Menyelinap Masuk Ke Istana
Menyelinap Masuk Ke Istana
Meisya tidak lagi memilki mood untuk makan. Dia terlalu mengkhawatirkan ibunya. Bahkan Cathy juga tidak bisa membujuknya untuk makan walau hanya sekedar makan cemilan.
Cathy dengar sudah beberapa hari terakhir ini nafsu makan Meisya menurun semenjak kejadian penculikan itu. Padahal sebagai ibu hamil, asupan gizi sangat penting untuk perkembangan janin. Terlebih penting lagi menjaga suasana hati ibu hamil tersebut.
Sayangnya, selama beberapa hari ini Meisya tidak bisa merasa gembira dengan bebas. Dia masih diliputi rasa bersalah karena tidak bisa menjaga Chleo. Kini dia harus diganggu dengan pikiran masalah ibunya.
Sangat sulit bagi Meisya untuk tenang dan merasa damai.
Akhinya Cathy memutuskan menghampiri Vincent yang sedang bermain bersama Diego. Semenjak Diego dibawa pergi paksa oleh Jenny, Diego tidak mau jauh-jauh dari kedua orangtuanya. Begitu Diego tidak melihat wajah salah satu dari orangtuanya, dia akan menangis dan memanggil Cathy dan Vincent bergantian.
"Vincent, apakah kita tidak bisa membantu?"
"Tidak ada yang bisa kita lakukan, Cath. Kita hanya perlu menunggu disini." jawab Vincent berterus terang.
"Tapi..."
"Cath, tujuan kita kemari hanya untuk berlibur sekaligus memastikan keadaan kakakmu baik-baik saja. Urusan diluar itu, kita tidak perlu ikut campur." potong Vincent dengan tegas.
"Tapi..."
"Apa kau ingin kedua anak kita terlibat lagi?"
Cathy langsung terdiam, lalu menggelengkan kepalanya dengan putus asa.
Vincent terlalu menyayangi istrinya sehingga tidak tega melihat istrinya putus asa seperti ini. Vincent mengelus tangan Cathy membujuknya untuk duduk mendekat ke arahnya. Lalu dia menuntun kepala istrinya menyender pada dadanya agar dia bisa mengelus kepala istrinya dengan leluasa.
Cathy merasa damai ketika dia mendengar detak jantung Vincent yang teratur ditelinganya.
"Biarkan kakakmu dan sepupumu yang menyelesaikan masalah ini. Kemampuan mereka jauh diatasku. Lagipula, aku membawa banyak orang kemari bukan untuk disia-siakan. Orang-orangku juga akan membantu mereka." jelas Vincent dengan lembut dan meyakinkan.
"Jadi.. kita hanya bisa menunggu."
"Hm. Kita hanya bisa menunggu. Lagipula, kita punya tugas penting."
"Apa itu?"
Vincent mengerling ke arah Meisya yang kini berdiri di dekat jendela untuk melihat langit yang sudah gelap.
"Kita harus pastikan keadaannya baik-baik saja."
Cathy turut melirik ke arah Meisya yang tampak melamun. Apa yang dikatakan Vincent memang benar. Meisya sedang mengandung dan tidak baik bagi kesehatan janinnya jika Meisya terus murung seperti ini.
Pada akhirnya, Cathy lebih memusatkan perhatiannya pada Meisya. Dia hanya bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa saudara serta sahabatnyanya sanggup membawa pulang Keisha dengan selamat. Mereka pasti akan kembali dengan penuh kemenangan.
Sama seperti saat dia hanya bisa menunggu di markas utama ketika Kinsey dan Vincent berangkat untuk menangkap Aiden dan mengambil obat penawar Katie. Seperti tujuh tahun lalu, dia juga hanya bisa menunggu dan menantikan hasil akhir yang bagus.
Sementara itu Kinsey dan lainnya sudah menyusun rencana terbaik mereka. Tiffany juga sudah meretas tiap kamera yang terpasang di istana.
Setelah bersiap-siap, mereka berangkat secara terpisah. Katie dan Stanley berangkat duluan bersama menuju ke istana Heinest. Sementara Tanya dan Joan berangkat dengan menggunakan jalur lain.
Kinsey juga pergi ke istana melalui jalur yang berbeda dari Katie. Dengan menunggangi Merah, mereka berangkat melalui jalur hutan.
Dalam perjalanan tidak ada satupun yang bicara diantara Stanley dan Katie. Masing-masing pada pemikirannya sendiri. Katie berusaha menghapal jalan yang mirip seperti labirin didalam penjara istana. Dia juga mendengarkan pengulangan rencana mereka dari Tiffany yang telah merekam pembicaraan mereka semua.
Karena setelah ini, begitu Katie masuk menyelinap msmasuki kawasan tahanan, Katie tidak boleh membawa alat pemancar sinyal apapun.
Sebenarnya penjagaan penjara tidak terlalu ketat, juga tidak ada kamera yang dipasang didaerah sana.
Tapi ada sebuah alat pelacak frekuensi yang terpasang di dua sisi gerbang penjara. Alat komunikasi atau elektronik apapun akan memicu alarm peringatan.
Itu berarti, Katie harus melepas gelang platinumnya dan tidak membawa ponsel apapun. Dia harus masuk sendiri.
Sebenarnya, Kinsey lebih suka Stanley yang masuk menyelamatkan Keisha. Namun mereka ragu Keisha akan mengikuti Stanley dengan suka rela. Karena itu mereka memutuskan Katie yang menjemput Keisha. Selain itu, menilai situasi sekarang, kemampuan Stanley dalam meretas komputer lebih dibutuhkan daripada ikut masuk ke dalam menyelamatkan Keisha.
Sementara Kinsey, dia akan membawa Merah untuk memancing para prajurit agar Katie bisa menyelinap masuk dengan mudah. Disaat bersamaan dia akan memancing Lemar keluar dari tempat persembunyiannya jika berhasil.
Resiko yang dihadapi Kinsey dua kali lebih berbahaya daripada Katie. Karena jika Lemar keluar dengan pasukannya, tidak diragukan lagi Lemar pasti akan menyerangnya dan merebut Luna darinya.
Tapi resikonya cukup sepadan jika dia bisa mengalihkan perhatian Lemar dan membiarkan Katie berhasil menyelamatkan ibunya dengan aman.
Tepat tengah malam, masing-masing sudah berada posisinya. Katie juga sudah melepas gelang platinumnya untuk dititipkan pada Stanley. Setelah menggulung rambutnya menjadi sanggul sederhana, Katie turun dari mobil dan bersiap di atas pohon.
Dengan pakaian serba hitam yang nyaman dibuat gerak, Katie mudah menyamarkan keberadaannya dalam gelap. Sementara Stanley membuka laptopnya untuk memeriksa sekitar gerbang istana.
Jarak antara gerbang bagian belakang dengan gedung penjara cukup jauh. Ada beberapa prajurit yang akan berpatroli tiap lima belas menit sekali. Katie harus tahu kapan untuk memanjat dinding tinggi begitu petugas patroli lewat lalu berlari sekencang mungkin ke arah penjara tanpa ketahuan.
Stanley telah siap pada tempatnya untuk membekukan kamera cctv di jalanan yang akan dilewati Katie. Dia hanya bisa membekukannya selama lima detik sebelum notif peringatan akan muncul di monitor pengawas. Katie harus sudah melewati kamera yang dinon-aktifkan tepat waktu.
Semuanya harus berjalan tepat waktu dan tidak boleh gagal. Kalau tidak, sosok Katie yang berlari ke arah penjara akan tertangkap di cctv kamera dan semua prajurit akan langsung tahu ada penyusup yang masuk.
Stanley meretas kedalam untuk melihat kapan patroli berikutnya akan lewat. Setelah menunggu selama lima menit, dua orang yang berpatroli mulai terlihat.
Katie juga bisa melihat dua orang tersebut, lalu menyalakan jam digital di tangannya. Dia akan mengingat waktu patroli agar dia bisa memperhitungkan berapa lama menunggu patroli berikutnya begitu menemukan ibunya.
Katie melompat dari pohon dan memanjat ke dinding dengan beberapa lompatan tinggi memijak ke bebatuan.
Begitu Katie mendarat di tanah, dia bersiap berlari. Melihat pose Katie yang hendak berlari, Stanley langsung membekukan kamera cctv secara bergantian. Tepat ketika Katie berlari melewati kamera pengawas, lima detik berlalu dan kamera berjalan kembali normal.
Begitu terus hingga mencapai titik kamera pengawas terakhir. Katie berhasil lolos dan tidak terlihat oleh kamera membuat Stanley tersenyum lebar. Sungguh luar biasa kecepatan yang dimiliki gadis itu. Bahkan Stanley sendiri tidak yakin apakah dia bisa berlari secepat itu.
Katie yang hampir mendekati gedung penjara langsung bersembunyi di balik semak-semak begitu melihat ada dua prajurit yang berdiri di depan pintu penjara.
Katie mulai menyelidiki situasi disekitarnya. Dia tidak tahu berapa banyak orang yang berjaga didalam penjara. Tidak ada kamera, tidak ada alat komunikasi dan tidak ada bantuan disini.
Dia benar-benar sendirian tanpa bantuan apa-apa kecuali kekuatannya. Apakah dia akan berhasil?
Entah kenapa Katie mulai merasa ragu. Instingnya mengatakan malam ini misi penyelamatan ibunya tidak akan berjalan lancar.