My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Kemunculan Katie



Kemunculan Katie

2Katie menatap pantulannya di air danau yang jernih. Warna matanya yang merah seperti darah memudar secara perlahan menjadi amber. Terus memudar hingga bola matanya berubah menjadi coklat gelap.     

Kini dia bisa mengubah warna pupil matanya sesuka hatinya. Dia bahkan tidak perlu memakai kontak lensa lagi.     

"Gadis kecil, ingatlah untuk tidak berdekatan dengan origin. Karena kini kau sudah menjadi penguasa alam, origin akan mati jika dia berada dekat denganmu terlalu lama. Kau bahkan tidak menyadari akan menggunakan kekuatanmu untuk membunuhnya. Berhati-hatilah. Dan juga jangan terlalu sering memberikan energi penyembuhanmu pada orang lain. Itu akan membunuhmu secara perlahan."     

Katie menganggukkan kepalanya mengerti mengingat semua pesan dari orang yang telah melatihnya selama setengah tahun ini.     

"Kau siap?" tanya Vasco.     

"Aku siap. Kau yakin kau tidak ingin ikut? Bukankah kau sudah terjebak di tempat ini puluhan tahun?"     

Vasco menggelengkan kepala dengan yakin. "Aku sudah terbiasa disini. Aku tidak ingin hidup di luar lagi."     

Katie bangkit berdiri dan berlari memeluk Vasco. "Terima kasih atas semuanya, paman."     

Vasco tersenyum lebar mendengar Katie memanggilnya 'paman' untuk pertama kalinya. Dia membalas pelukan keponakannya sambil menepuk pelan punggungnya.     

"Kau boleh datang kemari kapanpun kau mau. Bawa juga adikmu, aku akan senang bertemu dengannya. Aku harap kau segera bisa menemukan apa yang telah kau korbankan."     

Katie mengangguk kepalanya setelah melepaskan pelukannya. "Setelah ini aku akan kembali ke Amerika untuk mencarinya. Aku tidak ingin mati muda dan pasti akan datang kembali bersama adikku."     

"Kau pasti bisa menemukannya."     

Katie tersenyum lebar mendengar dukungan penuh dari pamannya. Kemudian dia berbalik dan berjalan kearah danau kembali. Dia menengadahkan tangannya ke atas. Ajaibnya air di danau ikut bergerak mengikuti tangannya. Air tersebut berputar membentuk sebuah lingkaran hingga tercipta sebuah gerbang ke dunia lain. Dengan langkah yang yakin, Katie berjalan melewati gerbabg air tersebut.     

Detik berikutnya Katie berada di.. entah tempat apa ini.. yang pasti dia berdiri di ujung tebing dengan sebuah mobil didepannya.     

Melalui kaca mobil dia melihat ada sekelompok orang bersenjata yang diarahkan kepada sesuatu di bawah balik mobil ini.     

"Tiffany, apa yang terjadi?"     

"Aku melihat ada seorang yang mirip denganmu dibalik mobil. Alpha terluka kena tembakan. Pria satu lagi.. aku tidak mengenalnya. Sementara kelompok orang tersebut... aku masih mencari tahu siapa mereka dan tujuan mereka menyerang Alpha."     

Namun Katie tidak bisa menunggu saat dia mendengar sebuah nama disebut oleh salah seorang pemegang senjata tersebut.     

"Jadi kau yang bernama Meisya? Aku dengar Putri Meisya memiliki warna rambut merah seperti apel. Jadi tidak mungkin kau yang bernama Meisya."     

Katie segera berjongkok berharap masih belum ada yang menyadari kehadirannya. Dia baru menyadari orang yang disebut Tiffany memiliki wajah mirip dengannya adalah Meisya, adik kembarnya!     

Lagi-lagi adik kembarnya dalam bahaya?     

Katie memejamkan matanya untuk berkosentrasi. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa melihat dibalik mobil yang menutupinya. Meskipun matanya tidak bisa melihat langsung, gelombang angin disekitarnya bisa menjadi matanya.     

Sementara itu, Meisya semakin panik ketika melihat puluhan senjata terarah kearahnya.     

"Jangan salahkan kami karena kau menyinggung orang yang salah. Selamat tinggal."     

Meisya memejamkan matanya sambil memeluk bahu Tanya dengan erat. Beberapa letusan mulai terdengar dan suara teriakan orang terdengar. Hanya saja, teriakan itu bukan berasal darinya ataupun Joan. Tapi berasal dari sekelompok orang tadi.     

"Sialan! Kenapa kau menembakku?"     

"Aku tidak menembakmu.. Aaaa!"     

Meisya membuka matanya dan terkejut apa yang dilihatnya. Entah kenapa mereka saling menembak, bahkan ada yang terjatuh seolah ada yang menjegal kakinya.     

Padahal tidak ada apapun yang menjegal kaki mereka kecuali angin yang berhembus semakin kencang. Entah kenapa angin disekitar kelompok para penyergap tersebut makin lama makin berhembus kencang membuat mereka tidak bisa membuka kelopak mata mereka.     

Joan serta Meisya saling berpandangan dengan bingung ketika melihat sebuah bola pusaran yang besar mengelilingi para penyerang. Yang lebih aneh lagi, klakson mobil mereka secara serempak berbunyi dan bergerak sendiri menabrak mereka.     

Karena mereka tidak bisa melihat akibat badai yang kencang, mereka tidak tahu apa yang menabrak mereka. Satu persatu mereka semua jatuh pingsan, namun ada juga yang bertahan. Mereka terlalu sibuk melindungi diri mereka sendiri sehingga tidak menyadari kehadiran orang asing.     

"Hei, kalian baik-baik saja?"     

Sebuah suara muncul dari belakang tiga orang yang sedang bingung dengan apa yang dilihat mereka. Meisya serta Joan sangat terkejut melihat siapa yang datang.     

"Ka..Katalina?"     

"Akhirnya kita bertemu kembali, Meisya." balas Katie dengan senyuman lebar. Namun senyumannya lenyap seketika saat melihat bekas air mata pada Meisya akibat menangis. Belum lagi terdapat luka pada dahinya.     

Kemudian dia melirik ke arah Tanya yang lemas karena kehilangan banyak darah didalam dekapan Meisya.     

"Ta.. Tanya.." Meisya berusaha menjelaskan bahwa Tanya terluka karena melindunginya, tapi dia tidak bisa mengeluarkan kalimatnya akibat isakannya.     

"Biar aku lihat." bisik Katie menenangkan. Kemudian Katie membuka kemeja Tanya dan menyingkirkan kain yang menutupi lukanya.     

Katie menengadahkan sebelah tangannya menciptakan air dari udara kemudian membentuknya seperti sebuah ujung tombak es yang tajam.     

Katie menghunuskan tombak es tersebut masuk persis ke tempat peluru menembus kulit Tanya membuat Tanya mengerang kesakitan.     

Beberapa detik kemudian, peluru tersebut keluar dengan diliputi gelembung air bewarna merah karena tercampur darah. Begitu menyingkirkan pelurunya, Katie menciptakan air lain dan kali ini membiarkan air tersebut meresap ke luka tembak di bahu Tanya. Tidak lama kemudian, luka sobekan Tanya berangsur menutup dan pulih kembali seperti sedia kala.     

Meisya serta Joan sama-sama menatap aksinya dengan takjub. Keduanya sama-sama tahu kalau Katie adalah raja merah. Tapi mereka sama sekali tidak menyangka kemampuan raja merah yang sebenarnya bisa sehebat ini.     

"Jadi kau adalah kartu asnya. Tipikal Zero sekali." gumam Tanya lemah sebelum akhirnya pingsan.     

Kartu As? Katie bertanya-tanya kartu As apa yang dimaksud. Tapi dia tidak memiliki waktu karena mereka harus pergi sebelum cuaca berubah mengikuti arus kekuatannya. Jika cuaca berubah dengan tidak alami, usianya akan terpotong dan dia tidak ingin usianya semakin pendek lagi.     

"Dia akan baik-baik saja. Kita harus segera pergi dari sini."     

Joan mengangguk setuju dan segera menggendong Tanya masuk kembali ke mobilnya. Namun Katie menyarankan untuk menggunakan salah satu mobil para penyergap. Tiffany sengaja menyiapkan satu mobil ketika meretas sistem komputer mobil jeep mereka.     

Alhasil, Joan serta Meisya mengikuti Katie dari belakang menerobos pusaran angin tersebut dan memasuki mobil yang agak jauh dari badai topan ciptaannya.     

Joan mendudukkan Tanya di kursi sebelah supir, sementara Meisya dan Katie duduk di kursi penumpang belakang.     

Begitu semuanya masuk, Joan segera melajukan mobilnya dan melesat menjauhi tempat lokasi.     

Baru setelah sepuluh menit mereka pergi, Katie menghentikan badai topan yang mengurung para penyergap tadi. Sebagian besar mereka telah jatuh pingsan atau terluka karena tembakan kesasar dari rekannya.     

Mereka sama sekali tidak tahu apa yang sudah terjadi, mereka juga tidak sadar akan kehadiran Katie. Mereka mengomel panjang lebar ketika menyadari target mereka telah pergi menggunakan salah satu mobil mereka.     

Anehnya, disaat mereka melacak mobil mereka, alat pelacak yang telah terpasang di mobil tersebut tidak aktif. Dan disaat mereka mengecek kamera cctv disekitar, tidak ada keanehan yang mereka temukan.     

Dengan terpaksa.. mereka melaporkan atasan mereka bahwa mereka telah gagal membunuh Meisya.     

Sementara itu, atas permintaan Katie, Tiffany memasuki jaringan sinyal Eleanor serta lainnya. Dia ingin tahu situasi di Prussia yang terbaru. Dia tahu Stanley pasti memiliki info terbaru mengenai situasi sekarang. Karena itu dengan meretas program Eleanor dan Audrey tanpa ketahuan adalah cara paling cepat.     

Sayangnya, mereka sama sekali tidak tahu.. Eleanor menyadari kehadiran Tiffany di jaringannya dan segera menanamkan sirkuit P001 pada Tiffany sesuai perintah Stanley sebelumnya.     

Disaat bersamaan, Tiffany memberitahunya sebuah info tak terduga.     

"Kau sudah menikah?" tanya Katie pada adiknya yang duduk disebelahnya.     

"..." untuk beberapa saat Meisya tidak tahu harus menjawab seperti apa menghadapi pertanyaan 'kakak'nya.     

"Dan suamimu adalah Stanley?"     

Joan terbatuk-batuk mendengar nada tidak suka dari Katie. Sepertinya atasannya harus bersiap diri menerima amukan dari sang raja merah.     

Meisya merasa tubuhnya berkeringat menghadapi kecanggungan diantara mereka. Meski mereka belum saling mengkonfirmasi hubungan darah mereka, kedua-duanya sudah saling tahu bahwa mereka adalah saudara kandung.     

Katie langsung tahu saat melihat tatapan Meisya yang dipenuhi kelegaan ketika melihatnya keluar dari balik mobil. Meisya sendiri juga melihat tatapan penuh sayang dari mata coklat Katie ketika Katie memandanginya.     

'Ah, dia sudah tahu kita adalah saudara kembar.' keduanya sama-sama memikirkan hal yang sama.     

Hanya saja, keringat dingin pada Meisya masih bercucuran dan perutnya kini terasa sakit. Wajahnya juga mulai pucat membuat Katie tidak lagi membahas pernikahannya.     

"Kau baik-baik saja? Ada apa?" ujar Katie yang segera merangkul pundak adiknya.     

Begitu dia menyentuh pundaknya, Katie merasa seluruh tubuhnya tersengat listrik dan seketika dia merasakan ada energi kehidupan lain dari tubuh Meisya.     

"Kau hamil?"     

Jelas sekali Meisya tidak tahu dirinya sedang mengandung karena kini dia memandang Ktie dengan wajah bingung. Sayangnya, kandungannya sangat lemah, nyaris mengalami keguguran akibat hantaman keras disusul dengan stress berat ketika hampir diserbu dengan puluhan peluru dari penyergap mereka.     

Katie mengangkat sebelah tangannya dan memanggil angin disekitarnya. Tidak akan ada keguguran yang terjadi. Dia tidak akan membiarkannya. Tidak dibawah pengawasannya!     

Lambat laun Meisya merasa hangat disekitar perutnya saat angin buatan Katie mengitari daerah perutnya. Rasa sakit juga berangsur menghilang, lalu dia terlelap dengan kepalanya bersandar di atas pundak Katie.     

Katie sendiri juga mulai lemas. Seharusnya dia tidak boleh memberikan energi penyembuhan secara terus menerus. Tapi dia melakukannya demi menyelamatkan Tanya dan kini melindungi janin adiknya. Apalagi dia sempat membekukan air menjadi es yang menguras energi kehidupannya secara drastis.     

Kelemahan vital raja merah adalah suhu dingin termasuk es yang diliputi energi kehidupan. Meski dia sendiri yang menciptakan es tersebut, tetap memengaruhi energinya sendiri secara vital.     

Sekarang dia harus menyelimuti janin Meisya dengan sebagian energi kehidupannya yang semakin menguras energinya. Jika dia mengirim energi kehidupannya terus menerus hanya untuk menyembuhkan luka, lupakan soal usianya yang pendek.. Katie bisa langsung mati jika energi kehidupannya habis.     

Untungnya, dia hanya perlu mengambil sebagian kecil kehidupannya, sehingga dia hanya merasa lelah. Dan seiring berjalannya waktu, energi kehidupannya akan beregenerasi kembali.     

Pada akhirnya Katie ikut terlelap dan kepalanya bersender pada kepala Meisya diatas bahunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.