My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Akhirnya Bertemu



Akhirnya Bertemu

0Pernikahan antara Vincentius Regnz dengan Catherine Alvianc diadakan di Marlin Lake Mansion.     

Tempat ini adalah tempat dimana Vincent menyatakan perasaannya pertama kalinya pada Cathy. Tempat ini juga tempat dimana keduanya menjalin hubungan. Karena itu keduanya merasa bahagia bisa merayakan pernikahan mereka di tempat kenangan hari jadi mereka.     

Semula Vanessa Regnz merencanakan pernikahan mereka di hotel terbesar dan ternama. Dia bahkan sudah mendaftar siapa saja yang diundang yang berjumlah hampir dua ribu lima ratus orang.     

Melihat daftar tamu sebanyak ini membuat kening Cathy dan Vincent mengernyit. Darimana Vanessa bisa mendapatkan tamu sebanyak ini?     

Yang diundang Vanessa adalah keluarga besar Paxton, keluarga besar Bernz, keluarga besar Regnz serta Alvianc. Bahkan rekan-rekan bisnis dan pegawai kantor juga diundangnya. Lagipula ini adalah pernikahan putri bungsu Alvianc group dengan fotografer yang melegenda bernama V. Dan siapa yang menyangka Vincent sendiri memiliki perusahaannya sendiri bernama Flex grup. Tentu saja tamu yang diundang sangat banyak.     

Hanya saja Cathy tidak ingin membesarkan berita pernikahannya. Baginya, keluarga serta teman-temannya yang datang untuk merayakan sudah lebih dari cukup.     

Lagipula, jika harus mengundang sebanyak itu... tidak hanya memakan banyak biaya tapi dia juga akan merasa pusing melihat lautan manusia.     

Singkat cerita, Cathy ingin mengadakan pesta pernikahannya di Marlin Lake House dan mengurangi daftar tamu undangan. Dia ingin keluarga serta teman dekat saja yang datang merayakannya. Tentu saja Vincent mendukungnya dengan senang hati. Lebih tepatnya dia akan melakukan apapun yang membuat istrinya senang.     

Selebihnya, bagaimana acara berjalan atau urusan dekorasi dan sebagainya mereka menyerahkannya pada Vanessa dan Mercy. Rupanya Mercy juga sangat senang menyusun acara untuk pernikahan Cathy.     

Alhasil disinilah mereka.. di Marlin Lake House. Dengan bungalo di tengah danau yang dihiasi tanaman merambat, dan bunga teratai yang mengapung di danau. Belum lagi ada orkestra yang memainkan lagu romantis di pànggung; serta rerumputan yang kini dialasi dengan sebuah triplek. Semuanya terlihat indah.. kecuali.. tamu undangan yang berjumlah hampir dua ribu orang.     

Kenapa sepertinya jumlah tamu undangan tidak berkurang juga? Kalaupun berkurang, sepertinya tidak berkurang banyak.     

Pada akhirnya Cathy hanya mendesah pasrah dan menikmati acara pernikahannya. Terlebih lagi mereka mengenal sebagian besar tamu undangan mereka. Mungkin karena keduanya memiliki banyak teman, sehingga tidak ada yang mau melewatkan hari bahagia mereka.     

Cathy merasa bahagia dengan kehadiran teman-teman sekolahnya dulu. Baik teman SMP, SMA dan teman kuliah semua datang merayakan hari bahagianya.     

Teman-teman anggota kelompok Vincent juga datang. Frank, Sophia, Ronald dan lain-lainnya. Cathy tidak berhenti tersenyum dan tertawa bersama teman-temannya, apalagi disaat ada yang mengumbar sebuah lelucon yang sangat lucu.     

Hanya saja.. acara ini akan lebih lengkap lagi kalau seandainya ada Katleen bersamanya.     

Sementara itu Katleen yang bangun kesiangan baru saja tiba di mansion bersama umbra yang mengantarnya.     

"Aku harap aku tidak terlambat."     

"Bukannya mereka bilang mereka tidak akan memulainya sebelum kau datang?"     

Katie mendecak, "Meskipun begitu, aku tidak ingin terlambat."     

"Siapa yang bangun kesiangan?"     

"Aku yang salah?" Katie tidak mau disalahkan, apalagi kemarin dia tidak bisa tidur gara-gara mendengar cerita umbranya mengenai negara asalnya.     

"Kau akan semakin terlambat." desah umbra.     

Katie langsung membuka pintu mobil dan hendak turun sambil membawa tas kantong besar yang terlihat sangat berat.     

"Kau butuh bantuan dengan itu?" umbra menunjuk ke arah kantong yang dibawa Katie.     

"Tidak perlu. Sama sekali tidak berat."     

"Kau akan mengikuti acara 'After Party'?"     

"Aku tidak boleh ikut?"     

Umbra tersenyum. "Kalau kau mau ikut, ikut saja. Ini hari terakhirmu disini. Lupakan masa lalu dan bersenang-senanglah."     

Katie tersenyum lebar mendengarnya. "Hm. Aku akan melakukannya. Terima kasih."     

Katie melambaikan tangannya saat umbra melajukan mobilnya meninggalkan mansion. Kemudian dia berbalik dan mengamati mansion di depannya.     

Dia diberitahu acara pernikahan Cathy diadakan di halaman belakang dekat danau. Tapi bagaimana caranya dia ke belakang? Dan lagi mansion ini sangat lebar... jika harus memutari mansion ini, tubuhnya tidak akan kuat. Katie melirik ke arah tas kantong hitam yang dibawanya. Dia pikir tadi sama sekali tidak berat, ternyata berat juga. Untungnya, yang dibawanya hanyalah sisa yang belum sempat dibawa oleh teman-temannya. Lebih tepatnya... ketinggalan.     

Alhasil, Katie yang harus mengambil di rumah Mercy terlebih dulu dan membawanya kemari. Dia sudah bangun kesiangan, dia juga harus mampir ke rumah Mercy terlebih dulu. Klop sudah. Dia terlambat hampir dua jam.     

Katie menghela napas akhirnya memutuskan masuk ke mansion terlebih dahulu. Dia berjalan masuk lurus dan saat menemui jalan buntu dia kembali dan berbelok. Begitu seterusnya, tiap kali dia salah jalan, dia akan kembali dan mengambil jalan lain.     

Aneh sekali, kenapa tidak ada orang di tempat ini?     

Untungnya hari masih siang dan terdengar suara musik tidak jauh darinya, karena itu dia tidak merasa takut akan disergap tiba-tiba. Hanya saja dia tidak tahu bagaimana caranya bisa mencapai sumber suara musik tersebut.     

Kakinya mulai tidak tahan lagi, dan sampai sekarang dia belum menemukan satu seorangpun yang bisa dimintai tolong untuk memberi petunjuk.     

Katie berhenti di sebuah belokan dan meletakkan tas besarnya di lantai. Saat itulah dia melihat seorang pria bertuxedo hitam bersandar di sebelah jendela kaca. Posisi pria itu setengah memunggunginya sehingga Katie sama sekali tidak bisa melihat wajahnya.     

Katie mendesah lega, akhirnya ada yang bisa dimintai tolong.     

Katie melangkah secara perlahan karena barang bawaannya. Kemudian dia menyapa orang itu.     

"Permisi, bisakah kau membantuku?"     

Orang yang tadinya memandangi pemandangan di luar berbalik menoleh ke arahnya. Seakan dunia disekitarnya berhenti seketika saat kedua mata mereka bertatapan.     

Warna mata coklat gelap dengan ekspresi datar serta postur tubuh yang tinggi. Katie juga sempat mencium aroma pria itu yang terkesan maskulin dan memabukkan. Jantungnya berdetak dengan kencang dan dia nyaris lupa mengambil napas.     

Ada apa dengannya? Apa yang terjadi padanya?     

"Ya?"     

Katie mendengar suara pria itu bertanya padanya. Tapi dia masih terpaku dan larut dalam dunianya sendiri. Untuk beberapa saat dia tidak merespon apa-apa.     

Lamunan Katie buyar seketika saat pria itu berdehem kecil menarik perhatiannya. Wajah Katie merona merah merasa malu dia baru saja kepergok memperhatikan wajah orang dihadapannya. Dia menundukkan wajahnya sehingga tidak menyadari pria dihadapannya sedang tersenyum tipis melihatnya.     

"Jadi apa yang bisa kubantu?" tanya pria itu.     

"Apa?"     

"Bukankah tadi kau meminta bantuanku?"     

Katie segera memperbaiki gesturnya dan berusaha tetap tenang.     

"Ah benar. Sepertinya aku tersesat. Aku tidak tahu jalan menuju ke acara pernikahan."     

"Aku akan mengantarmu."     

Pria tersebut menegakkan tubuhnya dan berjalan mendahului Katie. Dengan langkah yang cepat, Katie berusaha menyusul pria itu. Sayangnya, dia masih membawa barang bawaannya yang berat. Dia nyaris seperti menyeret tas bawaannya sehingga dia tidak bisa menyamai langkah pria itu.     

Tadinya dia sudah pasrah jika pria itu malah meninggalkannya. Tapi siapa yang menyangka pria itu kembali dan menawarkan diri untuk membawakan tas kantongnya. Lalu pria itu kembali berjalan. Hanya saja kali ini langkah pria itu tidak selebar tadi. Dia menyamai langkah kecil kaki Katie.     

Menyadari hal ini, jantung Katie berdebar tak karuan. Ada apa dengannya hari ini?     

"Bukankah kau adalah Katleen Morse?" ucap pria disebelahnya membuka pembicaraan.     

"Benar."     

"Kau sangat cantik."     

Katie memalingkan wajahnya menyembunyikan rona pada pipinya. Sungguh ada yang tidak beres dengan dirinya. Dia sering mendengar pujian cantik dari penggemarnya. Tapi tidak ada satupun yang bisa membuatnya merona seperti ini.     

"KINSEY! Aku mencarimu kemana-mana. Dari mana saja... KITTY! Kau datang!"     

"Ssstt!!" Katie langsung mengacungkan jari telunjuknya ke bibirnya berharap Steve Mango tidak membocorkan rahasia kedatangannya.     

"Eh? Kenapa?" tanya Steve kebingungan.     

"Aku sengaja datang untuk memberi kejutan pada Cathy. Kejutannya hancur jika kau memberi pengumuman aku sudah datang."     

Steve tertawa mendengarnya.     

"Aku harus menemui Mercy dan lainnya. Apa kau tahu dimana mereka?"     

"Tentu saja. Mereka ada di.. Tunggu disini, aku akan memanggil mereka." kemudian Steve segera menghambur menerobos keramaian meninggalkan Katie dan Kinsey.     

"Jadi Rinrin tidak tahu kalau kau datang?"     

"Rinrin?" tanya Katie bingung karena tidak mengenal siapapun yang bernama Rinrin.     

"Dia adik kembarku, Catherine."     

"Adik kembar?" lalu dia teringat cerita Cathy yang mengatakan dia memiliki saudara kembar bernama Kinsey Alvianc. Dan Kinsey sudah membantunya untuk mendapatkan obat penawarnya dari Aiden. "Apakah mungkin, namamu adalah Kinsey?"     

"Benar." jawabnya sambil tersenyum tipis.     

"Ah, maafkan aku. Aku sama sekali tidak menyadarinya. Aku dengar kau yang mendapatkan obat penawar untukku. Waktu itu aku ingin berterima kasih tapi kau sudah tidak ada. Aku sungguh berterima kasih. Aku sama sekali tidak tahu bagaimana caranya membalas hutang budi ini." jelas Katie panjang lebar dengan senyuman tulus. "Apakah ada cara untuk membalas hutang budi ini?"     

Katie melihat ujung bibir Kinsey berkedut dan tatapannya sangat sulit diartikan. Kenapa Kinsey memandangnya seperti itu?     

Sementara dibenak Kinsey sendiri merasa dirinya bodoh. Dia sungguh berharap gadis didepannya ini mengingatnya begitu mengetahui namanya. Tapi sepertinya... Katie sama sekali tidak mengingatnya.     

Tentu saja.. dia tidak bisa menyalahkannya. Kinsey sendiri yang mengingkari janjinya. Kinsey sendiri yang memutuskan untuk menutup hatinya. Kinsey sendiri yang memutuskan untuk melepaskan cinta pertamanya. Terlebih lagi daya ingatan Katie tidak sebagus ingatannya, belum lagi mereka sudah tidak bertemu hampir dua puluh tahun. Sudah pasti gadis itu melupakannya.     

Tapi tetap saja... dia tidak bisa tidak merasa sedih mengetahui cinta pertamanya melupakannya begitu saja. Meski dia mengubur kenangannya bersama Katie, Kinsey tidak pernah melupakan gadis itu. Nama, ulang tahun serta makanan kesukaan gadis itu masih diingatnya dengan jelas.     

Karena itulah.. Kinsey merasa sedih mendengar serentetan kalimat gadis itu.     

"Tidak masalah. Kau adalah sahabat baik adikku. Aku melakukannya demi adikku."     

Setelah mengucapkan kalimat itu, Kinsey melihat dua orang gadis yang diduga salah satunya adalah Mercy menghampiri mereka. Setelah mengembalikan tas kantong hitam pada Katie, Kinsey memutuskan pergi untuk memberi privasi bagi para gadis untuk memberi kejutan pada adiknya.     

Kinsey sama sekali tidak melihat tatapan kecewa dan terluka yang terpancar pada mata Katie saat berbalik meninggalkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.