My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Permintaan Kinsey



Permintaan Kinsey

1Pagi itu, Kinsey segera bersiap mengendarai mobilnya melaju ke Belanda. Dia meminta bantuan Audrey agar tidak ada yang bisa melacaknya dan mengikutinya. Khususnya dari Hillary. Dia cukup merasa lelah mendengar hapenya yang berbunyi tiap jam.     

Begitu tiba di sebuah kota kecil, Kinsey mengikuti arahan Audrey hingga tiba di tempat tujuannya.     

Selenka segera memberitahu penghuni rumah atas kedatangannya. Stanley sudah tahu Kinsey akan datang karena Audrey sudah memberitahunya kemarin malam. Sementara Meisya sama sekali tidak tahu dan menatap suaminya bertanya-tanya.     

"Kurasa dia datang karena pekerjaan. Kau tidak perlu menyambutnya." ujar Stanley sebelum Meisya sempat bertanya.     

"Apa maksudmu aku tidak perlu menyambutnya? Bukankah dia kekasih saudara kembarku? Jika mereka menikah nanti, dia akan menjadi saudara iparku."     

Stanley mengernyit tidak suka akan kalimat istrinya barusan... lebih tepatnya dia merasa bersalah. Dia sempat melupakan kenyataan, bahwa Katie adalah saudara kembar istrinya.     

Meisya terlanjur pergi sehingga tidak menyadari perubahan ekspresi suaminya.     

Meisya segera membuka pintu dan menyambut tamunya dengan penuh hormat.     

"Hai, Tuan Alvianc. Selamat datang ke rumah kami yang sederhana."     

Kinsey ikut tersenyum dan membalas sapaannya.     

"Tolong panggil aku Kinsey saja. Kita sudah menjadi keluarga. Aku harap Stanley memperlakukanmu dengan baik. Terkadang dia sangat menyebalkan. Jika dia menyulitkanmu, jangan sungkan melaporkannya padaku. Aku akan membantumu memberinya pelajaran."     

Kalimat Kinsey membuat Meisya tertawa geli. Sungguh orang yang menyenangkan... sangat berbeda dengan 'seseorang'. Pikir Meisya sambil melirik ke arah suaminya.     

"Apa kau sedang membandingkan kami?" tebak Stanley.     

"Tidak." jawab Meisya sambil mengerling ke arah lainnya... menghindar dari tatapan menyelidik suaminya.     

Stanley hanya menggelengkan kepala melihat sikap istrinya. Setelah menikah selama dua bulan ini, dia terus memperhatikan kebiasaan Meisya. Kini sedikit kurang dia mulai mengerti kebiasaan istrinya.     

"Masuklah. Aku akan menyiapkan makan siang untuk kita." sahut Stanley.     

"Tidak. Aku hanya sebentar. Kita harus bicara." Terdengar nada mendesak dari suara Kinsey membuat Stanley bertanya-tanya.     

"Baiklah. Bagaimana kalau kita bicara di belakang?"     

Kinsey mengangguk menyetujuinya. Dia perlu bicara empat mata dengan Stanley. Dia tidak ingin siapapun termasuk Meisya mendengar pembicaraan mereka.     

"Meimei, jangan ke dapur." ujar Stanley dengan nada serius sebelum berjalan keluar melalui pintu belakang.     

Meisya mengerucutkan bibirnya. Bagaimana suaminya bisa tahu kalau dia hendak ke dapur dan membantunya menyiapkan makan siang?     

Mengingat dia sudah membuat kekacauan ketika ingin membuat sarapan, akhirnya dia mendesah pasrah. Meisya duduk di sofa setelah menyalakan tivi untuk menonton sebuah acara yang sedang populer.     

Sementara itu Stanley dan Kinsey kini berdiri bersebelahan menghadap lautan yang agak membeku akibat suhu dingin yang ekstrim.     

"Ada apa?" tanya Stanley membuka pembicaraan.     

"Tempat ini indah sekali. Tidak heran kau menyukainya."     

"Meimei menyukainya. Kau tahu benar aku benci aroma laut."     

Kinsey tertawa kecil. "Tampaknya kau sudah tidak terlalu membencinya."     

"Entahlah. Disaat aku hampir terbiasa dengan bau asin, air disini sudah membeku. Aku rasa aku harus membiasakan diri begitu es mencair."     

"Siapa yang menduga, seorang Stanley yang memandang semua perempeuan itu racun sanggup berkorban demi menyenangkan hati seorang wanita."     

Stanley memutar matanya malas mendengar gurauan Kinsey. "Kau tidak mungkin datang kemari hanya untuk meledekku kan? Apa yang ingin kau bicarakan? Lagipula, sampai kapan kau mau disini? Kapan kau akan pulang? Kau butuh bantuan memesan tiket untukmu? Ah, itu tidak perlu. Kau memiliki pesawat pribadimu sendiri."     

Kinsey tersenyum sedih mendengar ocehan Stanley. Dia memang terbiasa mendengar ocehan tidak penting dari Stanley yang seringkali membuatnya jengkel. Tapi kini, bukan jengkel yang dirasakannya, melainkan rasa sedih dan takut. Dia takut... akan apa yang akan dilakukan Stanley begitu Katie kembali.     

"Alasan kenapa kau menyuruhku kembali, apa karena aku adalah origin? Karena aku jatuh cinta pada raja merah?"     

"..." Stanley tidak menjawab dan memasang ekspresi datar yang sulit ditebak.     

"Origin dan raja merah tidak bisa bersama. Origin akan mengklaim kekuatan raja merah membuat raja merah kehilangan energi kehidupannya dan mati. Namun jika origin tidak mendapatkan kekuatannya dan terus bersama raja merah, origin yang akan mati. Salah satu dari mereka pasti mati. Kau bermaksud memisahkan kami." kalimat terakhirnya merupakan kenyataan yang tidak bisa dibantah Stanley.     

"Jadi kau sudah mengetahuinya." gumam Stanley datar. "Benar. Aku berusaha membuatmu pergi agar tidak bersama dengan raja merah lagi. Sebelumnya aku tidak mengetahuinya, tapi kini aku tahu bahwa kau akan mati di tangan Katalina, aku tidak akan tinggal diam."     

"Stanley.."     

"Aku berjanji pada nona kedua untuk membawamu pulang dengan selamat. Aku tidak pernah melanggar janjiku." potong Stanley tegas.     

"Jika aku tidak ingin kembali, apa yang akan kau lakukan?"     

"..."     

"Apakah kau akan membunuhnya?"     

"..." Stanley masih menolak untuk menjawabnya.     

"Aku tahu kau bisa membunuhnya dengan mudah. Kau memiliki kemampuan itu. Aku juga tahu kau bisa membunuhnya dan membuatnya seperti sebuah kecelakaan. Aku juga tahu, kau pasti memiliki sesuatu yang bisa melawan kemampuan Tiffany. Tapi aku ingin kau tahu, Katie adalah sebagian hidupku sekarang. Selama dua bulan ini aku merasa menderita tidak tahu keadaannya ataupun bagaimana nasibnya di tempat itu. Tapi aku bisa bertahan karena aku tahu dia masih hidup di suatu tempat. Jika dia tidak ada di dunia ini... aku tidak akan sanggup hidup." Kinsey mengambil napas panjang sebelum menyelesaikan apa yang ingin disampaikannya. Dia sungguh berharap Stanley mengerti perasaannya. "Jangan sentuh dia. Meskipun dia kembali disisiku, jangan sentuh dia."     

"Apa itu sebuah perintah, Tuan Muda Alvianc?" tanya Stanley sarkas.     

Kinsey menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan. Tapi ini sebuah permintaan." Kinsey menundukkan kepalanya dengan tubuh agak membungkuk sedikit seolah memberi hormat. "Kumohon, jangan ambil Katie dariku."     

Sepasang mata Stanley melebar melihat Kinsey membungkuk terhadapnya. Sepanjang ingatannya, Kinsey tidak pernah merendahkan dirinya untuk memohon sesuatu. Apapun yang diinginkan pria itu pasti akan didapatkannya baik secara halus maupun dengan cara keras.     

Kinsey sudah terkenal akan sikapnya yang cuek dan rela menghabiskan uang sebanyak apapun hanya untuk mendapatkan sesuatu yang menarik perhatiannya.     

Kini.. pria itu malah merendahkan dirinya dan memohon pada Stanley?     

Stanley menepuk pundak Kinsey membujuknya untuk menegakkan tubuhnya kembali.     

"Kau meremehkanku Kinsey. Jika aku memang ingin membunuh Katalina, aku tidak akan menyuruhmu pulang kembali dan menunggu kedatangannya. Aku akan membunuhnya diam-diam tanpa sepengetahuanmu. Tapi sekarang berbeda."     

Benar, sekarang berbeda. Jika seandainya Stanley tidak jatuh cinta pada Meisya, dia bisa saja membunuh Katie tanpa ragu begitu gadis itu kembali. Tapi kini dia harus memikirkan perasaan istrinya jika dia harus merenggut nyawa saudara kembarnya. Belum lagi jika seandainya suatu saat nanti, Meisya mengetahui bahwa pembunuh Katie adalah Stanley, dia tidak akan sanggup menghadapi kebencian dari istrinya.     

"Karena Meisya?" tebak Kinsey penuh harap.     

"Karena Meisya." jawab Stanley dengan meyakinkan. "Jika ini memang adalah keputusanmu, aku tidak akan ikut campur. Tapi kau harus memikirkan perasaan nona kedua. Apa yang akan dialaminya jika melihat kakak lelakinya meninggal mendadak dihadapan matanya?     

"Aku tidak akan mati. Jangan mulai mengutukku."     

Stanley memutar matanya sekali lagi. Sikap arogan Kinsey mulai kembali.     

"Baiklah, terserah kau saja. Aku janji dia tidak akan mati di tanganku, tapi aku tidak akan janji aku tidak akan mengunci mulutku. Aku akan memberitahunya kalau kematianmu adalah kesalahannya." lanjut Stanley.     

"Kau.." Kinsey mendesah pasrah tidak ingin berdebat lagi. Yang penting Stanley tidak akan melakukan apapun terhadap Katie. Itu yang terpenting. Hal lainnya, dia akan memikirkannya nanti.     

Karena sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, mereka kembali kedalam. Kinsey langsung memutuskan pamit untuk kembali ke Jerman.     

Meisya terheran-heran. Memangnya ada urusan sepenting apa membuat Kinsey datang ke Belanda dan langsung kembali ke Jerman?     

"Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Meisya.     

"Hm. Semuanya baik-baik saja." jawab Stanley dengan senyumannya yang biasa.     

Meisya mengangkat sebelah tangannya dan menempelkannya ke pipi suaminya dengan lembut.     

"Aku tahu kau bohong. Aku sangat mengenali senyumanmu yang ini. Kemarilah." ujar Meisya lagi kemudian memeluk suaminya dengan erat.     

Stanley terpana akan apa yang dilakukan istrinya. Meisya mengenali senyuman palsunya yang sudah terlatih selama belasan tahun ini? Bagaimana bisa?     

Dan lagi, Meisya memeluknya dengan erat sambil menepuk punggungnya dengan lembut seolah menghiburnya. Stanley tidak pernah merasakan kehangatan seperti ini sebelumnya. Dia merasa tercengang, terharu bahwa ternyata ada orang di dunia ini yang bisa mengerti dirinya.     

Mengetahui Meisya yang selalu menemaninya dan memberi kehangatan dalam keluarga yang belum pernah diberikan siapa-siapa sepanjang hidupnya, bagaimana mungkin dia tega merenggut satu-satunya saudara kandung wanita ini?     

Semuanya akan jauh lebih mudah kalau dia tidak menaruh hati pada Meisya. Semuanya akan mudah kalau seandainya Meisya bukanlah adik dari raja merah. Dia bisa merencanakan pembunuhan berencana melawan Katie dan Kinsey akan tetap hidup dan Stanley bisa menepati janjinya pada Catherine.     

Tapi kini.. Stanley telah menetapkan hatinya. Dia tidak akan melakukan apapun yang bisa membuat Meisya bersedih. Dia tidak akan merenggut sebagian kehidupan sepupunya. Dia juga tidak akan melukai sahabat terbaik yang sudah dianggap seperti saudari dari Catherine.     

Jika dia bersikeras mencelakai Katie, tiga orang yang sudah disayanginya pasti akan membencinya. Stanley tidak ingin menukar ikatan keluarga mereka dengan apapun.     

Pasti ada cara.. sebuah jalan dimana origin dan raja merah bisa hidup berdampingan tanpa harus mati. Dia akan mencarinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.