Vasili Peskhov
Vasili Peskhov
Waktu itu Vincent dibawa ke Eropa Timur oleh kedua keluarganya. Mereka menuruti anjuran dokter psikiaternya untuk membawanya ke lingkungan baru. Mungkin kondisi mentalnya akan membaik jika tinggal disuasana yang baru.
Vincent yang masih depresi dan diserang perasaan bersalah sejak kematian Chloeny tidak mengharapkan kesembuhan. Dia merasa kondisinya kala itu adalah hukuman yang pantas untuknya.
Ketika melihat betapa giatnya keluarga serta teman-temannya menghiburnya dan melakukan apapun untuk kesembuhannya, Vincent memutuskan untuk berhenti. Dia tidak ingin menjadi beban bagi keluarganya, karena dia tahu dia tidak akan bisa sembuh.
Dia tahu dia tidak akan bisa keluar dari rasa bersalahnya. Tidak. Bukannya tidak bisa, tapi dia tidak mau. Dia tidak sanggup hidup dibalik bayangan kematian Chloeny. Karena itu dia memutuskan untuk pergi.
Dia pergi diam-diam tanpa sepengetahuan keluarganya. Malam itu, dia berjalan menyusuri jalanan tanjak mengarah ke gunung. Dia berjalan tanpa henti menghiraukan rasa lelah.
Tubuhnya sangat kurus karena dia tidak memiliki nafsu makan. Tiap kali makanan masuk ke dalam mulutnya, dia akan memuntahkannya kembali.
Setelah berjalan selama berjam-jam, tubuhnya mulai tidak kuat dan akhirnya dia terjatuh. Dia membiarkan gravitasi menarik tubuhnya dan berguling di rerumputan landai.
Vincent tidak memiliki tenaga lagi untuk bangkit, karena itu dia hanya berbaring disana.
Keesokannya dia malah terbangun di sebuah ranjang yang nyaman. Namun dia tahu ini bukan kamarnya. Tempat ini bukan rumah yang disewa keluarganya.
Tidak lama kemudian muncullah pria tua baik hati, Tuan besar Zigfrid Peskhov. Dalam sekejap Zigfrid menyadari sinar mata yang mati dalam pancaran mata Vincent. Zigfrid merasa iba dan menemaninya dalam kesunyian.
Ajaibnya, keberadaan Zigfrid membawa damai dalam kesengsaraan Vincent. Bagaikan sebuah magnet yang menarik hatinya keluar dari kuburan, secara perlahan sinar matanya mulai kembali hidup.
Zigfrid tidak bertanya ataupun mendesak. Beliau hanya menemaninya dan mengajaknya menanam jagung di ladang miliknya.
Suatu hari, Zigfrid memotret pemandangan matahari terbenam dengan kamera analognya. Tanpa sadar Vincent memperhatikan gerak-geriknya saat memotret. Merasa anak muda yang tidak memiliki semangat hidup bereaksi terhadap sebuah kamera, Zigfrid memberikan kamera analog miliknya pada Vincent.
"Aku tidak tahu mengapa kau tidak memiliki semangat hidup. Tapi aku tahu, kau akan melewatkan keindahan dunia ini jika kau mengakhiri hidupmu sekarang."
"Aku tidak memiliki tujuan hidup."
"Kau masih muda. Kau pasti memiliki tujuan hidup. Kalaupun saat ini kau tidak punya, kenapa kau tidak mencarinya? Bawa ini, dan carilah arti kehidupanmu. Sudah saatnya kau pulang. Aku yakin keluargamu sangat mengkhawatirkanmu."
Entah kenapa suara yang lembut dan penuh dengan kehangatan berhasil menggoyahkan perasaannya. Dia memutuskan untuk menuruti nasihat pria tua itu. Dia memutuskan untuk pulang dengan kamera analognya.
Ketika mereka kembali ke Amerika, Vincent masih belum pulih dari penyakitnya. Tapi dia mulai merespon setiap orang yang mengajaknya bicara. Dia mulai masuk sekolah seperti biasa, meski tidak seaktif dulu.
Lalu dia bertemu dengan Vasili Peskhov di universitasnya. Vasili merupakan anak angkat dari Zigfried karena Nyonya Peskhov tidak bisa melahirkan anak.
Rupanya Zigfried masih memikirkan Vincent sehingga mengirim Vasili untuk mengecek kondisinya. Merasa terharu, Vincent membiarkan Vasili mendekatinya dan mengajaknya berkeliling untuk melakukan pemotretan.
Sifat Vasili sangat dewasa dan pembawaannya seperti seseorang yang sudah berusia puluhan tahun membuatnya merasa seperti memiliki seorang kakak lelaki. Vasili pula yang mengajarinya cara menggunakan kamera analog. Dia juga yang mengajarinya teknik memotret untuk menghasilkan gambar yang bagus.
Ketika melihat hasil jepretannya selesai dicetak, Vincent terpesona akan foto tersebut. Dia merasakan ada sesuatu yang menariknya keluar dari kekelaman hatinya.
'Aku tidak tahu mengapa kau tidak memiliki semangat hidup. Tapi aku tahu, kau akan melewatkan keindahan dunia ini jika kau mengakhiri hidupmu sekarang.'
Apa yang dikatakan Tuan Zigfried benar. Dunia ini terlalu indah untuk dilewatkan. Semenjak itu, Vincent semakin aktif memotret sepanjang jalanan yang ia lewati. Secara perlahan Vincent yang ceria dan jahil mulai kembali. Hal ini membuat seluruh keluarga Regnz serta teman-temannya bernapas lega.
Vasili juga kembali pulang begitu melihat sinar mata Vincent yang kini dipenuhi kehidupan. Semenjak itu, Vincent mendalami karirnya menjadi seorang fotografer. Dia juga masih berhubungan dengan Vasili melalui email.
Tidak lama kemudian, Zigfried mengajaknya membangun bisnis bersama melalui Vasili. Tanpa ragu, Vincent menyetujuinya dan membangun Flex group secara tersembunyi. Baik Zig maupun Vasili sama-sama membantunya mendirikan Flex grup hingga mesuk ke tiga besar bersaing dengan Alvianc group.
Bagi Vincent, Tuan besar Peskhov merupakan salah satu orang yang berjasa besar selain keluarganya. Karena itu, dia sangat merasa sedih mendengar kabar kematian Tuan Zigfried.
Untungnya ada istrinya yang setia menemaninya dan menghiburnya selama prosesi pemakaman. Cathy tidak melepaskan rangkulannya di pinggangnya ketika peti Tuan Zigfried diturunkan didasar tanah untuk dikubur.
Banyak anggota keluarga yang menangis merasa kehilangan. Meskipun Tuan Zigfried adalah salah satu orang yang berkuasa di negeri Ukraina, banyak yang menyayangi beliau. Tuan Zigfried tidak sombong dan memiliki hati yang baik. Dia bahkan rela berjalan kaki dan tinggal di rumah kecil ketika mengunjungi kerabat atau sahabat.
Tuan Zig tidak merasa jijik jika bergaul dengan orang miskin. Pakaian yang dipakainyapun sangat sederhana. Tidak akan ada yang mengira kalau Tuan Zig sebenarnya adalah orang yang sangat kaya raya bila melihatnya di jalanan.
Tuan Zig juga sangat ramah pada siapapun dan pecinta anak-anak. Salah satunya adalah Vasili.
Vasili diadopsi Tuan Zig ketika Vasili masih berusia empat belas tahun. Beliau menyayanginya seperti anaknya sendiri begitu juga sebaliknya.
Akhir-akhir ini dia baru mengetahui ternyata selain Vasili, Tuan Zig juga mengadopsi anak lain bernama Alexsei. Berbeda dengan Vasili yang tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Peskhov, Alexsei masih memiliki hubungan darah karena dia merupakan anak dari adik perempuan Zigfried.
Alexsei? Tiba-tiba Vincent teringat Kinsey pernah menyinggung nama ini. Tidak. Jauh sebelum ini, sepertinya dia juga pernah mendengar nama ini.
Lalu dia teringat akan tahun lalu dimana Vasili mengirimnya email. Vasili memohon padanya untuk menyuruh Hunter berhenti memburu Alexsei.
Apakah Alexsei yang dimaksud Vasili di emailnya adalah Alexsei yang sama dengan yang disinggung Kinsey?
Vincent mengerling kesekelilingnya mencari sosok Vasili. Namun dia tidak melihat Vasili disana. Bahkan Alexseipun, dia tidak yakin apakah Alexsei ada disini.
"Vincent, ada apa?" Tanya Cathy.
"Aku hanya berharap aku bisa bertemu dengan Vasili lagi. Terakhir aku bertemu dengannya adalah saat aku masih berusia dua puluh tahun."
"Seperti apa orangnya?"
Vincent tersenyum tipis. "Sebenarnya, aku sudah tidak ingat wajahnya. Sejak pertemuan singkat kami waktu itu, kami tidak pernah bertemu lagi. Hanya saling mengirim email. Selain itu, dia menolak melakukan voice atau video call."
"Kenapa?"
"Entahlah. Dia cukup misterius."
"Kurasa, dia pasti sangat sedih dan terpukul akan kematian ayahnya."
"Mungkin. Kau mungkin benar."
Dan ternyata memang benar. Setelah bertanya-tanya pada beberapa pelayan, jawaban yang didengarnya adalah sama. Beberapa hari sebelum Tuan Zig tiada, Vasili selalu menemani beliau di sisinya. Mengajaknya bicara sambil bercerita. Dia bahkan tersenyum hangat agar tidak membuat beliau sedih.
Lalu ketika Tuan Zig menghembuskan nafas terakhir, senyuman Vasili lenyap seketika. Dia merasa terpukul sehingga dia memutuskan pergi ke luar negeri untuk mengurung diri. Tidak ada yang tahu dimana Vasili berada sekarang.
Sementara Alexsei... pria itu telah menghilang semenjak tahun lalu. Tidak ada yang tahu dimana orang itu. Yang tersisa kini hanya anak lelaki Alexsei yang masih berusia sepuluh tahun.
Kalau dipikir-pikir, sepertinya kondisi Vasili saat ini agak sedikit mirip dengan kondisinya ketika masih muda. Vincent berharap, Vasili yang jauh lebih dewasa darinya saat mengalami depresi, tidak mengambil keputusan bodoh seperti dirinya dulu.
"Aku sungguh berharap aku bisa menemuinya. Setidaknya aku tahu kalau dia baik-baik saja." ucap Vincent dengan pasrah.
"Suatu saat kalian pasti bertemu lagi. Aku yakin dia akan baik-baik saja."
"Bagaimana kau bisa yakin?"
"Dia sanggup mengeluarkanmu dari masa depresimu, maka dia juga akan bisa keluar dari masa depresinya. Pikirannya dan mentalnya jauh lebih matang dibandingkan dua puluh tahun yang lalu. Dia akan baik-baik saja."
Vincent memeluk istrinya mencari kedamaian. "Hm. Aku juga yakin begitu. Terima kasih."
Cathy tersenyum lebar mendengarnya. Dia bersyukur dirinya bisa menghibur kesedihan suaminya.
Malam harinya, mereka beristirahat dengan tenang di salah satu kamar yang disediakan Peskhov untuk mereka. Begitu mereka datang dan menyebutkan nama mereka, kepala pelayan langsung menuntun mereka ke kamar tamu yang mewah. Rupanya Vasili telah memberi pesan pada mereka, bila Vincent dan keluarga datang, mereka harus melayani keluargq Regnz dengan penuh hormat.
Vincent telah datang dan menerima undangan Vasili untuk mengunjungi rumahnya. Lalu dimana tuan rumahnya? Dimana pria itu? Karena masih penasaran akan sahabat penanya, Vincent mencoba mengingat kembali seperti apa wajah Vasili. Mungkin, saat mereka bertemu tanpa sengaja di jalan, Vincent bisa mengenalinya.
Lalu dia teringat sesuatu.
"Ah, aku ingat."
"Apa?"
"Ada satu hal yang sangat unik dari Vasili."
"Apa itu?" tanya Cathy juga merasa penasaran.
"Suhu tubuhnya tidak normal. Saat kami berjabat tangan pertama kali, tangannya sedingin es. Tidak, bahkan mungkin lebih dingin dari es. Ajaibnya, dia sama sekali tidak sakit."
"Itu.. sama sekali tidak normal." Cathy segera merapatkan bibirnya begitu mengutarakan pendapatnya. "Maaf, aku tidak bermaksud menjelekkan temanmu."
Vincent tersenyum geli mendengarnya. "Tenang saja. Aku juga berpikiran sama waktu itu. Aku bahkan mengatakannya langsung padanya. Dia hanya tertawa dan bilang sudah biasa mendengar komentar itu."
"Temanmu memang misterius kalau begitu."
Keduanya tertawa kecil lalu berbincang-bincang hal sepele sebelum akhirnya mereka terlelap.
Tepat pukul lima pagi, ponsel Vincent bergetar terus. Berhenti sejenak lalu bergetar lagi. Begitu terus hingga berjalan selama sepuluh menit.
Dengan desahan berat, Vincent berguling untuk mengambil ponselnya yang ada di atas meja di sebelah ranjangnya. Dia memincingkan matanya untuk melihat siapa yang menelponnya pagi-pagi buta begini.
Zero III.
Untuk apa Stanley menghubunginya?
"Halo?"
Vincent yang tadinya masih ingin kembali tidur seketika langsung bangun. Dia mendengar apapun yang dibicarakan Stanley dengan seksama. Sepasang mata hitamnya berkilat dengan tajam.
Siapa yang telah berani menyentuh kedua anaknya?!