My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Cemburu



Cemburu

1Disaat Meisya berjalan menjauh bersama Dieter, Stanley tergoda menyuruh Bella untuk memantau mereka. Tapi dia ingat ketentuan Meisya nomor lima yang mengatakan harus menghargai privasi masing-masing.     

Saat ini Meisya ingin waktu pribadi bersama kakaknya, karena itulah dia mengurungkan niatnya untuk mengintai mereka melalui Bella. Yang bisa dia lakukan hanya menunggu... dengan melihat monitor yang menunjukkan pelataran depan rumah mereka.     

"Sayang, daripada menunggu seperti itu, bagaimana kalau bermain bersamaku."     

"..."     

"Sayang, sebentar lagi natal tiba. Nona kedua menghubungiku untuk bertanya apakah kau bisa melakukan video call bersama di malam natal nanti?"     

"..."     

"Nona kedua bilang, Chleo merindukan kedua pamannya yang melewatkan acara ulang tahunnya."     

Stanley merespon laporan terakhir dengan mendesah berat. Dia ingat dia berjanji akan memberikan sebuah robot mainan khusus untuk Chleora di hari ulang tahun anak itu. Robotnya sudah selesai, tinggal melakukan uji coba pemakaian saja. Sayangnya, sebelum dia melakukan uji coba, Vincent telah menyuruhnya untuk berangkat ke Jerman bersama Tanya.     

Sepertinya dia harus meminta maaf pada keponakan imutnya saat dia kembali nanti.     

"Kau ingin aku meminta bantuan Daniel untuk melakukan uji coba robot Edna? Dengan begitu Chleo bisa segera mendapatkan hadiahnya."     

"Hm. Kau bisa menghubungi ayah kalau begitu."     

"Oke."     

"..." Stanley kembali menatap monitornya sambil bertanya-tanya sudah berapa lama Meisya keluar bersama kakaknya. Kenapa mereka belum kembali?     

"Oya sayang. Tuan besar Regnz bilang, dia telah memberikan Rossie bersama beberapa anggota Alpha yang akan datang minggu depan."     

"..."     

Lagi-lagi, tidak ada responds dari Stanley.     

"Sayang. Kalau wajahmu menyeramkan seperti itu, Meimei akan melarikan diri lho."     

"..."     

"Aku tahu kalau kau cemburu. Tapi seharusnya kau tahu Meimei hanya menganggap Dieter sebagai kakaknya."     

Benar. Selama ini Meimei sudah memandang Dieter sebagai kakaknya. Tidak lebih.     

Tetap saja... Stanley tidak bisa tenang. Apalag dia merasa curiga Dieter tidak memandang Meisya sebagai adik. Alpha adalah salah satu buktinya. Tidak mungkin seekor serigala merah bersikap baik pada seorang manusia biasa kalau hostnya tidak memiliki perasaan apa-apa.     

Stanley mengetuk meja komputernya dengan jari telunjuknya. Begitu terus sambil memandang monitornya tanpa mengubris Selenka yang terus berusaha mengalihkan perhatiannya.     

Tepat saat Stanley sudah mencapai batas, dua sosok orang terlihat di monitornya. Stanley mendesah lega melihat istrinya kembali.     

"Tuh, kan. Meimei kembali." ujar Selenka yang masih belum gerah mengajaknya bicara meski tidak ada respon sama sekali.     

Sayangnya, mood Stanley kembali rusak ketika melihat istrinya melakukan gerakan aneh. Kedua tangannya mengepal dengan erat serta tatapan matanya berubah seperti ingin membunuh seseorang ketika melihat Dieter menempelkan sepasang bibirnya ke kening istrinya.     

Dia sengaja. Orang itu sengaja! Stanley sempat melihat Dieter melirik ke arahnya... ke arah kameranya sebelum memberi kecupan panjang dan lama di kening istrinya.     

Amarah Stanley lebih membara lagi disaat Dieter membungkuk dan seolah belum puas dengan memberi kecupan di dahi, pria itu memberi kecupan lain di pipi Meisya!     

Selenka terdiam dan tidak bersuara lagi saat melihat rahang Stanley mengeras.     

Sementara itu, Meisya yang masih memandang mobil yang dinaiki kakaknya berjalan menjauh darinya, sama sekali tidak tahu apa yang terjadi didalam rumah.     

Pikirannya terhanyut pada bisikan kakaknya. Tidak peduli seberapa keras dia memikirkannya, Meisya sama sekali tidak mengerti kenapa kakaknya menyuruhnya melakukan sesuatu yang tidak mungkin dia lakukan saat ini.     

Akhirnya Meisya memutuskan untuk melupakannya. Dia lebih merasa penasaran dengan hadiah pemberian kakaknya. Karena itu Meisya masuk dengan senyuman ceria dan bahagia.     

"Stanley, kakakku bilang dia menitipkan hadiah untukku! Dimana?"     

"..." bukannya menjawab Stanley malah memberi senyuman tipis. Hanya saja senyumannya terasa kaku karena hampir tidak bisa menahan emosinya.     

"Stanley?" Meisya bertanya-tanya apa yang membuat mood suaminya menjadi buruk seperti ini.     

"Ada disana." jawab Stanley singkat sambil melirik kearah sebuah kotak besar tidak jauh dari tempat Meisya berdiri.     

"Kau baik-baik saja?" untuk sesaat Meisya lebih mengkhawatirkan suaminya daripada ketertarikannya terhadap hadiahnya.     

"Hm." gumam Stanley sama sekali tidak berminat menjawab lebih lanjut.     

Meisya menelan ludah. Entah kenapa kalimat bisikan kakaknya terlintas di benaknya. Apakah kakaknya itu cenayang? Kenapa tebakan pria itu tepat sekali?     

Suaminya benar-benar tidak dalam suasana hati yang bagus.     

Meisya mendesah pasrah dan berjalan ke kotak hadiahnya. Sebenarnya dia ingin segera membukanya, tapi entah kenapa dia akan merasa bersalah kalau membukanya dihadapan suaminya. Jadi dia memutuskan untuk membawa kotak tersebut ke dalam kamarnya.     

Tanpa diduganya ternyata kotak besar tersebut sangat berat. Memang apa saja sih isinya?     

Meisya mencoba sekali lagi untuk mengangkatnya, tapi kotak tersebut sama sekali tidak bergeming dari tempatnya.     

Tiba-tiba saja kotak tersebut terangkat dan melayang di tengah udara membuat Meisya terkesiap.     

Aw.. ternyata Stanley yang mengangkatnya. Meski dalam keadaan mood yang buruk sekalipun, Stanley masih membantunya. Meisya merasa terharu dan makin besar pula kekagumannya pada suaminya.     

Sepertinya, perasaannya terhadap Stanley sudah menjadi cinta yang bertepuk sebelah tangan. Ah, betapa baiknya kalau suaminya juga bisa mencintainya. Pikir Meisya penuh harap.     

"Ke kamarmu?"     

"Iya."     

Meisya tidak habis pikir bagaimana bisa Stanley mengangkatnya dengan mudah sementara dia sama sekali tidak bisa menggerakkan kotak tersebut. Apakah begitu besar perbedaan kekuatan antara lelaki dan wanita?     

Meisya mengikuti langkah suaminya dalam keadaan diam. Tadinya dia berharap mood suaminya sudah membaik saat membantunya. Tapi entah kenapa keheningan diantara mereka malah lebih mencengkam.     

Semenjak mereka memutuskan untuk menikah, Stanley tidak pernah bersikap dingin seperti ini. Ataupun berubah menjadi diam dan hanya menjawab pertanyaannya dengan pendek.     

Apakah dia melakukan sesuatu yang membuatnya marah?     

Lagi-lagi bisikan kakaknya terngiang di otaknya. Melihat perilaku suaminya yang menakutkan ini membuatnya mau tidak mau mencoba mengikuti saran kakaknya.     

Setelah meletakkan kotak besar tepat disamping ranjang Meisya, Stanley memutuskan kembali ke meja kerjanya. Dia sudah menuruni beberapa anak tangga saat Meisya memanggilnya.     

Stanley berbalik dan hanya menatap Meisya yang kini tingginya sejajar dengan dirinya karena gadis itu berdiri di anak tangga yang lebih tinggi darinya.     

"Jangan marah ya."     

Stanley hendak bilang kalau dia tidak marah padanya, tapi apa yang dilakukan Meisya berikutnya membungkam mulutnya.     

Meisya meletakkan kedua tangannya diatas bahunya, lalu memberi ciuman singkat di sebelah pipinya. Gerakannya sangat cepat tanpa terduga, bahkan Stanley sama sekali tidak sempat bereaksi.     

Stanley menatap Meisya dengan bingung sementara istrinya balas menatapnya seperti sedang menyelidik.     

Apa tidak salah? Meisya menciumnya? Dengan insiatif gadis itu sendiri? Kenapa? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk di kepala Stanley.     

"Apa kau merasa baikan?" tanya Meisya ragu-ragu. "Dieter bilang, kau mungkin tidak senang menyambut kedatangannya. Katanya aku bisa membuat perasaanmu membaik jika aku memberimu ciuman." sekali lagi Meisya menyelidiki raut muka ekspresinya. "Sepertinya itu tidak benar."     

Stanley mengerjap beberapa kali berusaha mencerna kalimat istrinya. Barulah dia sadar... dia telah dikerjai Dieter! Berani sekali dia!     

Apa ini balasan karena dia sudah membuat adiknya menangis dan menderita?     

"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi." lanjut Meisya menggugah lamunan Stanley.     

"Hoo? Jadi itu yang dilakukan kakak sialan itu." Ternyata, Dieter bukan mencium pipi Meisya ketika bergerak ke samping seolah hendak mencium pipi Meisya, tapi untuk membisikkan sesuatu!     

Meisya bergidik ngeri mendengar suara suaminya yang terkesan menakutkan. Apalagi mendengar nada mencemooh saat menyebut kakaknya. Stanley marah, dia tahu itu. Tapi dia sama sekali tidak tahu apa yang membuat Stanley marah.     

Tanpa sadar Meisya melangkah mundur menaiki anak tangga saat Stanley melangkah menghampirinya.     

Sedikit demi sedikit jarak diantara semakin dekat dan Meisya kembali menjadi kecil saat tubuh raksasa suaminya kembali menaunginya. Disaat punggung Meisya menabrak dinding dan dua tangan Stanley bersandar di dua sisinya memerangkapnya, barulah dia tahu. Meisya tidak bisa melarikan diri lagi.     

"Stanley, jangan marah. Aku minta maaf, ya? Aku tidak akan mengulanginya lagi."     

Stanley tersenyum licik seperti seorang penjahat yang menikmati rasa ketakutan dari korban penculikannya.     

"Sayangku, ciuman seperti itu tidak akan cukup membuatku senang. Seharusnya kau bisa melakukannya lebih baik dari itu."     

Jantung Meisya bergetar dengan liar. Dia sama sekali tidak tahu kalau suaminya memiliki sisi mengerikan sekaligus menawan seperti ini. Dia takut tapi disaat bersamaan dia menantikan apa yang ingin dilakukan suaminya terhadapnya.     

"A..aku tidak tahu.."     

"Kalau begitu aku akan menunjukkannya."     

Kedua mata Meisya melebar ketika merasakan sesuatu lembut dan dingin menempel ke bibirnya. Jantungnya semakin liar membuatnya semakin sulit bernapas.     

Meisya masih belum menyadari apa yang sedang terjadi selama beberapa detik. Namun disaat bibirnya merasa perih, barulah dia sadar.     

Stanley menciumnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.