My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Kau Bisa Menciumku Kapanpun



Kau Bisa Menciumku Kapanpun

2Untuk pertama kalinya Katie menunjukkan taringnya. Rambutnya yang awalnya seperti merah apel, kini menjadi merah menyala seperti kobaran api. Sementara matanya menjadi merah yang mengerikan seperti darah segar manusia.     

Ditambah lagi, sinar mata Katie begitu mengerikan menunjukkan dia benar-benar marah. Kemunculannya yang tidak terasa lebih menambah efek mistisnya membuat bulu kuduk Dimitri dan Kinsey merinding.     

Baik Kinsey maupun Dimitri sama sekali tidak sadar Katie telah datang. Mereka sama sekali tidak menyadari kehadiran Katie di dekat mereka. Seperti dua anjing yang sedang melakukan kesalahan, mereka berdua sama sekali tidak berani bergerak bersiap menerima amukan sang majikan.     

Katie mulai berhasil menenangkan dirinya setelah melihat kedua pria yang disayanginya tidak berniat melanjutkan aktivitas mereka lagi. Keningnya mengernyit melihat begitu banyak luka tertoreh di kedua tubuh pria yang sangat disayanginya.     

Yang satu adalah pria yang seperti seorang ayah, kakak lelaki dan seorang sahabat sementara yang satu adalah pria yang dicintainya.     

Kenapa mereka berdua harus saling melukai? Apakah mereka tidak tahu melihat luka mereka, dia menjadi sedih?     

Katie berjalan mendekat dengan sedih. Kali ini warna rambut serta matanya kembali normal. Dia tidak lagi marah, namun merasa khawatir. Dua orang itu harus segera dirawat.     

Dia bisa saja langsung menyembuhkan mereka saat ini juga, tapi dia ingat akan janjinya pada Kinsey. Katie tidak ingin membuat pria itu marah lagi dan mengabaikannya. Karena itu dia berusaha keras menahan diri untuk tidak menyembuhkan mereka.     

"Umbra, aku dengar kau ingin membunuhnya karena kejadian itu. Aku ingin bilang padamu, aku sudah lama melupakannya. Aku sudah tidak peduli lagi."     

"Kau memaafkannya begitu saja? Dia tidak datang waktu itu. Apa kau lupa..."     

"Itu sudah tidak penting." potong Katie dengan cepat. "Itu sudah berlalu. Yang penting sekarang, dia mencintaiku. Dan aku mencintainya. Jika kau membunuhnya, itu sama dengan membunuhku. Kumohon." pinta Katie dengan sangat. "Aku tidak ingin melihat kalian terluka lebih dari ini."     

Dimitri menghela napas berat. Tampaknya kali ini, dia harus melepaskan Kinsey. Apalagi Katie sudah memohon dengan ekspresi memelas seperti ini. Dia tidak ingin membuat Katie sedih. Karena itu Dimitri mengangguk kepalanya. Meskipun yang sebenarnya dia masih belum bisa memaafkan Kinsey begitu saja.     

"Kau harus segera mengobati lukamu. Mertun, bisakah kau.."     

"Tenang saja, aku memiliki dokter terbaik disini." potong Mertun tidak bisa menyembunyikan ekspresi senang karna tidak ada satupun patung yang rusak.     

"Ah, ngomong-ngomong.. aku lebih suka kau bersama dengan Leonard." ujar Dimitri membuat Katie mematung di tempatnya. "Bukankah dia cinta pertamamu? Kau juga terlihat senang saat bersamanya."     

Deg!     

Dimitri tersenyum miring melihat ekspresi tidak suka pada Kinsey. Lalu mengikuti Mertun masuk ke dalam mansion agar lukanya bisa segera diobati.     

Sementara Katie merasa kesal pada umbranya. Bisa-bisanya pria itu menyebut perihal cinta pertamanya dihadapan Kinsey. Padahal Leonard bukan cinta pertamanya.     

Katie tertawa gugup ketika Kinsey menatapnya dengan tatapan menuntut penjelasan.     

"Kita harus obati lukamu dulu. Ayo, aku akan membantumu." ujar Katie sembari menarik lengan Kinsey dengan lembut berusaha mengacuhkan tatapan menuntut dari Kinsey.     

Mereka berjalan masuk kedalam melewati koridor menuju ke ruang dimana dokter pribadi Tettero berada. Hanya saja, Kinsey terus memancingnya dengan pertanyaan yang membuat Katie kewalahan menjawabnya.     

"Cinta pertama heh? Apakah aku tahu orangnya?"     

"Kurasa tidak." jawab Katie tanpa menatap mata Kinsey.     

"Tapi aku kenal siapa itu Leonard. Bukankah dia adalah Leonard Heinest?"     

"..." Tuan muda Kinsey, kumohon hentikan.     

"Jadi dia cinta pertamamu?"     

"..." rasanya Katie ingin menangis dalam hati.     

"Dan kalian pernah bertemu lagi? Kau pasti merasa senang sekali."     

Ugh! Katie tidak bisa membantahnya. Kenyataannya dia memang merasa sangat senang ketika mengetahui Leonard adalah anak lelaki cinta pertamanya.     

"Aku dengar dia sudah pergi dari sini? Kau pasti merindukannya?"     

"..." Sungguh! Setelah ini dia akan memarahi umbranya habis-habisan.     

"Dari tadi kau diam saja. Jadi kau memang merindukannya?"     

Katie menggigit bibirnya dengan frustrasi. Dia memang merasa bersalah karena telah merasa senang bertemu dengan pria lain. Dia juga merasa bersalah karena sering memimpikan anak lelaki berambut merah itu.     

Tapi mendengar tuntutan Kinsey yang menyerangnya membuatnya juga semakin kesal. Namun dia menahan diri agar mereka tidak bertengkar lagi. Jika dia membantah atau membela diri, sudah dipastikan mereka akan bertengkar lagi. Lalu hubungan mereka akan kembali canggung dan renggang lagi.     

Dia tidak menginginkannya. Dia tahu tujuan umbranya mengatakan perihal cinta pertamanya dihadapan Kinsey untuk membuat hubungan mereka renggang. Entah kenapa umbranya yang satu ini ingin sekali memisahkan Katie dengan Kinsey.     

Karena itu dia memutuskan untuk diam dan membiarkan Kinsey meledeknya.     

Pada akhirnya Kinsey berhenti bersikap sinis pada Katie melihat Katie sama sekali tidak menanggapinya. Kinsey tersenyum tipis melihat ekspresi frustrasi pada Katie. Terlihat jelas sekali gadis itu menahan diri untuk tidak membantahnya.     

Kalau Katie yang biasanya, dia sudah pasti akan membantah atau membela diri dengan nada meninggi. Lalu Kinsey juga terpengaruh dengan emosi Katie dan akhirnya mereka akan bertengkar. Setelah itu hubungan mereka akan kembali menjaga jarak seperti ada sebuah jurang diantara mereka.     

Sebenarnya, Kinsey juga tidak ingin bertengkar dengan Katie. Tapi dia merasa cemburu pada orang yang pernah menjadi cinta pertama Katie. Apalagi mendengar dari cara bicara Dimitri tadi, tampaknya Katie cukup menikmati kebersamaannya dengan cinta pertamanya.     

Itu sebabnya dia sangat penasaran siapa yang pernah menduduki hati wanitanya. Kinsey memang pernah mendengar nama Leonard Heinest, tapi dia belum pernah bertemu dengan pria itu.     

Awalnya dia tidak begitu tertarik pada keluarga Heinest. Kini setelah tahu salah satu pangeran Heinest merupakan cinta pertama kekasihnya, Kinsey menjadi sangat tertarik sekali.     

Setelah ini dia akan meminta Stanley untuk mencari tahu soal Leonard.     

"Kau tidak perlu cari tahu seperti apa Leonard."     

Kinsey tersenyum geli. Bagaimana Katie bisa mengetahui pikirannya? Apakah ekspresinya mudah dibaca? Yah.. kalau sedang bersama dengan Katie, dia memang tidak memakai topeng apapun. Dia selalu bersikap apa adanya bila bersama Katie.     

"Kau takut aku akan mengganggunya?" tebak Kinsey asal-asalan.     

"Aku tidak takut. Asal kau tahu ya, Leonard bukan cinta pertamaku. Dia sudah mengakuinya sendiri. Waktu itu dia memang sengaja bersandiwara sebagai cinta pertamaku untuk mengelabuiku. Ini semua ide umbraku agar aku berpisah darimu. Sekarang dia mengakuinya, dia bukan cinta pertamaku. Jadi kau tidak perlu mencari tahu lagi."     

"Rupanya begitu. Tapi itu tetap tidak menutup kenyataan kau masih memikirkan cinta pertamamu."     

"..."     

Katie menghentikan langkahnya lalu memasang muka cemberut untuk protes. Katie hampir lupa kenyataan Kinsey adalah rubah licik yang ahli memancing pertanyaan untuk menggali informasi. Cepat atau lambat Katie akan jatuh masuk kedalam jebakan pria itu. Sebelum itu terjadi, dia memutuskan untuk melawan.     

"Sampai kapan kau akan meledekku? Apa kau mau mengajakku bertengkar? Lagipula, aku tidak percaya kau juga tidak punya cinta pertama. Semua orang pasti punya cinta pertama. Asal kau tahu, sangat jarang cinta pertama bertahan lama. Jadi kau tidak perlu khawatir."     

"Kau adalah cinta pertamaku."     

"..."     

Apakah Katie harus senang ataukah frustrasi? Dia baru saja mengatakan bahwa cinta pertama jarang bisa bertahan, namun pria itu mengatakan dirinya adalah cinta pertama Kinsey?     

Bukankah itu berarti Katie baru saja mengatakan hubungan mereka tidak akan bertahan lama?     

Dasar rubah licik!     

"Kinsey," rajuk Katie sambil menghentakkan sebelah kakinya dengan jengkel. Dia tidak tahu lagi harus bicara seperti apa untuk menjelaskan bahwa Kinsey satu-satunya pria yang mengisi di hatinya saat ini, bahkan untuk seterusnya.     

"Apa aku salah bicara?"     

Pemuda itu malah bertanya dengan tampang polos. Benar-benar membuat Katie kesal.     

"Aku tidak mau bicara lagi." ujar Katie akhirnya menyerah lalu menarik lengan Kinsey. Untuk saat ini dia harus mengobati luka Kinsey dulu.     

Katie sama sekali tidak melihat seringaian puas menghiasi wajah Kinsey.     

Setelah meminta obat pada dokter, Katie sendiri yang mengoleskan obat ke luka Kinsey setelah membersihkannya dengan cairan steril.     

Ajaibnya, Katie sama sekali tidak merasa malu atau canggung ketika Kinsey melepaskan kemejanya memperlihatkan otot gagah yang terbentuk di tubuhnya. Pusat perhatiannya ada pada luka sayatan pisau menghiasi diseluruh tubuh pria itu. Karena itulah, dia tidak memiliki waktu untuk merasa malu, meski melihat tubuh pria yang dicintainya.     

Dengan telaten, Katie mengobati luka Kinsey dengan tatapan sendu. Bagaimana bisa ada seseorang yang bisa bertahan dengan penuh luka seperti ini? Apakah dia tidak merasa sakit?     

Setelah mengoleskan obat di punggung serta perut berotot pria itu, Katie menyuruhnya duduk di kursi agar dia bisa mengobati luka memar di wajahnya. Pria itu terlalu tinggi untuk dijangkaunya, karena itulah Katie bisa mengobatinya dengan leluasa begitu Kinsey duduk.     

Sesekali Katie merasakan tatapan intens dari Kinsey membuatnya tidak konsen. Dia baru sadar, kedua wajah mereka sangat dekat. Dia bahkan bisa mencium aroma musky khas pria itu.     

"Apakah sakit?" Katie berdehem canggung berusaha meredakan jantungnya yang berdebar kencang.     

"Hm.. sakit sekali." tiba-tiba saja Kinsey memasang wajah kesakitan.     

Melihat ekspresi yang jelas dibuat-buat itu membuatnya teringat sesuatu. Orang ini suka sekali berakting lemah kalau berada disisinya. Katie tahu pria itu pasti tidak kesakitan. Barusan dia mengoleskan obat di luka akibat sayatan pisau, pria itu baik-baik saja. Kenapa sekarang pria itu merasa sakit ketika luka memar biasa disentuh?     

Timbul sebuah ide nakal di pikiran Katie untuk mengerjai kekasihnya ini. Dia menekan memar di pipi pria itu agak lebih dalam menimbulkan kernyitan dalam pada dahi Kinsey.     

"Aaaaa... apa yang kau lakukan?" teriakan kesakitan pria itu terdengar terlalu berlebihan di telinga Kitty.     

"Jadi kau masih bisa merasakan sakit huh? Kalau sudah tahu sakit, kenapa kau masih menantang umbraku? Kau bosan hidup? Aku bahkan tidak bisa menciummu..." Katie segera mendekap mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.     

Astaga!! Bagaimana dia bisa keceplosan mengutarakan isi hatinya? Sungguh tidak bisa dipercaya. Tidak bisa. Dia harus melarikan diri saat ini juga.     

Katie hendak berbalik untuk melarikan diri, sayangnya 'rubah licik' ini tidak membiarkannya kabur begitu saja. Kini kedua lengan kekar pria itu telah menerangkap tubuhnya dengan sempurna.     

"Kau bisa menciumku kapanpun kau mau." ucap pria itu sambil menunjukkan senyuman miringnya.     

Jelas sekali pria satu ini menikmati situasinya yang sudah tidak bisa kabur lagi.     

"Siapa yang ingin menciummu? Aku tidak bilang aku ingin.. mmph!!"     

Kalimatnya terputus saat sepasang bibir menutup bibirnya dan menelan semua kalimat yang ingin diucapkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.