Jika Kau Mati, Aku Juga Mati
Jika Kau Mati, Aku Juga Mati
Ketika Katie hendak menyerah, tiba-tiba dia merasa hal lain selain dingin. Sesuatu yang hangat. Lama-lama rasa dinginnya juga berangsur menghilang digantikan rasa hangat tersebut. Tidak hanya itu, dia merasa energi kehidupannya yang dulu sempat terkuras, terisi kembali. Bagaimana bisa? Kenapa dia merasakan energi kehidupannya terisi kembali?
Ah, dia tidak peduli lagi. Dia terlalu merasa nyaman dengan kehangatan ini untuk bangun. Dia juga merasa ada sesuatu yang menyelimuti tubuhnya. Sesuatu itu terasa lembut dan hangat membuatnya terbuai dan betah tidur-tiduran selama berjam-jam.
Ah, enak sekali. Rasanya ingin berlama-lama disini. Itulah yang dipikirkan Katie ketika dia merasa energinya utuh kembali.
"Hei, kalau kau sudah pulih cepat bangun!"
Secara refleks, Katie membuka matanya begitu mendengar suara asing itu. Dia melihat kesekelilingnya untuk mencari tahu dimana dia sekarang. Dia juga mencari sumber suara yang barusan didengarnya, namun tidak ada siapa-siapa disana.
Katie baru sadar kini dia ada di kamarnya sendiri. Katie mencoba menggerakkan tubuhnya ketika sadar tangannya ditahan oleh sesuatu.
Dia menoleh ke arah tangan yang ternyata digenggam erat oleh Kinsey yang kini tidur disisi ranjangnya dengan posisi duduk.
Apakah semalaman Kinsey tidur menemaninya dengan posisi seperti itu? Kenapa? Apakah terjadi sesuatu padanya?
Lalu teringatlah dia kejadian kemarin dimana dia merasa kedinginan dengan aneh. Biasanya dia akan menggigil kedinginan seperti itu ketika dia keluar rumah di musim dingin.
Tapi musim dingin sudah berlalu, kenapa dia bisa kedinginan?
Ah, Chleora! Apa yang terjadi pada anak itu? Apakah Stanley berhasil menemukan Chleora?
Katie menggoyangkan tangannya untuk membangunkan Kinsey. Dia tidak menduga goyangannya akan membuat Kinsey tersentak dan langsung memeluknya.
"Katie, syukurlah. Akhirnya kau bangun juga." Kinsey melepaskan pelukannya lalu menangkup pipinya dengan kedua tangan besarnya. "Untunglah, sepertinya suhu tubuhmu sudah normal kembali."
Rupanya Kinsey ingin memastikan suhu tubuhnya dengan menempelkan kedua telapak tangannya di wajahnya.
Hanya saja, wajahnya kini memanas karena Kinsey menyatukan kedua kening mereka menyebabkan wajah mereka sangat dekat.
Katie sungguh tidak bisa membiasakan diri akan keintiman kekasihnya ini.
"Ehem.. Itu.. aku baik-baik saja." Katie mencoba untuk bersikap tidak merasa canggung akan kedekatan mereka. "Bagaimana dengan Chleo? Apakah kalian berhasil menemukannya?" tentu saja saat ini yang paling dikhawatirkannya adalah Chleo.
"Belum. Vincent dalam perjalanan kemari untuk mengaktifkan alat pelacak pada gelang kaki Chleo. Begitu aktif, kita akan langsung tahu posisinya."
Katie mengangguk mengerti. "Lalu bagaimana dengan Meisya? Apakah lukanya sudah diobati? Bagaimana dengan Diego?"
Kinsey tersenyum lembut menenangkannya. "Cintaku, mereka semua baik-baik saja. Justru kau yang kami khawatirkan."
Deg! Barusan Kinsey memanggilnya apa? Cinta?
Katie sama sekali tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Apa kau tahu kau tidak sadarkan diri belasan jam dengan suhu tubuhmu yang menurun drastis? Apalagi mendengar ada manusia yang mati karena jantungnya membeku membuat kami berpikir yang tidak-tidak. Aku takut kau akan meninggalkanku. Aku takut aku akan kehilanganmu." ungkap Kinsey dengan bersungguh-sungguh disertai suara yang putus asa.
Ini pertama kalinya Katie melihat Kinsey yang terkenal tidak takut apapun, kini muncul sinar ketakutan pada matanya. Sinar mata coklat yang biasanya tajam dan penuh percaya diri, kini dipenuhi dengan rasa gelisah dan putus asa.
"Sebegitu besarnyakah kau mencintaiku?" Katie memiringkan kepalanya menikmati elusan lembut tangan pria itu.
"Hm. Aku mencintaimu hingga merasuk ke tulangku. Aku akan mati jika kau meninggalkan dunia ini."
Mata Katie mulai berkaca-kaca. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana mengungkapkan perasaannya pada pria itu. Dia juga ingin mengatakan kalau dia sangat mencintai Kinsey. Jika Kinsey mati, dia juga akan mati. Hanya saja.. dia tidak sepandai kekasihnya dalam mengutarakan perasaan.
Jadi.. dia membalas ungkapan pria itu dengan tindakan. Katie mengalungkan kedua tangannya ke leher Kinsey lalu mencium bibir Kinsey dengan penuh gairah.
Dia mencurahkan seluruh perasaannya melalui ciumannya. Kinsey juga merasakannya. Dia membalas perasaan Katie dengan sama besarnya. Kinsey merasa terharu karena ini pertama kalinya Katie mencumbunya dengan penuh hasrat seperti ini.
Katie menekuk kakinya untuk berlutut agar dia bisa melahap bibir kekasihnya dengan leluasa. Saking semangatnya, tanpa sadar dia mendorong tubuh Kinsey sehingga punggung pria itu terbaring di atas kasur. Kini Katie yang menindih Kinsey dengan tubuh keduanya menempel dengan lekat.
Kinsey memeluk Katie dengan sangat erat membuat mereka bisa saling merasakan tubuh satu sama lain. Walaupun mereka masih berpakaian lengkap, namun mereka bisa merasakan panasnya tubuh yang terpancar dari pasangannya.
Cumbuan mereka semakin intens dengan permainan lidah membuat Kinsey tidak bisa menahan hasratnya lebih lama lagi. Dia mendorong Katie ke samping memutar balikkan posisi mereka tanpa melepas pagutannya.
Kinsey menahan tubuhnya sedikit agar tidak menindih Katie dengan berat badannya. Tangan Kinsey mulai bergerayang menikmati lekuk tubuh Katie. Saat ini Katie memakai kaos tipis yang nyaman untuk dibuat tidur. Karena itu, tidak sulit bagi Kinsey untuk menarik kain pada bagian bahunya untuk menikmati kulit halus Katie.
Katie merintih nikmat ketika Kinsey menghisap, menggigit kecil mengikuti garis jenjang lehernya turun ke bahunya lalu turun menuju tepat diatas buah dadanya.
Kinsey hendak merobek kaos yang menghalanginya untuk menikmati seluruh kulit lembut Katie ketika pintu kamar tiba-tiba terbuka.
Kinsey serta Katie terkesiap kaget mendengar suara pintu dan seseorang muncul disana yang ternyata adalah... Stanley.
Stanley juga merasa syok akan apa yang dilihatnya dan langsung berbalik agar tidak melihat adegan yang tidak seharusnya dilihat olehnya.
"Kinsey, nona Katalina baru saja pulih dan kau sudah menyerangnya? Ckckckck." lalu Stanley bergerak menutup kembali tanpa melirik pasangan yang masih mematung di atas ranjang mereka. "Lain kali, jangan lupa mengunci pintunya. Ah, ngomong-ngomong... Vincent dan nona kedua sudah kembali."
Klik! Barulah pintu tertutup rapat.
Kinsey dan Katie saling berpandang dengan wajah merah. Khususnya Katie. Dia merasa malu sekali karena kepergok adik iparnya melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan bersama Kinsey.
Mereka bahkan belum menikah! Seharusnya mereka bisa menahan diri. Apalagi, saat ini Chleo masih belum ditemukan. Mereka juga tidak tahu apakah Chleo masih hidup atau tidak di luar sana.
Katie segera mengenyahkan pikiran negatifnya. Chleo pasti masih hidup. Anak itu pasti akan kembali dengan selamat tanpa luka apapun.
Setelah menenangkan diri beberapa menit, barulah Kinsey serta Katie keluar menyusul Stanley yang kini menyambut kedatangan Vincent.
Mereka sama sekali tidak tahu ada seseorang yang melayang di tengah udara mengawasi Katie dengan sepasang mata kuning keemasan.
"Ah, sayang sekali. Aku tidak bisa menyaksikan pertunjukkan bagus."
Jedug!
"Aww!" orang tersebut mengusap kepalanya yang baru saja dilempari batu besar. Pelakunya adalah 'angin' yang berhembus disekitarnya. "Aku hanya bercanda! Apa kau tidak mengasihaniku? Aku baru saja menyalurkan sebagian energiku pada raja merah. Kini aku harus mendekam di tempat astralku sementara waktu."
Shuuuu... suara hembusan angin terdengar ketika melewati orang tersebut dengan kencang seakan mengatakan tidak peduli akan omelannya.
"Kau mematahkan hatiku. Ah, aku juga masih harus menjaga serigala merah. Ck. Memangnya aku ini tempat penititpan binatang apa? Raja biru, kau berhutang besar padaku!"
Setelah puas menggerutu, orang tersebut menghilang bersamaan hembusan angin yang kencang. Orang ini tidak lain adalah raja kuning dengan elemen utama angin. Itu sebabnya orang ini bisa terbang dan melayang di tengah udara sesuka hatinya.
-
Sementara itu, Vincent yang baru turun dari mobil langsung masuk menuju ke ruang kerja Stanley. Dia mengeluarkan kalung yang dipakainya dan melepaskan liontin perak berbentuk heptagon. Kemudian dia meletakkannya diatas disc-place milik Stanley.
Tidak lama kemudian muncul berbagai macam bahasa rumit di monitor. Setelah mengetik beberapa kata, muncul sebuah perintah untuk memasukkan password.
Vincent segera memasukkan password tersebut dan program langsung berjalan dengan cepat. Dalam hitungan detik, sebuah sinyal muncul disebuah lokasi.
"Benar-benar berhasil. Dimana dia sekarang?" tanya Stanley sembari memperbesar lokasi sinyal tersebut.
Kinsey, Vincent serta Stanley sama-sama mengernyitkan kening dengan bingung. Kenapa sinyal chip pada gelang kaki Chleora berada didekat mereka?