My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Kencan Di Pantai



Kencan Di Pantai

2Keduanya berdansa dengan sangat pelan mengikuti irama. Katie tadi tidak menyadarinya, tapi kini dia sadar. Meski jarak diantara mereka sangat dekat, namun Kinsey tetap menjaga jarak dengannya untuk membuatnya senyaman mungkin.     

Pegangan tangan di tangannya tidak terlalu erat, dan tangan yang menempel di punggungnya terasa sangat ringan dan halus. Menyadari sikap sepele ini membuat hatinya meleleh dan wajahnya semakin merona.     

Kinsey melepaskan tangan di punggungnya agar Katie bisa memutar tubuhnya dan kembali ke hadapannya. Namun saat Katie berputar, kakinya sudah tidak kuat lagi dan tidak seimbang membuatnya hampir terjatuh kalau Kinsey tidak menahannya.     

"Kau baik-baik saja?"     

"Sepertinya aku sudah tidak kuat lagi memakai sepatunya." jawab Katie dengan jujur dan terdengar polos.     

Kinsey berusaha menahan senyumannya saat melihat heels yang sangat tinggi itu. Tadinya dia tidak memperhatikan sepatunya dan mengira tubuh Katie cukup tinggi. Ternyata... tubuhnya lebih pendek dari yang ia kira. Padahal seingatnya dulu tubuh keduanya hampir sama, bahkan Katie lebih tinggi darinya.     

"Kau ingin melepas sepatumu?"     

Katie menengadah ke arahnya dengan tatapan memelas. "Aku boleh melepasnya?"     

"Tentu saja. Tidak ada yang melarangmu melepasnya, kan? Tunggu." cegah Kinsey saat melihat Katie hendak membungkuk untuk melepas sepatunya.     

Katie membelalak tidak percaya apa yang dilakukan pria itu. Saat ini Kinsey berjongkok dengan bersimpu satu kaki lalu melepaskan kaitan tali sepatunya.     

"Aku bisa melepasnya sendiri." Katie berusaha mencegahnya namun dia tidak memberontak ataupun menyingkirkan kakinya dari tangan Kinsey. Diperlakukan seperti ini membuat semburat merah muncul menghiasi pipi halusnya.     

Dalam waktu singkat, sepatu Katie sudah terlepas dengan sempurna dan setelah meletakkan sepatunya agak di pinggir, Kinsey bangkit berdiri. Dia sungguh berusaha menahan tawanya melihat Katie yang kini terlihat lebih kecil dari sebelumnya.     

"Apa kau sedang meledekku?" tanya Katie dengan curiga.     

Gadis itu terlihat sangat cantik dan imut dimata Kinsey. Apalagi saat memasang ekspresi cemberut seperti ini.     

"Tidak." jawab Kinsey sambil merapatkan bibirnya agar tidak tertawa.     

"Kau sedang meledekku!" tuduh Katie sambil menghentakkan sebelah kakinya ke lantai.     

Ekspresi Kinsey melembut melihat ada kebiasaan gadis itu yang masih belum berubah. Katie selalu menghentakan sebelah kakinya kalau sedang cemberut atau jengkel.     

"Bagaimana kalau kita melanjutkan dansa kita? Musik masih belum berakhir. Ayo, naik ke kakiku." bujuknya dengan nada yang bisa meredamkan kejengkelan Katie.     

"Huh?"     

"Aku tidak mau kakimu kotor."     

Lagi-lagi Katie membelalak mendengar kalimatnya.     

"Tapi aku sangat berat." Katie mendecak dalam hati. Seharusnya dia menolaknya, bukan malah menantangnya.     

"O ya? Aku akan melihatnya nanti." Kinsey tertawa kecil sambil menarik dua tangan Katie dengan sangat lembut.     

Tidak ada paksaan dari sikapnya. Kinsey membujuknya untuk menerima tawarannya disaat bersamaan dia mengizinkan Katie untuk menolaknya... yang ternyata, Katie tidak menolak.     

Kinsey menuntun kedua tangan Katie melingkar ke pinggangnya, sementara dia meletakkan tangannya di belakang pinggang Katie dengan ringan begitu kedua kaki Katie berada di atas sepatu pantofelnya.     

"Lihat kan? Kau sama sekali tidak berat. Malah lebih ringan daripada dugaanku."     

Katie hanya mendengus mendengar kalimatnya. Namun dia tidak bisa menengadahkan wajahnya karena dia merasa kedua pipinya sangat panas.     

Belum lagi detak jantungnya yang masih tidak beraturan membuatnya tidak berani menatap mata pria itu.     

Mungkin karena gerakan pria itu yang membuatnya merasa nyaman, Katie jadi benar-benar merasa nyaman didalam pelukan Kinsey. Dia merapatkan tubuhnya dan menyenderkan kepalanya ke dada pria itu sambil memejamkan matanya. Rasanya sangat nyaman sekali. Ini pertama kalinya Katie merasa nyaman bersama dengan seorang lelaki.     

Katie sama sekali tidak menyadari tubuh Kinsey yang tiba-tiba menegang karena sama sekali tidak menduga Katie akan menutup celah apapun diantara mereka.     

Kini posisi kepala Katie tepat di bagian jantung Kinsey. Dia bisa mendengar detak jantung pria itu yang ternyata tidak kalah cepat dengan jantungnya.     

Eh?? Orang ini juga bisa gugup seperti dirinya? Katie mengulas senyum sambil menikmati kebersamaannya dengan Kinsey. Dia berharap waktu bisa berhenti saat ini juga.     

Sayangnya.. bukan waktu yang berhenti, tapi musik romantis yang berhenti dan kini digantikan jenis musik ke arah rancak kembali.     

Baik Kinsey maupun Katie masih belum mau melepaskan posisi mereka. Hanya saja Kinsey takut Katie akan menjauhinya sementara Katie takut Kinsey akan memandang dirinya rendah. Jadi keduanya sama-sama melepas pelukan mereka dan berdiri menjauh.     

Katie segera mengambil sepatunya dan tersenyum ke arah Kinsey.     

"Sebaiknya aku kembali. Selamat malam."     

"Hm. Selamat malam."     

Katie melangkahkan kakinya ke belakang sambil melambaikan tangannya di depan dadanya. Lalu berbalik dan berjalan dengan sangat perlahan.     

Kini dia menyesal kenapa dia harus pamit. Padahal dia masih ingin bersama dengan pria itu. Ini adalah hari terakhirnya disini. Setidaknya dia ingin memiliki kenangan manis untuk menggantikan mimpi buruknya.     

Tapi dia sudah pamit lebih dulu, dia bahkan sudah beranjak pergi. Dia akan menjadi bahan ledekan kalau dia berbalik lagi untuk tinggal.     

Sementara Kinsey yang tidak tahu apa saja yang dipikirkan Katie hanya bisa menatap punggung gadis itu dengan tatapan merindu.     

Sama seperti Katie, Kinsey juga masih ingin bersama dengannya. Tapi gadis itu ingin pergi dan tidur. Lagipula ini sudah larut malam.. bahkan mungkin sudah pagi? Karena itulah Kinsey membiarkannya pergi. Toh, mereka bisa bertemu lagi besok pagi.     

Hanya saja Kinsey menyadari pergerakan Katie yang berjalan dengan sangat lamban. Caranya berjalan tampak seperti seseorang yang ragu dan menyesal untuk pergi.     

Apakah mungkin gadis itu juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya? Sama-sama tidak ingin berpisah?     

Kinsey adalah orang yang bodoh jika dia tidak menggunakan kesempatan ini.     

"Katie,"     

Panggilan Kinsey membuat Katie menghentikan langkahnya dan segera berbalik dengan cepat. Jantungnya bergetar aneh mendengar pria itu memanggil nama panggilannya dengan suara yang lembut. Apalagi pria ini memanggilnya dengan 'Katie' dan bukan 'Kitty'.     

"Ya?"     

"Kalau kau belum mengantuk, mau pergi ke suatu tempat bersamaku?"     

Senyuman Katie melebar dan menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Kinsey ikut tersenyum dengan senang.     

Keduanya segera menuju parkir dan naik ke mobil mewah bewarna hitam yang atapnya sudah dilipat kebelakang. Kinsey melajukan mobilnya menuju ke sebuah pantai yang kebetulan jaraknya cukup dekat dari mansion.     

Selama perjalanan, keduanya saling melempar senyum dan menikmati angin yang menerpa mereka. Begitu tiba di pantai, Kinsey memakaikan tuxedo miliknya ke bahu Katie agar gadis itu tidak terlalu kedinginan. Lalu keduanya saling mengobrol sambil duduk di atas kap mobil Kinsey berhadapan dengan laut.     

Di pantai sangat minim penerangan dan hampir-hampir tidak ada siapapun disana. Lampu dari mobil Kinsey yang membantu mereka melihat sekitar mereka. Dan hanya ada suara ombak yang sering terdengar saling bersahutan.     

Tiba-tiba di tengah obrolan mereka, mata Katie menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia melepaskan tuxedonya dan meletakkan di atas kap mobil sebelum dia turun dan beranjak dari sana.     

Kinsey hanya memandang Katie dengan bingung dan penasaran tanpa rasa curiga apapun saat gadis itu berjongkok untuk mengambil sesuatu.     

Dan saat Katie bangkit berdiri dan berbalik, di atas telapak tangannya terdapat kelomang kecil dengan bentuk cangkang yang cantik.     

"Coba lihat apa yang kutemukan!" serunya dengan riang.     

Tanpa sepengetahuan Katie, Kinsey bergeser kesamping secara perlahan untuk menghindarinya. Entah kenapa dia teringat akan memori tentang gadis nakal ini yang mencoba mengerjainya dengan mendekatkan serangga ke arahnya.     

"Apa kau tidak merasa kasihan? Sebaiknya kau kembalikan saja di tempatnya." ujar Kinsey berusaha tetap santai.     

"Aku kan tidak melukainya. Lagipula warna cangkangnya cantik sekali." Untungnya pandangan Katie lebih fokus memandangi cangkangnya daripada pergerakan Kinsey yang kini sudah berada di ujung mobilnya.     

"Oo.." sahut Kinsey dengan sangat singkat.     

Kinsey merasa keringat dinginnya keluar saat Katie meliriknya secara bergantian dengan makhluk yang sedang berjalan di atas telapak tangannya.     

Dan bingo.. firasat buruknya sangat mengena begitu Katie mengulas senyuman nakalnya.     

"Kau tidak mungkin takut pada keong kan? Padahal lucu begini.." goda Katie sambil mengelus cangkangnya dengan lembut sembari berjalan mendekati Kinsey.     

Tidak lagi. Apakah kebiasaan iseng anak ini tidak bisa berubah? Kinsey hanya mendesah pasrah dan membiarkan Katie mendekatinya. Yang sebenarnya dia tidak takut lagi pada serangga atau makhluk kecil di pantai. Tapi kalau bisa, dia tetap tidak ingin berdekatan dengan binatang menggelikan itu.     

"Kalau aku jadi kau, aku tidak akan membawanya kemari." nada pada Kinsey terdengar mengancam disaat bersamaan terdengar seperti menantang.     

Katie berhenti mendengar nada ancaman tersebut dengan kening berkerut.     

"Kau mengancamku?"     

Kinsey tersenyum miring sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya dan bersandar santai seperti setengah duduk di atas kap mobilnya.     

"Kenapa kau tidak mencobanya?"     

Katie mengangkat tangannya lebih tinggi agar dia bisa melihat kelomang kecil di tangannya dengan jelas. Matanya masih terpesona dengan warna cangkangnya yang bewarna merah seperti warna kesukaannya.     

"Kau tidak akan menyakitiku. Kau tidak ingin Cathy memarahimu dan membencimu kan?" ujar Katie sembari melanjutkan langkahnya kearah Kinsey.     

"Memang benar."     

Kepercayaan diri Katie semakin meningkat dan terus melangkah tanpa rasa takut.     

"Kau akan menyesalinya." Kinsey memberi nada peringatan yang malah dianggap sebagai tantangan oleh Katie.     

Katie terus melangkah maju dan kemudian memanjangkan tangannya yang ada kelomangnya mendekat ke wajah pria itu. Namun apa yang dilakukan Kinsey berikutnya sama sekali tidak diduganya dan membuatnya terkesiap.     

Kinsey menarik pergelangan tangan yang membawa kelomang turun ke bawah sebelum menahannya ke belakang melewati pinggangnya menyebabkan tubuh Katie tertarik kearahnya.     

Karena posisi Kinsey yang setengah duduk di mobil sedannya, wajah mereka bertemu saat Katie mendekat ke arahnya. Kedua hidung mereka nyaris bersentuhan dan dua pasang mata saling memandang dengan tatapan yang berbeda.     

Yang satu menatap dengan tatapan penuh kemenangan dan seperti mengatakan 'Apa kubilang, kau akan menyesalinya'. Sementara yang satu menatap lawannya dengan bingung disertai jantung yang berdetak dengan liar.     

Katie menelan ludah sambil mencoba menarik diri yang ternyata gagal karena tangannya masih ditahan oleh pria ini. Belum lagi sebelah tangannya yang lain kini menempel dengan sempurna di dada bidang pria itu. Hal ini membuat wajahnya memanas dan memerah. Dia sama sekali tidak berani memandang mata coklat gelap yang kini memandanginya dengan intens.     

"Maaf, aku tidak akan melakukannya lagi. Tolong lepaskan tanganku." ucap Katie yang seperti berbisik sambil menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya.     

Tanpa disadari Katie, kelomang di telapak tangannya berjalan hingga terjatuh ke atas pasir dan pergi menjauhi mereka.     

Sementara itu Kinsey terpaku pada tempatnya melihat wajah merona gadis dihadapannya. Wajah cinta pertama yang dirindukannya memasang ekspresi mempesona yang mengikat hatinya. Saat itulah pertahanan apapun yang menahannya agar tidak mendekati gadis itu runtuh seketika. Dia sudah tidak bisa menahan diri lagi.     

Detik berikutnya, Kinsey memiringkan kepalanya, memajukan wajahnya dan mendaratkan bibirnya ke bibir Katie dengan lembut tanpa peringatan.     

Katie membelalakan matanya dengan lebar dan tanpa sadar dia menahan napasnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.