley terdengar di earphone yang dipakai Kinsey. Saat ini Kinsey berada di atas cabang pohon lebat sambil menyaksikan beberapa serigala yang telah diperintah Merah untuk memancing semua prajurit yang bertugas di pos masing-masing. Sementara Merah sendiri berada di tempat yang agak jauh agar tidak ada yang menyadari kehadirannya.
Sesuai perkiraannya, prajurit yang menjaga pos penjara juga turun tangan berusaha menangkis serangan serigala yang membuas.
Hanya saja.. kenapa Kinsey memiliki firasat buruk mengenai ini?
"Stanley, apa kau tidak merasa ada yang menjanggal?"
"Entahlah. Tapi ini terlalu mudah."
"Benar. Ini terlalu mudah."
"Atau kita yang terlalu hebat?" ujar Stanley kemudian berusaha mengenyahkan pikiran buruk dari otaknya. "Yang penting Katalina sudah berhasil masuk. Tinggal menunggu sinyal darinya saja. Tanya serta lainnya sudah bersiap di bawah gunung. Begitu mendapat sinyal Katalina, mereka akan segera menjemputnya beserta Keisha."
"Hm. Aku harap memang bisa berjalan semulus itu."
Katie yang sudah masuk ke dalam gedung terpana akan tiap jalan yang dilaluinya. Tempat ini benar-benar seperti labirin. Jika tidak mengenal tempat ini tentu orang yang masuk ke dalam sini akan tersesat dan tidak bisa keluar dengan selamat karena ada beberapa jebakan mematikan yang terpasang di beberapa sudut jalan. Itu sebabnya, yang mengawasi pintu gedung penjara hanya ada sedikit. Karena begitu seorang penyusup masuk, maka tidak akan bisa keluar hidup-hidup kalau tidak mengenal tempat ini.
Untungnya Katie sudah menghapal blue print yang berhasil diretas Tiffany terlebih dulu. Jadi dia tidak terlalu tersesat berjalan masuk melewati koridor yang berliku-liku. Sekarang dia hanya perlu mencari sel yang mengurung ibunya.
Katie mengintip tiap sel yang dilewatinya untuk mencari ibunya, sayangnya dia tidak menemukan Keisha. Setelah mengelilingi hingga turun ke bawah tanah selama beberapa menit, akhirnya Katie menemukan ada sebuah pintu terbuat dari besi di ujung koridor.
Kenapa sel tahanan yang satu ini tampak berbeda dengan lainnya?
Katie berjalan menuju sel itu sambil terus waspada terhadap sekelilingnya. Dia menciptakan pusaran angin di sekitar tubuhnya untuk melindunginya dari jebakan maut apapun.
Lalu Katie membuka kunci yang tidak digembok kemudian membukanya dengan sekuat tenaga karena betapa beratnya pintu tersebut untuk didorong.
Katie mengernyit ketika pintu besi tersebut menimbulkan suara yang cukup keras. Dia berharap suara itu tidak sampai terdengar oleh para prajurit yang kini disibukkan dengan para serigala.
Begitu pintu telah dibuka lebar, masih ada koridor panjang yang gelap. Di luar sini masih ada penerangan dengan lampu kecil, tapi di sepanjang koridor ini sama sekali tidak ada penerangan apapun dan terus menggelap hingga ke ujungnya.
Untungnya Katie membawa senter kecil untuk jaga-jaga. Dia menggunakan senter itu dan masuk ke dalam. Lalu berjalan terus hingga menemukan seseorang yang duduk disana dengan dua tangan dirantai.
Siapa itu? Yang pasti orang itu bukan ibunya. Orang itu adalah seorang pria dengan tubuh penuh luka-luka akibat cambukan. Untuk sejenak dia merasa kasihan orang itu.
Katie tidak sadar cahaya senter miliknya mengarah ke wajah orang itu membuat orang tersebut terbangun dari tidurnya. Orang itu memicingkan matanya hanya untuk melihat wajah Katie dengan jelas.
"Meisya?"
Katie tidak merespon. Orang ini mengenal Meisya?
"Ah, ternyata kau saudara kembarnya." tebak orang itu lagi membuat Katie terkejut.
Siapa orang ini? Kenapa dia tahu bahwa Meisya adalah saudara kembernya?
"Siapa kau?" tanya Katie dengan ragu.
"Tidak peduli siapa aku, seharus kau tidak datang kemari."
Belum sempat menanyakan maksudnya, orang tersebut menarik tangannya yang dirantai. Diluar dugaan, rantai yang mengikat pergelangan tangan orang tersebut memanjang menimbulkan suara gear yang bergerak.
Disaat bersamaan, pijakan lantai dibawah kaki Katie terbuka tiba-tiba membuat Katie jatuh ke bawah. Lantai yang terbuka langsung tertutup kembali begitu Katie menghilang dari tempatnya.
Tidak lama setelahnya terdengar sebuah langkah kaki seseorang menghampiri tahanan tersebut.
"Akhirnya kita mendapatkan raja merah. Sesuai janji kami, putri Adrianna akan kami biarkan hidup."
"..." tahanan tersebut tidak menjawab, hanya memandang ke kegelapan dengan tatapan sedih.
Rupanya orang ini tidak lain adalah raja Dieter.
-
Merah yang menunggu di balik hutan mendesis penuh amarah ketika sekelompok orang mengepungnya. Anehnya, dia sama sekali tidak merasakan kedatangan mereka seolah sedari awal sekelompok orang tersebut sudah ada disana menanti kedatangan Merah.
Kinsey yang menunggu tanda dari Katie juga bisa melihat apa yang terjadi pada Merah.
Darimana orang-orang tersebut muncul?
"Stanley, terjadi sesuatu pada Merah." ucap Kinsey akhirnya memutuskan untuk menyusul Merah.
Stanley segera mengecek keadaan Merah melalui satelit yang dikendalikan Tiffany. Keningnya mengernyit ketika layar laptopnya menampilkan Merah tengah dikepung dan diserang belasan bahkan puluhan orang.
Darimana mereka berasal? Apakah mereka suruhan Lemar? Apa itu berarti.. Lemar telah menantikan kedatangan mereka?
Stanley mendecak kesal. Ini sebabnya kenapa Katie bisa masuk dengan mudah. Mungkin mereka bisa menyelinap masuk, tapi untuk keluar... tentunya Lemar tidak akan membiarkan mereka keluar dengan mudah.
Sementara itu, Kinsey yang tengah berlari menyusul Merah, tiba-tiba merasa sakit di dadanya. Tidak hanya sakit, tapi rasa panas yang sangat membakar juga terasa didadanya dan terus menjalar di seluruh tubuhnya. Kedua kaki Kinsey menjadi lemas dan berlutut ditanah sambil mencengkeram dadanya.
Apa yang terjadi? Sepertinya dia pernah mengalaminya. Dia ingat betul akan rasa sakit ini. Dimana dia pernah mengalaminya?
Lalu teringatlah dia akan hari dimana dia mempertemukan Ode dengan Merah untuk pertama kalinya. Ode menempelkan batu es kristal di puncak kepala Merah membuat Merah serta Kinsey kesakitan.
Hanya saja saat ini, tubuhnya terasa sakit berkali lipat seolah yang menempel di tubuh Merah tidak hanya satu batu es, melainkan belasan batu.
Dan ternyata memang benar, sekelompok orang tersebut menyerang Merah dengan cara yang sama seperti saat menyerang Alpha. Merah semakin lemah dan melolong kesakitan. Pandangannya menjadi kabur karena luar biasa rasa sakitnya.
Begitu juga dengan Kinsey. Napasnya menjadi tidak teratur dan seluruh inderanya seakan mati rasa. Tubuhnya telah dibanjiri dengan keringat. Dia sama sekali tidak sadar ada seseorang yang berjalan mendekatinya.
Tidak lama kemudian dia merasakan telapak tangannya seperti terbelah disusul sebuah panas yang menjalar dan berkumpul menjadi satu di telapak tangannya.
Seakan seluruh tenaganya terkuras habis, Kinsey terbaring dengan lemas dan pandangannya mulai menggelap.
Sementara itu Merah masih berusaha menahan rasa sakit yang diakibat belasan batu es kristal di tubuhnya. Jika Kinsey menyerah sekarang, posisi host miliknya akan berganti.
'KINSEY!' panggil Merah dengan suara lantang di benak Kinsey.
Dalam sekejap, kesadaran Kinsey kembali dan bisa melihat apa yang sedang terjadi. Dia melihat jelas Lemar tengah menyatukan telapak tangannya dengan miliknya yang kini mengalir darah.
Kinsey langsung bergerak dan memutar posisi telapak tangannya diatas telapak tangan Lemar.
Lemar terkejut lalu berusaha mengembalikan posisinya semula.
"Kau! Bagaimana bisa kau..."
"Jadi seperti ini kau mengambil serigala merah dari para host. Sayang sekali, aku tidak akan membiarkanmu."
Jleb!
Kinsey mengernyit ketika merasakan ada rasa perih di bagian perutnya. Dia melirik sekilas ke arah pisau yang tertancap di perutnya.
Dasar pria tua licik! Lemar hanya berani menyerang Kinsey disaat dia lemah saja.
Lemar menusukkan pisaunya lebih dalam lagi sementara Kinsey menahan pergelangan tangan Lemar agar tidak menikam perutnya lebih dalam lagi.
Hanya saja, tenaga Kinsey sudah hampir tidak ada lagi akibat rasa sakit dan panas tadi. Kini darahnya keluar tanpa bisa dihentikan membuat wajahnya memucat. Namun dia tidak menyerah dan berusaha mendorong pisau tersebut keluar dari perutnya sambil mempertahankan posisi tangannya untuk mempertahankan Merah.
Lagi-lagi Lemar berbuat curang. Dia melepaskan pegangan pada pisaunya dengan mendadak lalu menendang Kinsey tepat pada pisau tersebut membuat pisau masuk lebih kedalam membuat Kinsey mengerang kesakitan.
Lemar tersenyum licik lalu melanjutkan ritual perpindahan host kembali. Belum sempat menggenggam kembali tangan Kinsey, sebuah peluru meletus ke arahnya nyaris mengenainya.
Lemar melihat ada beberapa orang dengan membawa senjata menghampirinya.
Lemar mendecak kesal lalu berlari meninggalkan Kinsey yang nyaris kehilangan kesadaran.
"Kinsey, Kinsey, sadarlah!"
"Kita harus bawa dia ke rumah sakit!"
"Bagaimana dengan Katie?"
"Kita tidak punya waktu. Melihat kondisinya sekarang sepertinya Lemar telah menangkapnya."
'Katie.' Kinsey berusaha berbicara agar mereka menyelamatkan Katie, namun suaranya tidak bisa keluar hingga akhirnya Kinsey tidak sadarkan diri.
Pada akhirnya, semuanya pulang kembali membawa Kinsey yang wajahnya makin lama makin memburuk. Begitu juga Merah, dia sudah tidak sadarkan diri begitu Kinsey pingsan. Lalu segerombol orang yang menyerangnya segera membawa Merah ke markas mereka.
Tidak hanya misi penyelamatan ini gagal, Lemar malah telah menangkap Merah dan Katie. Bahkan kondisi Kinsey saat ini sangat kristis. Mereka bahkan tidak tahu apakah Kinsey masih bisa bertahan atau tidak ketika tiba di rumah sakit.