My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Pelajaran Pertama



Pelajaran Pertama

3"Apa saja yang sudah kau pelajari mengenai kekuatanmu?"     

Itulah hal pertama yang diajukan setelah pemuda itu memutuskan untuk melatihnya.     

"Uhm.. aku bisa mengendalikan cuaca. Aku juga bisa berkomunikasi dengan para binatang. Lalu, aku bisa memanfaatkan elemen air untuk menyembuhkan luka."     

"Lalu?"     

"Lalu..." Katie mencoba mengingat-ingat apa saja yang bisa dilakukannya dengan kekuatannya. Selain mengendalikan cuaca dan penyembuhan, hal apa lagi yang bisa dilakukannya? Sepertinya tidak ada. "Memangnya ada lagi selain itu?"     

Pemuda itu mendesah pelan. "Kau bilang Dimitri yang mengajarimu bermain pisau. Apakah dia tidak bilang apa-apa mengenai kekuatanmu?"     

Kali ini gantian Katie yang mendesah. "Umbra bahkan tidak bilang kalau aku ini adalah raja merah. Aku menyadari aku bukan anak biasa saat berusia sebelas tahun."     

"Kalau begitu untuk apa kau kemari? Lebih baik kau tetap tinggal di rumahmu saja. Kau tidak cocok menjadi raja merah."     

Nah, kalimat yang ini barulah menyinggungnya.     

"Aku tahu aku tidak cocok jadi raja merah. Mereka bilang hatiku terlalu lembut untuk menjadi raja merah. Tapi, apakah salahku? Tidak ada yang meminta untuk terlahir jadi raja merah. Kalau bisa, aku juga ingin terlahir normal seperti anak lainnya." gerutu Katie dengan nada sarkas.     

"Baiklah. Terserah kau saja. Kenyataan kau bisa masuk ke tempat ini, itu berarti kau sudah bisa melihat warna kehidupan. Kalau kau bisa melihat warna kehidupan, itu berarti sumber energi kehidupan telah memberimu akses penuh untuk menggunakan kekuatannya secara maximum. Jadi.."     

"Tunggu dulu! Memangnya tempat apa ini? Apa itu warna kehidupan? Akses penuh? Memangnya selama ini aku belum menggunakan sepenuhnya? Lagipula, kau ini siapa? Aku tidak tahu apakah aku harus mempercayaimu atau tidak."     

Pemuda itu mengambil napas panjang sebelum menjawab pertanyaannya dengan sabar.     

"Pertama-tama, namaku tidak penting. Terserah kau mau memanggilku apa. Kedua, tempat ini adalah tempat spesial yang bisa membantu seorang raja merah menyeimbangkan kekuatannya dengan alam secara maksimal. Jika kau berhasil menyeimbangkan energi raja merah dengan energi dirimu sendiri, kau tidak akan mudah capek atau pingsan disaat kau selesai menggunakan tenagamu."     

"Sebagai contoh disaat kau menyembuhkan luka kakimu. Jika kau bisa mengambil porsi energi raja merah tanpa melibatkan energimu sendiri, kau tidak akan merasa lelah dan jatuh pingsan. Tempat ini memiliki gravitasi serta suhu yang sangat pas untuk dijadikan pelatihan raja merah. Lebih tepatnya, tempat ini adalah tempat kelahiran sumber energi kehidupan penguasa alam di dunia ini."     

"Satu lagi yang unik dari tempat ini. Jika raja merah tidak datang ke tempat ini, maka jangan harap dia bisa menguasai seluruh kekuatannya hingga mencapai titik potensialnya."     

Katie membelalak mendengar penjelasan ini. Dia sama sekali tidak menduga akan mendengar jawaban yang seperti ini.     

"Apa kau tidak merasakannya? Angin yang berhembus disekitarmu, getaran tanah dibawah pijakan kakimu... semuanya terasa ringan dan menenangkan. Jika alam semesta berniat melindungimu, maka tidak akan ada yang bisa melukaimu. Tapi sebaliknya, jika alam membencimu, kau akan diusir keluar atau para binatang yang akan menerkammu."     

Katie menelan ludah mendengarnya. Tempat ini terdengar menyenangkan sekaligus mengerikan.     

"Apa saat ini alam membenciku?" tanya Katie ragu-ragu.     

"Jika memang alam ingin membunuhmu, sedari awal mereka tidak akan membawamu masuk kemari."     

"Tapi kau ingin membunuhku."     

"Itu.. aku tidak akan membantahnya. Tapi percayalah, sekarang sudah tidak. Aku tidak ingin membunuhmu ataupun melukaimu. Yang kuinginkan sekarang adalah mengusirmu keluar dari tempat ini secepatnya."     

Katie bergerak menjauh dengan waspada. Seperti yang diduganya, tidak mungkin orang bisa berubah begitu cepat. Orang ini masih membencinya.     

"Kau tidak perlu mengusirku. Beritahu aku jalan keluarnya, aku akan pergi dengan senang hati."     

Pemuda itu tertawa meledek. "Jika keluar masuk ke tempat ini begitu mudah, maka sudah pasti banyak manusia biasa datang memenuhi tempat ini. Berbeda dengan caramu masuk. Alam yang membawamu kemari, tapi kau harus membawa dirimu sendiri untuk keluar. Satu-satunya cara untuk melakukannya adalah menggunakan kekuatanmu."     

"Sayangnya, dengan kekuatanmu saat ini.. kau tidak akan bisa keluar meski kau mengitari tempat ini puluhan kali."     

"Aku tidak percaya itu. Lalu bagaimana denganmu? Bukankah kau bisa keluar masuk dengan sesuka hatimu?"     

"Aku? Tempat ini begitu damai dan aman. Tidak akan ada yang menggangguku disini. Kenapa aku ingin keluar? Lagipula.. aku tidak bisa keluar dari tempat ini. Hanya raja merah yang bisa membawaku keluar dari tempat ini. Kecuali.. aku membawa kepala raja merah dan menyebarkan darahnya disekitar tepi danau, maka jalan keluarnya akan muncul."     

Trang! Katie tidak sengaja menyenggol sebuah vas hingga terjatuh ke bawah. Untungnya vas itu tidak terbuat dari bahan yang mudah pecah sehingga vas tersebut tidak retak saat bertubrukan dengan lantai yang padat dan keras.     

Alasan kenapa Katie menyenggol vas disebabkan dia melangkah mundur menjauhi pemuda itu karena kalimat terakhirnya yang begitu menakutkan. Tanpa sengaja sikunya menyikut vas yang ada di sebelah kirinya saat melangkah mundur.     

Katie sama sekali tidak mengerti bagaimana bisa ada orang yang membuat kesan seperti orang baik hati sekaligus memancarkan aura membunuh disaat yang sama. Ah, seandainya dia bisa mendengar suara Tiffany.. mungkin dia bisa tahu gelagat orang ini kapan berbohong atau sedang bersungguh-sungguh akan ucapannya.     

Tiffany? Tiffany! Katie langsung teringat gelang yang sudah dia temukan di sarang tupai. Gara-gara diserang anak muda ini, gelangnya kembali menghilang. Dia harus mencarinya sebelum matahari terbenam.     

"Aku pergi keluar sebentar." gumam Katie pelan setelah meletakkan kembali vas yang disenggolnya. Dia juga memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri.     

Katie tiba di tempatnya menjatuhkan gelang titanium miliknya. Dia segera melengok mencari diantara rerumputan dengan teliti. Sayangnya, dia sama sekali tidak menemukan apa-apa.     

"Apa ini yang kau cari?"     

Katie berbalik dan pandangannya langsung terarah ke sebuah gelang titanium yang sedang dipegang oleh pemuda itu.     

"Itu gelangku. Kembalikan padaku." Katie mencoba berusaha untuk bersikap baik. Dia terdengar sopan dan ramah tidak peduli lagi apakah lawan bicaranya jauh lebih muda darinya atau tidak. Yang ada dipikirannya hanya gelang itu. Dia harus mendapatkan gelang itu kembali tidak peduli apapun caranya.     

"Aku akan mengembalikannya padamu jika kau memberitahuku arti gelang ini."     

Katie menggigit lidahnya frustrasi. Mana mungkin dia bilang kalau gelang itu adalah program digital yang bisa berkomunikasi dengannya? Kinsey serta Stanley memperingatkannya untuk tidak memberitahu siapapun mengenai keberadaan Tiffany.     

"Itu.. pemberian dari orang yang kucintai."     

Seketika ekspresi pemuda dihadapannya menjadi dingin. Dia melempar gelang ke arahnya dengan kasar.     

"Lupakan saja dia. Cepat atau lambat dia akan berbalik mengkhianatimu."     

Katie tahu itu. Melihat foto dari ponsel Hillary, mendengar segala macam tuduhan terhadap Kinsey, belum lagi kenyataan Kinsey menolak dan membuang surat ungkapan isi hatinya enam tahun silam; sudah membuatnya sangat sedih dan depresi.     

Dia tahu cepat atau lambat Kinsey akan meninggalkannya. Tapi untuk saat ini... dia ingin mempercayai Kinsey. Dia ingin percaya bahwa perasaan Kinsey kali ini adalah tulus.     

"Mungkin itu benar. Tapi itu bukan berarti kau berhak mencampuri urusan kami."     

Pemuda itu mendengus sarkas dan menolak bicara lagi.     

Katie segera memasangkan gelangnya. Begitu gelangnya terpasang, sebuah suara muncul di kepalanya.     

"Katie, kau berhasil! Sebagai tambahan, orang ini benar-benar berubah. Aku sama sekali tidak mendeteksi niatan jahat untuk mencelakaimu. Sangat berbeda dengan sebelumnya."     

Barulah Katie bisa merilekskan ototnya yang sudah tegang seharian ini.     

"Baiklah, aku mendengarkan."     

"Apanya?"     

"Bukankah kau bilang kau akan melatihku? Aku terima tawaranmu. Kapan kita akan mulai?"     

Sebelah alis pemuda itu terangkat. Dia merasa heran betapa cepatnya gadis kecil dihadapannya berubah pikiran. Bukankah sebelumnya gadis itu masih memandanginya dengan penuh curiga? Kenapa sekarang gadis itu tidak curiga lagi?     

"Baiklah. Kita bisa mulai besok. Untuk hari ini, ada banyak hal yang harus kau ketahui mengenai kekuatanmu sendiri. Aku tidak percaya aku harus melatih anak kecil dari awal."     

"Hei! Aku bukan...!" Katie terdiam seketika saat merasakan aura wibawa pada anak muda itu.     

Aneh sekali.. Katie yakin pemuda itu tidak lebih tua darinya, tapi kenapa dia mendapat kesan pemuda itu malah jauh diatas usianya?     

"Lagipula, kau harus mengganti pakaianmu terlebih dulu. Pakaian macam apa itu? Kau bisa memakai pakaian yang didalam kamar tadi. Pilih saja yang kau sukai."     

"..." Sabar. Yang sabar. Ucap Katie pada dirinya sendiri.     

Padahal pakaian yang dipakainya adalah gaun mahal yang sangat modern sementara pakaian pemuda itu sangat kuno dengan atasan berumbai-rumbai serta celana kulit yang ketat.     

"Pertama-tama, aku akan memberitahumu pengetahuan dasar yang sudah diketahui banyak orang."     

Katie kembali fokus terhadap ucapan pemuda itu dan tidak lagi merasa marah.     

"Kekuatan pesona. Apakah kau bisa mengendalikan kekuatan pesonamu dengan sempurna?"     

Katie mengerjap-ngerjap tidak mengerti. Kekuatan pesona apa yang dimaksud? Dia punya kekuatan pesona? Sejak kapan?     

Pemuda itu mendesah berat kemudian secara singkat menjelaskan seperti apa cara kerja kekuatan pesona yang dimiliki Katie.     

Mendengar penjelasan ini membuat Katie pucat. Jadi selama ini, orang-orang yang bersikap baik padanya karena hasil kekuatan pesonanya? Ode, Egon serta suku Oostven lainnya menyayanginya karena jebakan kekuatan pesonanya?     

Lalu bagaimana dengan Kinsey? Apakah Kinsey mencintainya juga karena pesonanya? Tidak heran jika Kinsey membuang suratnya enam tahun yang lalu. Pria itu sudah tidak memiliki perasaan yang sama karena sudah tidak bertemu dengannya.     

Selama dia tidak bertemu dengan Kinsey, lambat laun efek pesonanya akan pudar dan Kinsey tidak lagi mencintainya.     

Katie merasa murung dan sekali lagi hatinya diliputi kesedihan yang mendalam.     

"Kau memikirkan kekasihmu?" tebak pemuda itu. "Sudah kubilang lupakan dia. Cinta seorang raja merah tidak akan berhasil. Tidak akan pernah. Raja merah yang sebelumnya meninggal juga karena dikhianati cinta."     

Katie tidak lagi membantah atau memprotesnya. Dia tidak lagi membela Kinsey dihadapan pemuda itu. Seharusnya dia tidak perlu ragu lagi, seharusnya dia sudah tahu perasaan Kinsey sesungguhnya terhadapnya. Tapi dia tidak bisa tidak goyah saat memikirkan kemungkinan Kinsey mencintainya hanya karena terpicu oleh kekuatan pesonanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.