Kebenaran Masa Lalu
Kebenaran Masa Lalu
Ada sebuah gembok dengan tiga digit yang bisa diputar mengunci sebuah penahan agar tidak ada yang bisa membukanya.
'Kodenya adalah hari kelahiranmu'
Sebuah catatan kecil diselipkan diantara hiasan yang tercetak di sampul buku tersebut.
Stanley serta Meisya sama-sama menebak buku yang ditemukan mereka berisi suatu rahasia penting.
"Apa mungkin seseorang telah melakukan kesalahan? Ini bukan milikku." ujar Meisya.
"Coba saja buka dengan menggunakan tanggal lahirmu. Mungkin kakakmu sengaja menyembunyikannya ditumpukan bola kaca agar tidak ada yang curiga."
Meisya menurutinya dan memutar tiga angka sesuai dengan hari kelahirannya. Sesuai dugaannya, kuncinya tidak mau terbuka.
"Pasti ada kesalahan. Tidak mau terbuka kan?"
"Coba gunakan 318."
Walau penuh bertanya-tanya, Meisya tetap menuruti ucapan suaminya. Diluar dugaannya, kunci tersebut terbuka.
Lain dengan Meisya, Stanley sama sekali tidak terkejut. Stanley sudah tahu Meisya adalah saudara kembar sang raja merah. Tentunya akte kelahiran Meisya yang dulu pernah diretasnya juga telah diubah untuk mengelabui semua orang.
Tanggal lahir keduanya yang sebenarnya adalah tiga puluh satu Agustus, sehari setelah sang origin lahir.
Kenyataan Dieter menyelipkan buku ini dengan tanggal kelahiran Meisya sebagai kuncinya, apakah itu mungkin.. Dieter juga mengetahui bahwa Meisya adalah saudara kembar raja merah?
Apakah itu berarti Dieter juga tahu kalau Katalina adalah raja merah? Hingga saat ini dia masih belum tahu apakah Dieter akan memihak Katie ataukah menentangnya. Sebaiknya dia segera memberitahu Kinsey mengenai Dieter.
"Aneh sekali. Hari kelahiranku bukan di bulan Agustus. Sepertinya ini memang bukan ditujukan untukku."
"Tidak. Ini memang ditujukkan untukmu."
"Darimana kau bisa yakin? Lagipula, bagaimana kau tahu kode membuka kunci ini?"
"Aku tidak tahu. Instingku mengatakan mungkin kau akan menemukan jawabannya saat membacanya."
Meisya menatap kembali ke arah buku tebal yang dibawanya. Ini pertama kalinya dia memegang sebuah buku kerajaan. Biasanya buku yang diukir lambang kerajaan berisi suatu kebenaran yang sangat rahasia dimana hanya seorang raja yang mengetahuinya.
Jika ini adalah buku yang sama seperti yang diduganya, kenapa Dieter memberikan buku ini padanya? Dia bukan raja, dia bahkan sudah bukan putri kerajaan lagi. Kenapa Dieter menyerahkan buku sepenting ini padanya?
"Stanley, maukah kau menemaniku membacanya?"
"Tidak masalah. Tapi bukankah ini rahasia penting keluargamu? Kau yakin aku boleh membacanya."
"Kau adalah suamiku sekarang. Aku tidak ingin menyembunyikan apapun darimu. Lagipula.. sebenarnya, aku agak takut kalau harus membacanya sendirian."
Stanley tersenyum lembut sebelum mengiyakan permintaannya.
"Baiklah. Sebaiknya kita bereskan ini dulu. Lalu kita bisa duduk santai di bawah sambil membacanya. Bagaimana?"
Meisya langsung menyetujuinya dan segera membuka bungkusan koran pada bola kaca yang tersisa.
Setelah bola kaca disusun rapi di kabinet, keduanya turun ke bawah sambil bergandengan tangan.
Lebih dari rasa penasarannya akan buku tebal pemberian kakaknya, Meisya merasa momen bersama suaminya jauh lebih berharga daripada apapun. Dia berharap, dia bisa bersama dengan suaminya seperti ini setiap hari.
Meisya sama sekali tidak memikirkan mengenai buku tebalnya. Dia hanya menikmati kehangatan tangan suaminya. Jadi dia sama sekali tidak sadar telah membiarkan Stanley menuntunnya untuk duduk di posisi yang diinginkan pria itu.
Tahu-tahu saja, saat Meisya kembali keluar dari dunia lamunannya, dia sudah duduk di sofa dengan nyaman... dalam perangkap suaminya!
"Uhm.. apakah kita harus duduk seperti ini? Kita bisa duduk bersebelahan kan?"
"Leher kita akan mengalami sakit kalau menoleh ke samping dalam waktu yang lama. Duduk seperti ini lebih nyaman dan enak."
Enak bagimu.. tapi tidak enak bagiku. Keluh Meisya dalam hati.
Bagaimana tidak? Semenjak Meisya sadar akan posisi duduknya, jantungnya tidak mau berhenti dan wajahnya memanas. Entah kenapa suhu ruangan menjadi super duper panas.
Pasalnya, Stanley berhasil memperdayanya dengan menuntunnya duduk tepat didepan Stanley dengan dua kaki Stanley dimasing-masing sisi paha Meisya. Belum lagi, lengan pria itu yang kembali melilit perutnya seperti ular dengan erat mencegahnya untuk kabur.
Tidak hanya itu saja, Stanley menopangkan dagunya di atas sebelah bahunya. Tiap kali pria itu bicara dengan suara beratnya, telinganya merasa geli dan hembusan napas pria itu membuat Meisya seperti tersengat listrik. Rasanya tidak nyaman tapi menyenangkan.
Sungguh suatu perasaan yang aneh! Meisya sama sekali tidak mengerti perasaannya sendiri. Dia bahkan sama sekali tidak tahu bagaimana harus menghadapi suaminya yang selalu melengket seperti perangko.
"Meimei, kapan kita akan mulai membacanya?"
Deg..deg..deg.. Rasanya jantung Meisya ingin melompat saja ketika bibir pria itu sempat menyentuh daun telinganya.
"Berhenti menggodaku. Aku tidak akan bisa konsentrasi kalau kau terus menggngguku." omel Meisya karena sudah tidak kuat membiarkan jantungnya terus berdetak liar seperti ini.
Stanley tertawa kecil mendengar omelannya. Dia melonggarkan pelukannya dan memiringkan wajahnya.
"Aku berhenti. Aku janji tidak akan mengganggumu sampai selesai membacanya." jawab Stanley sembari mengangkat kedua tangannya seperti sedang berpose menyerah.
Meisya merasa lega karena ucapan pria itu bisa dipercaya. Stanley selalu melakukan apa yang diucapkannya. Lalu dia menyadari sesuatu.
Meisya mendelik ke arah suaminya dengan jengkel.
"Kau juga tidak boleh menggangguku meski sudah selesai membaca!"
Stanley tertawa lepas mendengarnya. Makin lama istrinya semakin pintar menghadapinya.
"Iya, iya. Kalau begini terus, kapan mulainya?" sahut Stanley sambil menepuk lembut puncak kepala Meisya. "Ayo buka bukunya. Aku juga sangat penasaran."
Meisya memasang wajah cemberut. Dia tahu suaminya pasti tidak akan berhenti menggodanya setelah ini. Akhirnya dia hanya pasrah dan membuka buku tersebut dan membaca halaman pertama.
Kedua mata Meisya melebar saat selesai membaca beberapa halaman. Bahkan Stanley yang tadinya masih tersenyum sisa kelucuan ekspresi istrinya, juga ikut terdiam dan membacanya dengan serius.
Untuk beberapa saat keduanya saling bertukar pandang dengan serius.
"Apa.. kau tahu hal ini?"
"Hanya sedikit yang aku tahu."
"Alasan kau menculikku.."
"Aku tidak pernah berencana menculikmu. Tugasku hanyalah mengambil sebuah sampel untuk dijadikan bahan pencocokan DNA."
"Hasilnya?"
"Kau memang adalah putri kandung Keisha, saudara kembar raja merah."
Napas Meisya serasa tercekat mendengarnya.
Dia memang menyayangi Keisha dan menganggapnya seperti ibunya sendiri. Apalagi wanita itu juga memperlakukannya seperti anaknya sendiri.
Tapi dia sama sekali tidak menduga seumur hidupnya bahwa dia adalah anak kandung yang dilahirkan Keisha. Apalagi dirinya adalah saudara kembar raja merah?
Dari antara orang yang berkuasa di dunia ini, satu-satunya orang yang paling ingin dihindari Meisya adalah raja merah.
Sejak zaman purbakala hingga sekarang.. semua orang disisi raja merah berakhir dengan tragis. Hidup mereka dipenuhi penderitaan dan keputusasaan.
Dia malah sering berdoa tiap malam agar raja merah yang sekarang segera ditemukan dan dikendalikan. Dengan begitu, kekuatan raja merah tidak akan lepas kendali di waktu yang tidak diinginkan.
Meski merasa simpati terhadap Keisha serta putrinya, Meisya tidak mau mengambil resiko membiarkan raja merah hidup bebas diluar sana.
Sekarang... Meisya merasa dirinya ada di dasar jurang tak bercahaya. Seumur hidupnya dia tidak ingin bertemu dengan raja merah... kini harus dipaksa menerima kenyataan bahwa dirinya adalah saudara kembar raja merah.
Sakit.. hatinya terasa sakit.
"Stanley.. apa... apa kau bermaksud memihak raja merah?"
"..." untuk beberapa saat Stanley tidak menjawab.
Melihat dari raut muka Meisya, Stanley menduga istrinya sangat tidak suka berhubungan dengan raja merah. Untungnya, hingga sampai halaman yang sedang mereka baca, tidak ada info khusus yang memberitahukan identitas raja merah sesungguhnya.
Karena itu, Meisya sama sekali tidak tahu kalau Katie adalah saudara kembarnya. Meisya tidak tahu kalau Katalina yang pernah bertemu dengannya di Munchen adalah raja merah.
"Kau tidak harus membacanya kalau kau tidak ingin." ujar Stanley berikutnya. "Terkadang, tidak tahu apa-apa juga merupakan sebuah berkah."
"Jika.. jika aku memintamu untuk tidak terlibat dengan raja merah, apa kau akan melakukannya?"
Untuk pertama kalinya, Stanley merasa berat untuk menjawab sebuah pertanyaan.
"Maaf. Aku tidak bisa melakukannya."
Meisya menatap ke buku diatas pangkuannya dengan hati berat.
"Aku akan membacanya sampai selesai."
"Meimei, kau tidak harus memaksa dirimu."
"Aku tidak bisa menghentikanmu untuk tidak terlibat dengan raja merah. Setidaknya aku ingin tahu apa yang bisa kulakukan untuk memastikan kau baik-baik saja. Lagipula, jika memang Keisha adalah ibu kandungku, jika raja merah memang adalah kakak kandungku... meski aku tidak ingin terlibat dalam kekuasaan raja merah, aku tidak bisa berdiam diri meninggalkan keluargaku. Aku ingin tahu kebenaran masa lalu yang sebenarnya. Aku ingin tahu apa yang terjadi. Kenapa aku dialihkan menjadi anak selir? Kenapa aku harus berpisah dari saudara kembarku? Kenapa Keisha ditahan di kastil cabang? Aku ingin tahu semuanya."
Stanley tersenyum tipis mendengarnya. Dia memeluk istrinya serta memberi kecupan ringan di puncak kepalanya.
"Aku akan disini. Aku akan menemanimu."
Meisya menyenderkan kepalanya didada Stanley merilekskan ototnya yang sempat tegang. Tadinya dia memang merasa takut jika harus mengetahui rahasia yang akan terungkap ini. Dia merasa hidupnya tidak akan sama lagi begitu selesai membaca halaman terakhir buku ini.
Tapi Stanley ada disisinya. Pria itu akan menemaninya menghadapi kebenaran masa lalu. Ketakutan serta kegelisahan yang dirasakannya lenyap seketika begitu merasakan kehangatan dibelakang punggungnya. Meisya merasa dirinya telah siap mengetahui rahasia kelahirannya yang sebenarnya.
Sementara itu di tempat lain, Katalina sedang bersiul senang sambil memainkan dedaunan yang melayang tepat di atas telapak tangannya.
"Gadis kecil, kenapa kau tidak menari? Kutinggal tidur sebentar saja dan kau bermalas-malasan seperti ini."
Mungkin karena sudah tidak ada lagi emosi negatif yang dirasakannya, Katie sama sekali tidak tersinggung ataupun marah mendengar tuduhan itu.
Katie meniup dedaunan yang dimainkannya dan membiarkan angin membawa mereka semua. Kemudian Katie menunjuk ke arah atas dengan jari telunjuknya.
Orang yang tadi menuduhnya sedang bermalasan melihat ke arah langit yang cerah. Disana dia melihat tujuh warna yang berbeda membingkai langit dengan sempurna.
"Bagaimana?" tanya Katie dengan antusias. "Aku berhasil memunculkan pelangi tujuh hari berturut-turut. Sebagai tambahan, hari ini aku tidak perlu melakukan ritual tarian itu lagi."
Orang tersebut mengangguk kepala tanda mengerti. "Kau boleh juga. Tidak ada lagi yang perlu kuajarkan."
"Kau berhutang penjelasan padaku. Kau berjanji akan memberitahuku semuanya setelah aku berhasil memunculkan pelangi selama tujuh hari."
"Baiklah. Tapi sebelumnya biarkan semuanya merayakan ini dulu."
Katie tersenyum lebar sambil menikmati hembusan angin yang menari disekitarnya. Terdengar suara burung yang menyanyi riang seperti sedang merayakan sesuatu. Tentu saja mereka merayakan sesuatu. Mereka semua merayakan hari ini Katie resmi menjadi raja merah yang mengendalikan alam. Dia bisa mengendalikan kekuatannya tanpa harus melibatkan emosinya.
Kalau diingat lagi, bagaimana Katie bisa berada di tempat ini?