Hasrat Terpendam (R21+)
Hasrat Terpendam (R21+)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading!
~~~~~♡♡♡~~~~~
"St..Stanley?"
"Sulit sekali membangunkanmu." senyuman miring di wajah Stanley membuat tubuh Meisya semakin merinding.
"EKH!?" Meisya memekik kaget ketika Stanley mengulum salah satu payudaranya dengan mulutnya.
Pria itu menghisapnya dan menggigit kecil serta menjilat puncak dadanya dengan menggoda membuat kepala Meisya kembali pusing. Tidak berhenti sampai situ, tangan Stanley yang bebas membelai seluruh lekukan tubuh Meisya turun kebawah hingga ke bagian kewanitaannya.
Dengan ahlinya, Stanley memijat titik kesensitifan Meisya dengan tangannya sementara tangan lain masih bermain dengan payudaranya.
Semua sentuhan yang dilakukan Stanley, tangan yang mempermainkan payudaranya serta daerah kewanitaannya, dan lidah yang tiada henti menggoda puncak dadanya membuat Meisya tidak berhenti merintih dengan penuh nikmat.
"Stanley, tunggu." Meisya mencoba menghentikan pergerakan tangan Stanley yang kini masuk menyelinap ke celana dalamnya. "Aku takut. Aku merasa aneh sekali." rajuk Meisya dengan wajah yang sangat merah serta sinar mata coklat yang dipenuhi dengan hasrat.
Stanley bisa melihat istrinya memiliki hasrat yang sama dengannya. Hanya saja, Meisya tidak pernah mengalaminya. Dia tidak pernah berhubungan dengan seorang lelaki manapun sebelumnya. Karena itu, Stanley memperlakukannya dengan sangat lembut berusaha menahan diri untuk tidak 'menindas'nya.
"Aku tahu. Tenang saja, setelah ini kau akan menikmatinya." jawab Stanley lembut sebelum melahap mulut Meisya dengan gairah yang tertahan. Dia tidak ingin membuat Meisya takut.
Stanley menyelinapkan jemarinya masuk ke dalam celana dalam istrinya menembus melewati lubang kewanitaannya membuat Meisya terkesiap. Stanley mencium rahang Meisya sambil memainkan jarinya di dalam liang kewanitaannya untuk membuat Meisya terbiasa dangan 'gangguan' yang masuk ke dalam tubuhnya.
Meisya sama sekali tidak bisa berpikir. Gelenyar aneh semakin lama semakin terasa kuat. Belum lagi cumbuan Stanley yang begitu ahli menggoda setiap kulit yang dijelajahi pria itu. Stanley sengaja berlama-lama mencumbu kulit bahunya meninggalkan beberapa bekas merah tanda cintanya.
Tiba-tiba saja, Meisya merasakan Stanley memasukkan jari lainnya kedalam tubuhnya membuat Meisya merintih penuh nikmat. Tubuhnya mengejang dan mulutnya tidak berhenti memanggil nama suaminya.
Mendengar Meisya memanggil namanya dengan suara merdunya yang kini terdengar erotis, Stanley semakin antusias dan tidak lagi bisa menahan hasratnya lebih lama lagi. Dia menambah satu jari lagi hingga ada tiga jari yang masuk ke dalam liang kewanitaan Meisya. Pergerakan jari yang semakin cepat dan intens membuat istrinya mencapai klimaks dan mengalami pelepasan untuk pertama kali.
Stanley mengeluarkan tangannya dan melihat ketiga jarinya dipenuhi cairan pelepasan membuatnya semakin terangsang.
Meisya yang baru pertama kali mengalami pelepasan seperti ini merasa lelah dan dipuaskan. Dia mengira ini sudah berakhir dan mereka akan tidur. Sayangnya, Stanley memiliki rencana yang lain untuknya.
Secara perlahan Stanley menurunkan celana dalam Meisya sambil menikmati pemandangan basah dihadapannya. Meisya mengerling bingung. Pikirannya terlalu dipenuhi kepuasan sehingga dia sama sekali tidak menyadari sehelai kain terakhir yang ada di tubuhnya kini sudah disingkirkan. Kini tubuhnya benar-benar telanjang seperti bayi yang baru lahir didepan mata 'singa' yang lapar.
Meisya juga sama sekali tidak sadar kini kakinya dibuka lebar sementara Stanley telah bersiap diantara kedua kakinya.
Sekali lagi Meisya terkesiap saat merasakan ada 'penyusup' menyelinap masuk kedalam lubang bagian intinya. Kali ini berbeda dengan sebelumnya, bukan jari seperti apa yang dilakukan suaminya beberapa saat lalu. Meisya sama sekali tidak menyangka Stanley akan 'menjilat'nya disana?
"St..Stanley.. Aaaahhhh.." tubuh Meisya mengejang disaat merasakan lidah Stanley menari didalamnya. Dia merasakan seluruh isi kewanitaannya dilahap habis oleh suaminya.
Sebuah kenikmatan dan gelenjar aneh yang dirasakannya menjalar ke seluruh tubuhnya ketika lidah Stanley menari didalam tubuhnya. Kenikmatan yang dirasakannya saat ini berkali lipat dari sebelumnya. Sungguh rasa yang sangat berbeda bila dibandingkan jari yang 'menari' didalamnya.
Kedua tangan Meisya hanya bisa menggenggam seprei bantalnya dengan keras menahan kenikmatan diluar batas kekuasaannya. Suara rintihan terus terdengar didalam kamar mereka tiada henti. Hingga akhirnya Meisya mengalami pelepasan untuk kedua kalinya.
Barulah Stanley menarik diri hanya untuk melihat kondisi istrinya. Wajah erotis yang seksi dihiasi dengan semburat merah. Bibir yang terbuka dan mendesah dengan nikmat. Belum lagi dadanya yang naik turun dengan cepat akibat napasnya yang memburu.
"Cantik sekali." puji Stanley membuat jantung Meisya kembali memburu.
Meisya mengangkat sebelah tangannya memuja Stanley. Ini pertama kalinya dia melihat suaminya tanpa pakaian. Dia bisa melihat otot-otot sempurna pada suaminya.
Awalnya dia tidak tahu bagaimana bisa seorang programmer biasa, menyusup dan menculiknya dari istana dengan mudah. Kini setelah melihat otot tersebut dan mendengar dari cerita teman-temannya serta Cathy, dia tahu pekerjaan Stanley yang sebenarnya bukanlah 'programmer' biasa.
Meisya menikmati rasa kulit suaminya di jemarinya. Matanya bahkan bersinar saat mendengar desahan Stanley yang seksi. Mengikuti instingnya, dia memberanikan diri membelai seluruh tubuh suaminya dengan penuh cinta.
Stanley mengerang penuh nikmat kemudian langsung menunduk untuk mencumbu istrinya dengan rakus. Dia bisa gila jika disentuh Meisya dengan cara menggoda seperti ini. Meisya menyusupkan jemarinya ke rambut coklat kemerahan suaminya. Lembut dan menggelitik. Dia merasakan lidah suaminya kembali menari didalam mulutnya menelan semua desahan nikmatnya.
Tanpa melepaskan pagutannya, Stanley menyingkirkan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya.
Tanpa peringatan apa-apa, Stanley memasukkan inti kejantanannya menuju ke liang kewanitaan Meisya. Meisya berteriak saat merasakan sesuatu menerobos masuk dan merobek keperawanannya. Setetes air mata terjatuh di pelipisnya membuat Stanley tidak tega.
Stanley tidak bergerak dan menghibur istrinya dengan mencium lembut air matanya. Dia bahkan membisikkan kata-kata cinta yang menenangkan.
Meisya merasa terharu akan perlakuan suaminya. Dia bisa melihat jelas sinar mata suaminya yang sudah sangat lapar akan dirinya. Selama dua bulan ini Stanley mencoba membujuknya untuk tidur di kamar yang sama. Pemuda itu bahkan berjanji tidak akan melakukan hal lebih selain tidur biasa.
Namun Meisya seringkali menolak. Dia tahu, begitu mereka berada didalam satu kamar, cepat atau lambat Stanley pasti akan 'memakannya' sambil 'menindas'nya. Lagipula hobi favorit suaminya adalah melihat ekspresi frustrasi dan kebingungannya.
Tapi kali ini, alih-alih menindasnya seperti biasa, Stanley malah memberinya ketenangan dan menghiburnya.
Kini dia percaya akan ucapan Tanya serta Angel. Meisya adalah titik lemah Stanley. Tidak peduli seberapa besar kesukaan pria itu melihatnya frustrasi, Stanley tidak pernah tega melihatnya kesakitan seperti ini.
"Aku tidak apa-apa." sahut Meisya kemudian. Rasa sakit yang dirasakannya memang mulai berangsur menghilang.
Mendapatkan kode dari istrinya, secara perlahan Stanley mulai bergerak. Dia bergerak menarik dan mendorong didalam istrinya. Awalnya memang secara perlahan, tapi ritemnya berubah menjadi intens.
Rasa sakit Meisya yang awalnya masih terasa sedikit kini berubah menjadi manis. Meisya berulang kali merintih nikmat sembari menyebut nama suaminya. Kedua tangannya mengalung ke leher Stanley dengan erat menahan setiap hentakan pergerakan suaminya.
Stanley melahap kembali bibir merah jambu istrinya yang sudah menjadi candunya selama ini. Stanley masih terus bergerak memompa di dalam tubuh Meisya hingga mereka mencapai klimaks secara bersamaan dan mengalami pelepasan dalam penyatuan mereka.
Kedua napas mereka memburu dan merasakan kepuasan yang tak ternilai. Stanley belum mengeluarkan kejantanannya dan masih memaku didalam tubuh Meisya.
Beberapa detik kemudian, Stanley mulai bergerak lagi membuat Meisya terperanjak kaget.
"Lagi??"
"Kau tidak mungkin berpikir aku hanya puas dalam satu kali ronde kan?" jawabnya dengan senyuman miring dan kilatan sinar mata seperti singa yang kelaparan.
Ah, ini dia suaminya yang suka menindas.
Meisya hendak protes tapi disaat merasakan kenikmatan dalam tubuhnya, dia menyambut hasrat suaminya dengan sukacita.
-
Meisya memasang muka cemberut dan menolak untuk berbicara. Kini suaranya terdengar serak basah akibat kegiatan bercintanya dengan Stanley. Dia bahkan merasa malu karena telah menimbulkan suara aneh sambil memanggil nama Stanley. Dia tidak tahu kalau dia bisa menghasilkan suara seperti itu.
Entah berapa kali mereka bercinta, Meisya sudah kehilangan angka saat menghitung pelepasannya yang dialaminya sebanyak lima kali.
Suaminya ini benar-benar berubah menjadi monster buas diatas ranjang. Dia sama sekali tidak mendengar permohonannya untuk dilepaskan dan terus menyerangnya.
Dan kini, Meisya merasa sakit dan perih disekitar pinggulnya. Terutama sekitar dadanya terasa sakit akibat gigitan suaminya. Dia malas bergerak dan tidak ingin melakukan apa-apa.
"Meimei, kau masih marah?" rajuk Stanley melihat Meisya tengah berbaring memunggunginya.
"..."
Meisya ingin marah. Sungguh dia ingin marah. Tapi bagaimana bisa dia marah jika suaminya menghujaninya dengan kecupan ringan di bahu serta punggung polosnya. Kecupan suaminya membuatnya geli hingga nyaris membuatnya tertawa.
"Ayolah, bukan salahku kalau aku lepas kendali. Salahkan tubuhmu yang mengundangku untuk melepaskan semua hasratku yang terpendam."
Meisya kehabisan kata-kata mendengarnya. Dasar pria tidak tahu malu! Bisa-bisanya melempar kesalahan padanya.
"Meimei, meimei." panggil Stanley sembari mengeluskan pipinya ke ceruk leher Meisya.
Meisya merasa geli dan tidak bisa lagi bersikap marah pada suaminya yang kekanakan ini. Akhirnya dia menyerah.
"Hentikan." sahut Meisya dengan tawa kecil. "Geli sekali." lanjutnya sambil berbalik untuk menghadap suaminya
"Jadi kau tidak marah lagi?"
"Aku tidak marah. Tapi badanku sakit semua. Aku malas bergerak. Semuanya salahmu."
Stanley tertawa kecil mendengarnya. Wajahnya tampak cerah dan senyuman lebar tidak meninggalkan wajahnya. Jelas sekali pria itu tampak sangat bahagia. Karena itulah, Meisya tidak bisa marah pada suaminya ini.
"Baiklah aku yang salah. Tapi jangan salahkan aku karena tergoda dengan tubuhmu Meimei. Kau yang mengundangku dengan menggunakan lingerie seksi itu."
Lingerie? Astagaaa. Dia lupa dia telah memakai lingerie ungu itu untuk diperlihatkan pada Stanley. Dia sama sekali tidak tahu akibatnya malah mengundang hasrat terpendam suaminya.
Ugh!
"Aaa.. Apa yang kau lakukan?!" tuntut Meisya karena kini Stanley menggendongnya tanpa peringatan membuat Meisya harus melipat tangannya untuk menutupi buah dadanya yang terekspos karena tidak ada sehelai baju untuk menutupinya.
"Bukankah kau malas bergerak? Aku akan menjadi tangan dan kakimu seharian ini." jawabnya dengan polos. "Lagipula sayangku, bisakah kau menyingkirkan tanganmu? Aku sudah melihat seluruh tubuhmu. Tidak perlu malu." goda Stanley dengan nada khas yang selalu menindasnya.
Jantung Meisya kembali berdebar-debar saat menyadari mereka menuju ke kamar mandi.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Tentu saja memandikanmu. Kau bilang tidak ingin bergerak."
Meisya menangis dalam hati. Apakah tidak ada cara memutar waktu kembali? Kalau ada bisakah seseorang memberitahunya? Dia pasti tidak akan memakai lingerie ungu itu. Dia pasti tidak akan menunggu Stanley selesai mandi dan tertidur di atas ranjangnya.
Atau apakah mungkin... ada mesin penghapus ingatan? Dia ingin menghapus ingatan Stanley mengenai kegiatan bercinta kemarin malam. Karena dia yakin sekali, setelah ini Stanley tidak akan membiarkannya tidur sendiri.