Mengulur Waktu
Mengulur Waktu
"Ada cara untuk menghentikan perpotongan usiamu."
Itulah yang dikatakan pemuda itu. Tapi pria itu tidak akan memberitahunya sebelum dia selesai melakukan pelatihan dari pria itu.
Pria itu juga berjanji akan memberitahunya apa saja yang diketahuinya di masa kelahirannya tiga puluh dua tahun yang lalu. Karena itu Katie semakin serius menjalani pelatihannya.
Pertama-tama yang harus dia lakukan adalah mencari bentuk perasaan didalam dirinya. Entah itu jenis perasaan positif seperti senang, cinta ataupun emosi negatif seperti marah, takut dan lainnya; Katie harus bisa mengenali bentuk emosinya.
Setelah itu dia harus memisahkan dua jenis emosi yang saling bertentangan. Lalu mengunci segala bentuk emosi negatif disuatu tempat yang tidak bisa dijangkaunya dengan mudah.
Secara teori terdengar mudah, tapi ternyata jauh lebih sulit yang diperkirakan. Tidak hanya dia tidak bisa mengenali bentuk emosinya, dia bahkan terbawa arus emosi negatif dirinya sendiri.
Tiap kali dia mencoba mencari emosi negatif, sekelebat bayangan dia hendak diperkosa empat anak buah Aiden selalu muncul membuatnya trauma. Atau disaat dia tinggal di Iowa dimana dia dibuli oleh teman-teman sekolahnya. Semua kenangan buruk selalu muncul dibenaknya membuatnya takut dan putus asa.
Pemuda yang diketahui bernama Vasco harus berulang kali menepuk pundaknya untuk membuyarkan konsentrasinya. Jika Katie terjebak dengan emosi negatifnya sendiri, maka Katie tidak akan lagi merasakan kebahagiaan dan menjadi benci terhadap segala isi dunia ini.
Karena Katie tidak merasa lelah atau lapar, dia sanggup bermeditasi selama berjam-jam. Hingga di hari ke-sepuluh, Katie berhasil mengenali bentuk emosinya.
Emosi positif berbentuk garis halus yang berlingkuk-lingkuk menyerupai jalanan seperti padang belantara. Sementara emosi negatif berbentuk lingkaran yang dipenuhi duri disekelilingnya.
Langkah selanjutnya adalah bagaimana cara agar Katie bisa menyembunyikan lingkaran berduri tersebut tanpa harus merasakannya. Percobaan pertama gagal dan lagi-lagi dia diliputi emosi negatifnya sendiri dan hampir terjebak didalamnya kalau Vasco tidak kembali menyadarkannya. Begitu terus hingga selama dua minggu barulah dia berhasil.
Setelah itu, Katie baru diajarkan untuk mengendalikan elemen disekitarnya. Bukan hanya air saja, tapi angin dan juga tanah dibawah kakinya. Hal baru yang belum pernah diajarkan oleh siapapun sebelumnya.
Katie merasa tercengang dan antusias untuk belajar sesuatu yang baru. Katie tahu terkadang angin disekitarnya akan bereaksi mengikuti perasaannya. Ketika dia merasa dalam bahaya, angin akan berhembus kencang mengelilinginya hingga membentuk seperti bola yang besar.
Dia sama sekali tidak tahu kalau sebenarnya dia bisa mengendalikan angin tanpa harus menunggu situasi bahaya.
Angin di tempat itu sangat bersahabat dan tampaknya sangat menyukai Katie. Karena itu dia tidak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk mengendalikan angin sesuka hatinya.
Disaat itu pula, Katie mendengar suara jeritan yang menyedihkan.
'Tolong aku!'
Konsentrasi Katie buyar seketika dan mencari sumber suara tersebut.
"Gadis kecil, apa yang kau lakukan? Tetap fokus." ujar Vasco.
"Kau tidak mendengarnya?"
"Mendengar apa?"
"Ada suara yang meminta tolong."
Tepat Katie menyelesaikan kalimatnya, awan di atasnya berubah menjadi mendung. Bukankah ini pertama kalinya langit berubah warna? Bukankah langit tidak akan berubah gelap jika Katie tidak menginginkannya? Kenapa sekarang berubah mendung?
"Kau pernah bertemu dengan adikmu sebelumnya?"
Pertanyaan Vasco membuyarkan lamunannya. Katie pernah bertemu dengan adik kembarnya? Benarkah? Kapan?
"Aku tidak tahu kalau aku punya adik, bagaimana aku bisa bertemu dengannya?"
"Adikmu adalah wadahmu. Jika kau tidak pernah bertemu dengannya.. bukan. Jika kau tidak pernah bersentuhan dengannya, dia tidak akan menjadi wadahmu. Kenyataan kau bisa mendengar suaranya, itu berarti kalian sudah pernah bertemu satu kali. Dan.. dia dalam bahaya sekarang."
Wajah Katie pucat mendengar kalimat ini. Suara yang didengarnya adalah suara adiknya? Dan suara itu menjerit meminta bantuan?! Ada apa ini? Apa yang terjadi pada adiknya?
'Siapapun, TOLONG AKU!'
"Apa yang harus aku lakukan? Aku mendengar suaranya lagi." Katie mulai panik dan sama sekali tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.
"Tenang. Aku akan menuntunmu. Sekarang, fokuskan energimu lebih dulu. Karena kau sudah pernah bertemu dengannya, ini akan mudah."
Katie menuruti apa saja yang diperintahkan. Disaat dia merasa tubuhnya melayang, Katie membuka matanya perlahan-lahan. Matanya membelalak lebar tidak percaya apa yang dilihatnya.
Dia melihat belasan, bahkan mungkin puluhan orang di dalam sebuah ruangan gelap. Ada seorang wanita yang dipaksa meminum sesuatu dari botol. Sekali lihat saja dia tahu maksud tidak baik dari pria yang meminumkan sesuatu.
Napas Katie memburu menyadari dia pernah mengalami hal yang mirip sebelumnya. Dia diculik Aiden, dan nyaris diperkosa oleh pria itu. Dia bahkan tidak menduga dia bisa selamat dari semua itu.
Dan kini dia harus melihat adegan yang sama? Terhadap adiknya pula?!
Sepasang mata amber Katie perlahan berubah menjadi merah darah, lalu melangkah mendekat untuk melihat wajah-wajah disekitarnya lebih jelas.
Dia melihat seorang wanita terbaring sambil terbatuk-batuk. Warna rambutnya merah apel persis seperti rambutnya. Wajahnya sangat mirip dengannya, tidak begitu mirip, tapi orang lain pasti bisa melihat kemiripan mereka.
Oh.. bukankah wanita ini adalah putri Meisya? Bukankah dia anak perempuan raja? Kenapa putri ini bisa menjadi adik kembarnya?
Hanya saja Katie tidak memiliki waktu untuk mencari jawaban ketika melihat seorang pria berusia sekitar pertengahan empat puluhan mulai menyentuh Meisya dengan berani.
Berani sekali dia! Tidak ada siapapun yang boleh menyentuh adiknya! Dia tidak akan membiarkan adiknya mengalami trauma yang sama dengan dirinya!
Katie mengikuti instingnya untuk melindungi Meisya dan mengeluarkan sebuah gelombang kasat mata dari tubuhnya. Saat itu pula, pria tua itu berhenti bergerak.
Katie tidak tahu apa yang baru saja dia lakukan, tapi dia melakukan hal yang sama pada pria lain yang kini menunggangi adiknya. Dia akan melakukannya terhadap tiap-tiap orang yang hendak menyakiti adiknya.
Tidak lama kemudian, Katie mendengar suara tembakan dan satu-persatu orang disekitarnya tumbang. Katie tetap berdiri disana hingga dia melihat wajah penembak tersebut dengan jelas.
Stanley? Benarkah itu Stanley? Dia ingat saat pertama kali dia bertemu dengan Stanley, pria itu memasang senyum lebar. Sikapnya sangat ramah dan terkadang kekanak-kanakan.
Tapi apa yang dilihatnya saat ini sangat berbeda dengan apa yang diingatnya. Stanley yang sekarang seperti... mirip seperti Vasco ketika ingin membunuhnya.
Sinar mata yang mengerikan, ekspresi gelap yang hendak menerkam siapapun didepan matanya.
Abu-abu. Warna kehidupan Stanley adalah abu-abu membuatnya sadar... Stanley memang bukan orang yang dia inginkan untuk dijadikan musuh.
Namun, jika seandainya Stanley hendak menyakiti Meisya, Katie akan selalu siap berhadapan dengan pria menakutkan ini.
Diluar dugaannya, Stanley malah merengkuh Meisya dengan erat. Dia bahkan membunuh pelaku yang hendak memperkosa adiknya tanpa ampun. Karena itu Katie mengurungkan niatnya untuk menahan pergerakan Stanley seperti apa yang dilakukannya pada dua pria sebelumnya.
Katie masih tidak bergerak karena penasaran apa yang akan dilakukan Stanley berikutnya. Dia bahkan masih sempat mendengar percakapan Stanley dengan seorang pria misterius yang entah muncul darimana.
Katie sempat mendengar BZO dari Stanley. Dan entah kenapa semakin lama dia mendengar suara pria yang diduga adalah anggota BZO, Katie semakin merasa tidak asing.
Katie berjalan mendekati pria BZO tersebut. Dia bahkan mengikutinya keluar disaat pria itu melompat menuju pintu keluar. Katie sempat melihat punggung pria itu dan hampir melihat wajahnya dengan jelas saat sebuah kabut menaunginya membuatnya tidak bisa melihat.
Secara perlahan Katie kembali membuka matanya dan sadar dia sudah kembali di tempat pelatihannya.
"Bagaimana? Kau berhasil menyelamatkannya?" tanya Vasco dengan sebelah alis terangkat
"Aku berhasil mengulur waktu." jawab Katie singkat menyembunyikan kenyataan dia mendengar nama BZO.
Dia ragu Vasco mengetahui soal BZO. Kalaupun tahu, pria itu juga tidak akan memberitahunya sebelum dia selesai dengan pelatihannya.
"Bagus. Sekarang kita kembali pada pelatihan kita. Waktumu semakin menipis."
Katie hanya bisa menyetujuinya. Sebenarnya dia sangat penasaran mengenai BZO dan juga kenyataan bahwa dia dan Meisya adalah anak kembar. Dia ingin tahu, dia ingin segera menemukan jawabannya.
Tapi Vasco tidak akan memberinya jawaban apa-apa sampai dia berhasil memunculkan pelangi selama tujuh hari berturut-turut.
Itulah syarat yang diberikan pria itu. Memunculkan pelangi dalam satu hari saja sudah cukup sulit, apalagi ini memunculkan pelangi sebanyak tujuh kali dalam tujuh hari. Jika dia gagal di tengahnya, dia harus mengulang dari nol lagi.
Sebelum itu, dia harus bisa memisahkan antara emosi negatif dan positif serta menguasai elemen disekitarnya. Kalau belum bisa menguasai dua hal itu, sampai kapanpun pelangi tidak akan muncul.
Sebelumnya dia merasa hampir menyerah karena pelatihan yang dijalaninya termasuk mustahil baginya. Tapi kini, dia memiliki sebuah motivasi untuk bertahan.
Meisya. Cukup tahu bahwa Meisya adalah adik kembarnya, membuatnya untuk tidak menyerah.
"Aku tidak sabar ingin bertemu denganmu lagi, Meisya." gumamnya berharap hari itu akan segera tiba.