Alpha vs Merah
Alpha vs Merah
Sudah waktunya Alpha berburu. Otot serta energi didalam tubuhnya mulai bergejolak hebat. Jika dia tidak segera memuaskan rasa laparnya, Alpha akan menjadi gila dan membunuh siapapun yang dilihatnya.
Pagi itu, tiba-tiba pintu gudang terbuka lebar. Tidak ada penjaga ataupun manusia disana. Apakah itu berarti, Lemar akan membiarkannya pergi?
Tentu saja tidak akan semudah itu. Begitu Alpha bergerak dan memburu mangsanya, Lemar pasti akan membaca pikirannya begitu pertahanannya lemah.
Setelah merasa ragu selama beberapa menit, Alpha memutuskan keluar dengan langkah yang sangat lambat. Sambil melangkah dia terus menjaga dinding pertahanan di pikirannya.
Awalnya tampak mudah, tapi semakin sering dia bergerak, konsentrasinya semakin sulit dipertahankan. Belum lagi bau kijang atau kelinci yang menyerusuk hidungnya, membuat kelaparannya meningkat tak tertahankan.
Dia harus makan.. harus segera memburu mangsanya.. harus fokus pada pemburuannya... disaat bersamaan dia harus fokus memblokir Lemar memasuki pikirannya.
Alpha merasa tidak kuat dan dia merasa kepalanya terasa sakit. Dia sempat tidak bergerak untuk mengistirahatkan beban otaknya. Namun gejolak monster didalam dirinya semakin kuat menuntut makanan membuat Alpha semakin kesakitan.
"Akan lebih baik kalau kau membiarkannya menguasai perasaanmu. Setidaknya rasa sakitnya akan berkurang banyak."
Siapa? Siapa yang bicara? Alpha mengerling kesekelilingnya mencari sumber suara itu. Tapi dia tidak menemukan siapa-siapa disana. Anehnya, dia merasakan ada seorang manusia didekatnya namun tidak bisa menemukan orang tersebut.
"Membiarkannya menyatukan perasaan serta emosi kalian bukan berarti dia akan membaca pikiranmu. Kau masih bisa mengalami penyatuan tanpa membiarkan dia masuk kedalam kepalamu."
Darimana orang itu tahu? Siapa orang ini sebenarnya? Lagipula, jika Alpha membiarkan Lemar mempengaruhi emosinya, bukankah sama saja Alpha akan membenci siapapun yang dibenci Lemar? Bukankah pada akhirnya Alpha akan meruntuhkan dinding yang memblokir Lemar untuk masuk dan mengetahui apa saja yang diketahuinya?
Meskipun tahu resikonya, Alpha mencoba menuruti nasihat suara tadi. Dia membiarkan Lemar menyatukan emosi keduanya tanpa meruntuhkan dinding perlindungan pikirannya.
Dan memang benar, rasa sakit yang dirasakannya berkurang banyak dan kini dia bisa bergerak bebas. Dia bahkan mungkin bisa berburu dengan leluasa.
Sayangnya... ketika Alpha hendak berburu mengikuti bau kijang, dia menangkap bau raja merah.
Pergi! Dia harus pergi menjauh dan mencari mangsa di tempat lain. Dia tidak ingin menyakiti Katie yang ternyata adalah saudara kembar Meisya. Dia tidak ingin Meisya membencinya karena telah melukai Katie.
Otaknya terus memberi perintah untuk pergi tapi kakinya melawan perintah otaknya. Kakinya serta instingnya mengikuti perasaan yang ingin membunuh raja merah.
Alpha tidak tahu sejak kapan langkah yang tadinya hanya berjalan lambat kini berubah menjadi lompatan cepat mengarah ke sumber bau raja merah.
Begitu tiba di suatu tempat, Alpha bisa melihat raja merah duduk disana. Wajahnya sangat mirip dengan Meisya. Berulang kali dia memberi perintah pada dirinya sendiri untuk tidak menyerang raja merah. Tapi tubuhnya berkata lain dan mendekati gadis muda itu dengan aura berbahaya.
Butuh sekuat tenaga Alpha menahan dirinya sendiri untuk tidak langsung menyerang. Dia bahkan menjerit untuk menyuruh Katie segera pergi darinya seolah dia yakin Katie bisa mendengar suaranya.
Sayangnya, Katie bukanlah hostnya. Tentu saja Katie tidak bisa mendengarnya. Seketika kesadarannya menggelap bersamaan gejolak energi mengambil alih tubuhnya.
-
Kenapa Alpha ada disini? Kenapa Alpha ingin menyerangnya? Bukankah host Alpha adalah Dieter?
Katie tidak sempat mencari jawaban karena Alpha telah melompat untuk menerkamnya. Katie terlalu takut untuk bergerak, kakinya menjadi lemas tak berdaya dan terkulai duduk di tanah.
Apakah dia akan mati sekarang?
Tepat ketika kuku tajam Alpha nyaris mencabik tubuhnya, tiba-tiba tubuh Alpha terdorong kesamping disusul dengan makhluk merah lainnya... Luna.
Kedua tangan Katie bergetar ketakutan saat melihat dua serigala merah saling mencakar serta menggigit. Sekali lihat, Katie tahu Alpha yang lebih mendominasi pertarungan.
Saat ini Alpha sudah berubah menjadi wujud monster aslinya sementara Merah... masih tetap pada wujud serigala merah normal. Kenapa Merah tidak berubah?
Ketika Alpha menggigit leher Merah dengan keras, Merah merintih kesakitan. Kakinya menjadi lemas dan langkahnya menjadi goyah. Merah melolong sekeras-kerasnya berharap para penduduk Oostven mendengar suaranya.
Tepat Merah melolong, Alpha menyerbunya dan menerjang tubuh Merah hingga terpental jauh menabrak pohon.
Air mata terus bercucuran membasahi Katie melihat darah yang keluar dari Merah. Katie merasa dirinya tidak berdaya. Meskipun dia memiliki kekuatan penguasa alam, tapi itu sama sekali tidak berguna bila berhadapan dengan serigala merah. Terlebih serigala merah yang ingin membunuhnya.
Mata Katie terlalu fokus pada tubuh Merah yang berbaring tak berdaya sambil terus memanggil namanya. Katie berharap suaranya bisa terdengar dan setidaknya Merah bisa merespon panggilannya. Hanya gerakan kecil saja, Katie ingin melihat gerakan kecil agar dia tahu bahwa Merah masih hidup.
Tapi Merah sama sekali tidak bergerak. Justru yang bergerak mendekatinya adalah Alpha yang dipenuhi darah pada taringnya. Katie tidak lagi merasa takut menghadapi Alpha. Saat ini ketakutan terbesarnya adalah harus menerima kenyataan Merah akan mati didepan matanya.
Dia tidak peduli lagi jika dia akan mati dibunuh Alpha. Saat ini dia merasa waktu disekitarnya telah berhenti. Katie tidak bisa lagi berpikir. Dalam sekejap, keinginannya untuk tetap bertahan dan menjalani hidup sebagai penguasa alam lenyap seketika. Dia berharap.. dia tidak pernah lahir ke dunia ini. Dia berharap dirinya bukanlah raja merah.
Sekali lagi Alpha melompat untuk menerkam Katie. Kali ini sebuah panah tiba-tiba muncul dan melukai wajah Alpha membuat makhluk merah tersebut mengubah targetnya.
Puluhan prajurit Oostven telah muncul dan berusaha menyerang Alpha sambil melindungi Katie. Sedangkan Katie, dia merasakan ada yang memeluknya.. tapi pandangan disekitarnya terasa kabur. Tatapannya masih fokus pada tubuh Merah dengan bercucuran air mata.
Saat ini Katie seperti tidak bisa merasakan apa-apa kecuali rasa kehilangan. Orang-orang yang bergerak dihadapannya terasa seperti gambaran tivi kuno yang buram karena tidak mendapatkan sinyal bagus.
Sementara itu, Ferd yang merasa pertarungan ini akan berakhir buruk, mengeluarkan belati khusus. Sudah terlalu banyak anggotanya yang terluka, sementara luka pada Alpha langsung sembuh dalam sekejap. Kalau dibiarkan terus, Alpha akan membantai seluruh penduduk Bayern.
Karena itu, Ferd memutuskan menggunakan belatinya. Dia melompat ke atas cabang pohon terdekat, kemudian turun menuju ke punggung Alpha secara diam-diam. Begitu jangkauannya cukup dekat, Ferd langsung menghunuskan belatinya persis ke belakang leher Alpha.
Alpha mengaing histeris sebelum melempar Ferd dari atas tubuhnya. Ferd terlempar dan menabrak batu besar membuatnya batuk berdarah.
Belati yang digunakannya bukan belati biasa. Belati tersebut terbuat dari batu es kristal murni yang merupakan kelemahan vital bagi serigala merah. Karena itu, luka pada Alpha tidak bisa segera sembuh dan kini Alpha lebih menyibukkan dirinya meredakan rasa sakit di belakang lehernya.
Semuanya menggunakan kesempatan ini untuk kembali menyerang Alpha. Merasa tersudut, akhirnya Alpha pergi dari kawasan hutan.. melarikan diri.
Tidak ada satupun yang mengejarnya, karena sebagian besar dari mereka juga terluka. Mereka juga harus segera mengobati Merah.. jika seandainya serigala merah itu masih hidup.
Katie langsung tersadar begitu banyak orang yang mengerumuni Merah. Dia baru bernapas lega ketika menyadari Alpha telah pergi.
Katie mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari menghampiri Merah. Air matanya masih belum mau berhenti dan dia terus memanggil nama Merah.
Katie menempelkan telinganya ke dada Merah untuk mendengar detak jantungnya. Merah masih hidup! Dia masih bisa diselamatkan.
Tanpa pikir panjang, Katie menciptakan air dari udara. Namun tidak ada air yang terbentuk. Kenapa? Kenapa dia tidak bisa menciptakan air?
Katie menoleh ke arah sungai, dan dia langsung merentangkan tangannya ke air sungai. Hasilnya tetap sama. Dia tidak bisa mengendalikan air sungai.
Kenapa?
Lalu dia tersadar, kekuatannya masih ditahan oleh serigala merah. Tapi, bukankah Alpha telah pergi? Kenapa dia merasa ada sesuatu yang menahan kekuatannya?
Dengan mata berkaca-kaca, Katie menatap ke arah Merah yang terbaring disebelah kakinya. Apakah mungkin Merah yang menahannya?
Benar. Tidak salah lagi, Merah yang menahan kekuatannya. Namun karena Merah sendiri juga dalam kondisi lemah, Katie masih bisa merasakan aliran energi kekuatannya. Jika dia memaksakan dirinya untuk menerobos energi Merah, mungkin dia bisa menggunakan kekuatannya. Tapi itu akan menguras energi kehidupannya dua kali lipat daripada biasanya.
"Merah, jangan menahanku! Aku tetap akan menyembuhkanmu meski kau menahanku."
Merah membuka matanya menatap ke arah mata Katie dengan tatapan sedih. Kemudian dia kembali memejamkan matanya bersamaan Katie merasakan kekuatannya lagi.
Katie tidak lagi mencoba menggunakan air di sungai ketika sadar begitu banyak orang disekitarnya juga terluka parah.
Katie menengadahkan wajahnya ke arah langit. Bola matanya secara perlahan menjadi merah dan awan gelap mulai bermunculan. Tidak lama kemudian, hujan mulai turun secara gerimis sebelum akhirnya menjadi deras.
Semua luka yang terkena air hujan secara perlahan mengecil hingga akhirnya sembuh secara total.
Sobekan pada leher Merah akibat cabikan taring Alpha juga menutup kembali.
Katie mendesah lega melihat Merah serta anggota keluarganya sembuh dari luka mereka. Semua orang yang tadinya kesakitan dan dipenuhi luka-luka tampak lebih segar begitu terkena air hujan. Sebaliknya, Katie malah terlihat semakin pucat. Katie juga merasakan kepalanya seperti diputar seolah dirinya sedang naik jet coaster seratus delapan puluh derajat dengan kecepatan tinggi.
Katie tidak bisa melihat apa-apa lagi ketika sekelilingnya menggelap. Dia sempat mendengar banyak orang yang menyerukan namanya sebelum dia kehilangan kesadarannya secara total.
Tepat saat Katie jatuh pingsan, hujanpun juga berhenti dalam sekejap. Awan gelap menghilang menampakkan kembali matahari yang bersinar terang.
Ajaibnya... sebuah pelangi dengan tujuh warna cemerlang muncul disana.