My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Jantung Yang Membeku



Jantung Yang Membeku

1Meisya sudah merasa pusing saat wajahnya ditampar oleh salah satu penculiknya. Namun ketika melihat Chleo dinaikkan ke mobil lain, Meisya kembali melawan sekuat tenaga. Untuk sejenak, menyelamatkan Chleora adalah prioritas lebih penting dibandingkan dirinya.     

Sekali lagi Meisya mendapat pukulan pada tengkuk lehernya membuatnya jatuh kembali ke tanah. Meisya putus asa ketika mobil yang membawa Chleo telah pergi meninggalkan tempat itu. Dia sempat melihat ada sebuah kaki hendak menendang bagian perutnya. Dia langsung menggulingkan tubuhnya kesamping agar punggungnya yang terkena tendangan itu.     

Dia memejamkan mata untuk menahan rasa sakit yang akan diterimanya. Namun sakit itu tidak pernah kunjung datang. Dia justru merasakan kehangatan disekitar tubuhnya. Kehangatan yang sama ketika dia nyaris diperkosa oleh Alexsei Peskhov.     

"Berani sekali... BERANI SEKALI KALIAN MELUKAI ADIKKU!!"     

Meisya terkesiap mendengar suara geraman mengerikan itu. Dia segera membuka matanya dan melihat kakaknya berdiri disisinya. Rambutnya merah menyala bagaikan kobaran api yang membara. Kedua tangannya mengepal dengan erat bersiap menghajar siapapun yang hendak menyerang.     

Para penculiknya merasa terkejut terhadap kemunculan Katie yang tiba-tiba. Apalagi wajah Katie yang bisa dibilang sangat mirip dengan Meisya namun dengan ekspresi yang sangat mengerikan. Sedetik kemudian, mereka tidak peduli. Mereka hanya ingin menuntaskan misi yang diberikan.     

Perintah yang diberikan, bawa wanita berambut merah hidup atau mati. Jadi mereka diperbolehkan membunuh wanita itu jika terus membuat mereka kerepotan.     

Secara serempak semua orang mengambil senapan mereka. Disaat bersamaan Katie melihat warna kehidupan mereka. Tidak diragukan lagi, warna mereka semua bewarna hitam. Tidak sepekat atau semenakutkan ketika Vasco hendak membunuhnya, tapi tetap saja Katie masih merasakan niat mereka yang ingin membunuhnya.     

Meisya menjadi semakin panik melihat Katie telah dikepung dengan pistol. "Katie, berhati-hatilah."     

"Tenang saja. Mereka tidak akan melukaiku." Katie mengacungkan tinjunya ke atas udara lalu menghantamkannya ke tanah. Dalam sekejap tanah berguncang seolah mengalami gempa bumi yang hebat membuat kaki para penembak goyah. Ada beberapa retakan muncul di tanah membuat para penjahat terjatuh karena ketidakseimbangan pijakan kaki mereka.     

Katie memanfaatkan kesempatan itu lalu melesat menghajar mereka semua satu per satu. Dia menggunakan energi raja merah ketika menghajar mereka. Akibatnya, orang yang terkena pukulannya akan terpental jauh dan langsung pingsan. Katie tidak peduli apakah orang yang dihajarnya akan terluka parah bahkan mungkin cacat seumur hidup.     

Meskipun begitu, Katie mengontrol kekuatannya agar tidak membunuh mereka. Tidak peduli seberapa jahat mereka, Katie tidak mau membunuh siapapun. Bukan berarti dia tidak akan membalas apa yang sudah mereka perbuat pada adiknya. Karena itulah di     

Hanya dalam hitungan detik saja, Katie sudah menjatuhkan setidaknya sembilan orang bertubuh besar. Setelah tidak ada yang tersisa lagi, Katie segera menghampiri Meisya. Dia mengecek lukanya dan keadaan janinnya.     

Lukanya tidak parah, hanya memar di bagian wajah dan lehernya. Sementara janinnya... Katie tersenyum hangat.     

Dia masih bisa merasakan energi kehidupannya yang pernah dia berikan pada Meisya. Rupanya, energi itu melindungi janin Meisya dengan sempurna. Semenjak Katie menyalurkan sebagian kecil energi kehidupannya pada Meisya, energi itu terus hidup menjaga calon keponakannya.     

Kalau begitu dia tidak perlu mengkhawatirkan janin adiknya, sementara luka memar ini...     

"Katie, jangan menyembuhkanku. Kita harus menyelamatkan Chleora."     

Katie segera bangkit berdiri lalu menengok ke dalam mobil hijau. Dia tidak menemukan Chleora disana. Dimana anak itu?     

"Dimana Chleo?"     

"Maaf. Maafkan aku." Meisya mulai terisak membayangkan betapa takutnya anak perempuan itu.     

"Meisya, beritahu aku dimana dia? Kemana mereka menyembunyikannya?"     

"Aku juga tidak tahu. Mereka memisahkanku dengannya. Mereka membawanya dengan menggunakan mobil lain."     

"Kearah mana?"     

Meisya menunjukkan ke arah dimana mobil yang membawa Chleo menghilang.     

Katie segera memapah Meisya masuk ke dalam mobil hijau tadi. Setelah memasangkan sabuk pengaman dan memastikan Meisya baik-baik saja, Katie segera masuk dan menduduki tempat supir. Lalu dia menjalankan mobilnya dengan kencang menuju ke arah yang ditunjukkan Meisya.     

Kalau Meisya yang menghilang, dia bisa menemukannya dengan mudah. Selama Meisya menjerit minta bantuan, suaranya akan terdengar dan Katie bisa langsung tahu dimana adiknya berada.     

Lain cerita kalau yang menghilang adalah Chleo. Anak itu bukan wadahnya, dan anak itu masih sangat muda. Dia pasti akan ketakutan dan mengalami trauma seumur hidupnya jika dia tidak segera ditolong.     

Katie juga tidak akan pernah bisa menemukan Chleo meski dia menggunakan kekuatannya sekalipun. Seandainya Tiffany ada bersamanya. Mungkin dia bisa menemukan Chleora.     

Lalu teringatlah dia akan pesan Kinsey yang mengatakan Tiffany akan langsung menghubunginya begitu pemulihannya selesai. Apa itu berarti Stanley berhasil memperbaiki Tiffany?     

Dengan cekatan, Katie merogoh ponselnya dari saku celana tanpa menurunkan kecepatan mobilnya.     

Dia memberikan ponselnya pada Meisya agar adiknya bisa membantunya untuk membuka ponselnya sementara dia fokus pada jalanan. Hingga disuatu titik, Katie berhadapan dengan dua jalan yang bercabang. Kemana mereka membawa Chleo pergi? Ke kanan kah? Atau ke kiri?     

Katie terpaksa harus menghentikan mobilnya karena sama sekali tidak tahu jalan mana yang harus ia ambil.     

"Katie, hapemu jalan sendiri." sahut Meisya tiba-tiba.     

Katie segera mengambil kembali hapenya. Dia melihat layar smartphonenya menjalankan sebuah aplikasi dengan sendirinya. Senyumannya semakin lebar. Pasti Tiffany yang melakukannya.     

Tidak sampai satu menit, layar ponselnya menunjukkan sebuah peta dengan petunjuk jalan. Tiffany menyuruhnya mengambil belok kanan mengarah ke hutan.     

Katie menurutinya dan segera melajukan mobilnya mengikuti petunjuk jalan tersebut. Setelah melakukan perjalanan selama lima belas menit, mereka menemui jalan buntu. Ada sebuah jalan kecil yang hanya bisa dilalui pejalan kaki atau sepeda. Mobil seperti mobil mini van yang dinaikinya tidak bisa masuk.     

Dengan terpaksa Katie serta Meisya turun terus mengikuti petunjuk jalan dari Meisya.     

"Kau yakin kau baik-baik saja?" Katie masih mengkhawatirkan adiknya.     

"Aku baik-baik saja. Lagipula kau tidak akan tenang meninggalkanku didalam mobil."     

"Itu memang benar, tapi..."     

"Katie, daripada berdebat, bukankah lebih baik kita terus berjalan? Aku takut terjadi sesuatu pada Chleo."     

Katie merapatkan bibirnya merasa frustrasi. Ingin sekali rasanya menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan memar pada wajah adiknya. Tapi Meisya bersikeras tidak ingin disembuhkan dan mencari keberadaan Chleo. Katie juga telah berjanji pada Kinsey jika luka itu tidak membahayakan nyawa, Katie tidak boleh menggunakan kekuatannya.     

Yah, selain memar pada wajahnya atau bengkak pada siku tangannya, Meisya memang tidak terluka di bagian manapun yang bisa mengancam bahaya. Dia akan baik-baik saja setelah diolesi obat salep dan istirahat.     

"Baiklah. Jangan jauh-jauh dariku." Katie menggenggam erat tangan adiknya.     

Meisya menganggukkan kepala satu kali lalu kembali berjalan mengikuti petunjuk di smartphone Katie.     

Mereka berjalan dengan cepat namun tidak tergesa. Mereka tetap waspada terhadap keadaan sekitar. Katie melirik ke arah kanan, sesekali akan menoleh ke belakang sementara Meisya sering melirik ke arah kiri.     

Tidak lama kemudian mereka melihat sebuah mobil jeep yang menabrak pohon. Bagian depan jeep tersebut hancur dan mengeluarkan asap.     

"Itu.. itu mobil yang sama saat mereka membawa Chleo." ujar Meisya kemudian.     

Mereka segera menghampiri mobil tersebut untuk memeriksa dalamnya. Namun tidak ada siapa-siapa. Mereka juga tidak menemukan Chleo.     

"Katie, coba lihat."     

Katie segera menghampiri Meisya yang sedang melihat tidak hanya satu, tapi lebih dari lima orang berbaring disana.     

Tidak ada darah, ataupun luka pada mereka. Apa yang terjadi sehingga mereka jatuh pingsan disini?     

Katie mencoba menggoyangkan tangan salah satu tubuh orang tersebut dengan kakinya. Orang itu tertelungkup dengan punggung menghadap keatas. Katie juga bersiap-siap jika seandainya orang tersebut tiba-tiba bangun untuk menyerangnya. Siapa yang tahu kalau ternyata orang-orang ini hanya berpura-pura tidur saja.     

Namun tidak ada pergerakan. Tidak bisa menahan penasarannya, Katie menggunakan kakinya untuk membalikkan tubuh orang itu. Begitu tubuh tersebut menghadap mereka, kedua saudara kembar berteriak ketakutan dan melompat jauh dari tubuh tersebut.     

Ekspresi orang itu tampak ketakutan, sinar matanya juga sudah tidak ada seperti seseorang yang sudah mengalami kematian tanpa sempat mengatupkan kelopak matanya.     

"Dia sudah mati?" tanya Meisya dengan jantung berdegup kencang saking takutnya.     

"Aku juga tidak tahu."     

Pada akhirnya Katie memberanikan diri berjalan kembali mendekat untuk memastikan apakah orang ini memang sudah mati atau belum.     

"Katie, berhati-hatilah."     

Katie berjongkok agak jauh dari tubuh orang itu namun cukup dekat untuk mendekatkan tangannya ke arah hidung orang tersebut.     

Orang itu tidak bernapas. Dada orang itu juga tidak bergerak yang menunjukkan seseorang sedang bernapas. Katie bergerak mendekat lagi dan menekankan dua jari ke leher dimana denyut nadi biasanya terasa. Sesuai dugaannya, tidak ada denyut nadi yang bisa ditemukannya. Orang ini memang sudah mati.     

"Dia sudah mati."     

Meisya bernapas lega mengetahui salah satu penculiknya telah mati. Tapi dia juga semakin khawatir, karena mereka berhasil menemukan penculik Chleo sementara anak itu tidak ditemukan.     

Mereka memeriksa tubuh lainnya yang juga berbaring tidak jauh dari yang pertama. Semuanya menunjukkan ekspresi yang sama dan juga telah tiada.     

Katie mencoba menggunakan kekuatannya untuk mencari tahu penyebab kematian mereka. Biar bagaimanapun, dia tidak bisa menemukan luka apapun pada mayat itu. Lalu apa yang menyebabkan kematian mereka?     

Katie memegang tangan salah satu mayat itu lalu menyisipkan sedikit energi raja alam memasuki tubuh mayat tersebut.     

Keningnya mengernyit ketika merasakan tubuhnya menggigil kedinginan. Lalu dia merasakan jantung mayat ini membeku seperti es membuatnya terkejut setengah mati. Katie segera menarik kembali energi miliknya dan keluar dari tubuh mayat tersebut karena tangannya mulai terasa kaku serta dingin. Katie menatap tangannya dengan perasaan ngeri. Apa yang terjadi?     

"Katie, apa yang terjadi pada tanganmu?" Meisya terkejut merasakan tangan kakaknya yang sudah sedingin es. Dia menjadi lebih panik lagi ketika melihat Katie menghembuskan uap dingin dari mulutnya.     

Bagaimana kakaknya bisa begitu kedinginan sementara musim dingin sudah lama berlalu?     

Katie membiarkan Meisya mengusap tangannya agar kehangatan pada dua tangan Meisya tersalurkan. Katie sendiri juga bingung bagaimana tangannya bisa berubah seperti ini.     

'Jika kau bertemu dengan seseorang yang membuatmu kedinginan, kau harus menghindarinya. Apapun yang terjadi, jangan berlama-lama berdekatan dengan orang itu.'     

Apakah orang yang dimaksud Vasco adalah pembunuh semua orang ini? Siapa? Siapa orang itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.