My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Penculikan



Penculikan

0Beberapa saat lalu setelah Tanya menurunkan Katie di sebuah terminal bis, Tanya beserta rombongan menuju ke toko es yang cukup ramai di daerah sana.     

Tanya, Meisya serta Chleo masuk ke kios es dengan antusias dan mulai memilih es krim dengan cita rasa kesukaan masing-masing. Mereka menikmati cemilan mereka sambil bercanda ria. Tidak lama kemudian, wajah Tanya mulai memucat dan diseluruh tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.     

"Tanya, kau baik-baik saja?" tanya Meisya agak khawatir.     

"Kurasa... aku akan baik-baik.. ugh. Tunggu aku disini."     

Tanpa menunggu jawaban, Tanya langsung segera berlari mencari toilet terdekat. Sepertinya ada masalah dengan pencernaannya.     

"Bibi Meimei, apa yang terjadi?"     

"Mungkin perutnya sedang bermasalah." Meisya mengumbar senyum ketika menjawab pertanyaannya.     

Kemudian mereka kembali melanjutkan menikmati es krim mereka. Ketika es krim porsi bagian mereka telah habis, Tanya tidak kunjung muncul.     

Lima menit, sepuluh menit, hingga setengah jam, Tanya masih belum muncul juga. Bahkan Chleo sudah menghabiskan porsi es krim yang ketiga karena bosan menunggu Tanya.     

Sebenarnya Chleo ingin makan lagi, tapi Meisya tahu betul jatah es krim untuk Chleo hari ini sudah lebih dari batasan yang diberikan kedua orang tuanya. Jadi Meisya tidak membelikannya lagi.     

Meisya mengajak Chleo mampir ke toilet untuk memeriksa keadaan Tanya.     

"Tanya, apa kau masih disini?"     

"Iya.." jawab Tanya dengan suara lemah. Tampaknya dia benar-benar kesakitan.     

"Apa kau butuh bantuan?"     

"Tidak, tidak perlu. Kurasa, aku salah makan tadi pagi. Aku akan baik-baik saja." jawab Tanya. "Maaf, sepertinya aku tidak bisa menemani kalian. Bagaimana kalau kalian belanja duluan saja? Aku akan menyusul kalian."     

"Kau yakin?"     

"Hm. Max dan lainnya akan membantuku melindungi kalian. Jadi kau tidak perlu khawatir.. ugh."     

"Bagaimana kalau kita kembali? Kau masih kuat untuk kembali ke vila? Sepertinya kau perlu istirahat."     

"Tidak, tidak perlu. Kalian bersenang-senanglah."     

Meskipun Meisya sangat khawatir dengan keadaan Tanya, dia juga tidak bisa membantu banyak selain membelikan obat yang bagus untuk diare. Setelah memberikannya pada Tanya sejenak, barulah Meisya mengajak Chleo berkeliling.     

Kalau seandainya saja Chleo tidak bersama mereka, Meisya bisa saja menemani Tanya hingga selesai. Tapi karena tujuan mereka datang kemari untuk menyenangkan Chleo, maka mereka akan merasa kasihan pada anak itu kalau sampai tujuan mereka turun ke kota tidak terpenuhi.     

Meisya merasa yakin lima pengawal yang mengikuti mereka masih ada di dekat mereka, karena itu dia tidak perlu khawatir. Lagipula, mereka berada di tempat yang ramai dan kota ini termasuk kota yang aman. Dia tidak perlu takut, iya kan?     

Entah kenapa pikirannya ketika dia sempat diculik di jalanan membuatnya trauma. Semenjak itu, dia tidak berani keluar sendirian. Selalu ada yang menemaninya. Entah apakah itu Stanley, Angel atau Tanya, Meisya tidak pernah keluar sendirian meski hanya sekedar pergi ke market terdekat.     

Saat ini dia memang tidak sendiri, dia sedang bergandengan tangan dengan Chleo yang tampak asyik memandangi toko-toko yang dilewati. Tetap saja, rasanya berbeda jika dia ditemani orang dewasa daripada bersama anak kecil.     

"Bibi, lihat! Ada toko mainan!" seru Chleo sangat bersemangat untuk melihat toko tersebut.     

Chleo melepaskan gandengannya dan berlari masuk ke dalam toko menghiraukannya yang hanya mendesah pasrah. Beginikah rasanya memiliki anak yang sangat enerjik dan tidak kenal lelah?     

Meisya juga ikut masuk untuk melihat-lihat juga. Kira-kira anak yang akan dilahirkannya nanti adalah anak lelaki atau perempuan? Stanley bilang dia ingin anak perempuan yang secantik dirinya. Sementara Meisya sendiri, dia berharap dia akan melahirkan anak lelaki yang setampan suaminya.     

"Bibi Meisya, coba lihat!"     

Meisya tersenyum lebar melihat Chleo tengah menempelkan kostum Cinderella ke tubuhnya sendiri.     

"Bukankah kau pernah bilang kau sudah memiliki banyak kostum putri di rumah?"     

"Tapi ini warna pink! Biasanya kostum Cinderella bewarna biru."     

Meisya tertawa mendengarnya. "Baiklah, aku akan membelikannya untukmu."     

"Yey!!" seru Chleo sebelum lanjut memeriksa kabinet mainan lainnya. Tidak lupa juga dia mencarikan mainan baru untuk adiknya yang lebih suka mainan mobil atau pesawat.     

Tatapan Meisya menghangat melihat Chleo yang masih muda begitu menyayangi adiknya. Betapa beruntungnya anak itu, bisa bersama dengan saudara dan saling menyayangi.     

Meisya memang tumbuh bersama saudaranya. Memang bukan saudara kandung, tapi setidaknya hubungan mereka cukup baik sebelum akhirnya pecah dan lebih mementingkan kekuasaan masing-masing.     

Dia juga tidak pernah tahu kalau dia memiliki saudara kandung. Dia bahkan melewatkan tiga puluh tahun lebih kebersamaan dengan kakak kandungnya.     

Biasanya, orang akan merasa canggung pertama kali bertemu. Bayangkan, awalnya mereka adalah orang asing lalu mendadak berubah menjadi saudara kembar. Pasti akan terasa canggung sekali, bahkan mungkin akan ada jarak yang merentangi hubungan mereka.     

Tapi tidak dengan Meisya dan Katie. Mereka langsung akrab bahkan disaat belum tahu identitas masing-masing. Ketika mereka sama-sama tahu, perasaan saudara yang mereka miliki semakin kuat dan sama sekali tidak merasa canggung.     

Karena itulah Meisya merasa dirinya cukup beruntung. Dia tidak lagi meresahkan bagaimana harus bersikap saat bersama dengan kakaknya. Dia tidak perlu lagi mengkhawatirkan kalau Katie akan mengabaikannya.     

Meisya kembali melihat-lihat begitu sadar dia melamun cukup lama. Lalu dia menyadari ada sesuatu yang mengganjal. Kenapa dia tidak mendengar celotehan Chleora?     

Meisya segera mencari Chleo hingga ke ujung toko mainan tersebut. Toko mainan itu tidak terlalu besar, tapi juga tidak kecil. Ada lemari cukup tinggi yang disusun secara paralel sehingga Meisya harus memutari lemari tersebut satu per satu.     

"Chleo, Chleo! Kau dimana?" Meisya mencoba memanggilnya, tapi tidak ada jawaban.     

Meisya mencoba keluar dari toko lalu mengerling ke seluruh jalanan. Apakah mungkin Chleo keluar tanpa sepengetahuannya?     

Kalaupun keluar, salah satu pengawal mereka akan mengikuti Chleo dan memberitahu Meisya.     

Meisya masuk kembali lalu berjalan ke arah salah satu pegawai yang bekerja di toko.     

"Maaf, apakah kau melihat ada anak kecil berambut hitam? Tadi dia sedang mencoba kostum Cinderella di tempat ini."     

Pegawai itu hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaannya. Lalu menunjukkan sebuah ponsel padanya.     

Sepasang mata Meisya membelalak lebar melihat apa yang ditunjukkan pegawai itu.     

Disana dia melihat Chleora duduk di suatu tempat yang gelap. Mulut Chleora diikat dengan kain hitam, matanya bersimbah air mata akibat menangis. Dilihat dari ekspresinya, jelas sekali anak itu sedang ketakutan.     

"Jika kau tidak ingin anak ini terluka, pergi lewat pintu belakang dan masuk ke dalam mobil hijau. Jika kau meminta bantuan pada pengawalmu, anak ini akan mati."     

Saat itulah jantung Meisya berdetak dengan cepat.     

Tidak lagi! Kenapa harus dia yang mengalami penculikan ini? Harus berapa kali dia diculik sebelum musuh mereka puas? Dan sekarang mereka melibatkan anak yang tidak ada hubungannya dengan siapapun di Prussia! Mereka kejam sekali!     

Tanpa membantah, Meisya berjalan ke arah belakang.     

"Tunggu dulu! Berikan hapemu."     

Meisya menggigit bibirnya mendengar perintah itu. Padahal tadinya dia berencana memanggil Selenka melalui hapenya. Setidaknya Selenka bisa langsung memberitahu Stanley. Tapi, sepertinya dia tidak bisa melakukannya lagi.     

Dengan hati yang putus asa, Meisya menyerahkan hapenya lalu kembali berjalan menuju ke pintu belakang. Dia berharap, para pengawalnya sempat melihatnya saat keluar tadi. Dia berharap mereka bisa curiga dan segera mengetahui terjadi sesuatu pada Chleo dan dirinya.     

Sayangnya, Meisya sama sekali tidak tahu. Kelima pengawal yang mengikuti mereka sedang bernasib sama seperti Tanya. Kini mereka sibuk mencari toilet terdekat atau antri didepan toilet yang terpakai.     

Sementara itu didalam ruang kerja Stanley, terdengar helaan napas lega begitu mereka selesai memperbaiki pemograman Tiffany.     

Kini Stanley menjalankan kembali sirkuit Tiffany. Tiffany memang hidup, tapi tidak bisa berbiacara seperti biasa. Yang bisa mengaktifkan suaranya hanyalah Katie. Karena itu Tiffany hanya bisa berkomunikasi melalui tulisan di monitor.     

Tentu saja kalimat pertama yang ditunjukkan Tiffany adalah kutukan terhadap Stanley membuat semua orang membacanya meringis. Rupanya, Tiffany sudah mengetahui kalau virus yang menyerangnya berasal dari Stanley. Karena itulah, Tiffany marah-marah dan mengeluarkan kalimat mencemooh terhadap Stanley.     

"Tiffany, berhentilah mengutukiku. Aku sudah minta maaf kan? Bila perlu, aku akan minta maaf pada Katie, bagaimana?"     

Kemudian serentetan kalimat yang sama sekali tidak berhubungan dengan kutukan tadi muncul seketika. Ekspresi Stanley serta lainnya yang tadi dipenuhi kelegaan berubah kembali menjadi serius dan tegang.     

Stanley segera keluar dari ruangnya lalu berjalan cepat menuju kamar anak-anak. Dia berharap ada Diego disana karena sepengetahuannya Diego tidak ikut turun ke kota. Sayangnya, dia tidak menemukan anak itu disana. Jenny yang sudah bekerja lama sebagai asisten rumah keluarga Regnz juga tidak bisa ditemukan.     

Dimana mereka?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.