Keputusan Kinsey
Keputusan Kinsey
Umbra cukup senang Katie dan Kinsey tidak akan bertemu kembali. Karena dia tahu Kinsey berasal dari Alvianc grup. Dan dia tahu selama beberapa tahun kedepan akan terjadi peperangan politik didalam Paxton grup dan Alvianc akan terlibat. Karenanya dia tidak ingin Katie terus berhubungan dengan Kinsey dan terlibat dalam dunia politik.
Meski yakin tidak pernah bertemu lagi, umbra tetap tidak pernah melupakan seorang Kinsey. Bentuk wajahnya, warna rambut coklat kemerahan dan juga sinar mata yang tajam dengan coklat gelap di pupil anak itu.
Siapa yang menyangka dia akan bertemu dengan anak itu malam ini. Dan anak itu ternyata merupakan salah satu anggota dari organisasi Lion Stealth milik Paxton.
Seperti yang diduganya, Alvianc akan ikut campur dengan urusan politik dalam Paxton.
Umbra harus membunuhnya. Dia harus membunuh siapapun yang menghalangi jalannya. Namun dia juga merasa bimbang. Dia tidak akan bisa menahan rasa bersalahnya jika dia membunuh Kinsey. Biar bagaimanapun, anak inilah yang membuat Katie bisa bertahan. Tiap kali Katie mengingat anak ini, Katie bisa mengendalikan emosinya. Bagaimana mungkin dia bisa membunuhnya begitu saja?
Melihat keraguan pada umbra, Kinsey memanfaatkannya. Dengan satu gerakan, Kinsey meninju perut umbra dengan keras membuatnya terdorong ke samping. Kemudian Kinsey membalasnya dengan menendang tubuh umbra sambil mengelap darah pada mulutnya.
"Aku tidak tahu bagaimana kau bisa tahu namaku. Tapi yang kutahu, kau telah mengambil milikku."
"Hei, Kinsey, apa yang terjadi?" seorang pria muda lainnya muncul dari belakang Kinsey. Yang kemudian bersikap waspada saat melihat umbra yang sedang bangkit berdiri. "Penyusup?"
"Menurutmu?" sarkas Kinsey.
Keduanya bersiap untuk kembali menyerang saat melihat lawan mereka telah bangkit berdiri. Detik berikutnya keduanya membelalakan mata mereka terkejut saat melihat lawan mereka langsung keluar melompati jendela.
Mereka langsung menghampiri jendela yang baru saja dilompati penyusup dan sempat melihat orang tersebut melompat dari pohon yang satu ke pohon yang lain sebelum akhirnya menghilang. Mereka melihat ke arah bawah kemudian ke arah pohon yang menjadi pijakan tempat mendarat penyusup tadi.
Lantai enam cukup tinggi bahkan sangat tinggi jika mereka harus melompat ke bawah. Dan untuk melompat ke pohon di seberang... bahkan mereka tidak akan sanggup melakukannya. Jarak antara pohon dan jendela cukup jauh, belum lagi pohon itu memiliki cabang-cabang yang kecil. Jadi bagaimana bisa penyusup itu mendarat di atas pohon dengan sempurna dan langsung melompat ke pohon lain?
"Apakah dia ninja? Bagaimana caranya dia melompat dari sini ke pohon?" omel teman Kinsey masih belum percaya akan apa yang dilihatnya.
"Yang pasti dia bukan orang biasa." sambung Kinsey. "Cari tahu apa yang sudah diambilnya. Dan juga percepat waktu pemindahan. Keamanan disini sudah semakin memburuk. Begitu aku menjadi ketua tim inti, aku akan memindahkan markas utama ke pulau milikku sendiri."
"Baiklah."
Keesokan harinya, Kinsey memandang ke arah pohon yang berseberangan dengan jendela di lantai enam.
Dipikirkan seperti apapun, tidak akan ada manusia yang bisa melompat sejauh itu. Siapa orang ini? Dan kenapa dia hanya mengambil satu kapsul saja alih-alih mengambil satu botol penuh? Dan lagi bagaimana orang itu bisa memilih kapsul yang paling berharga yang pernah diciptakan oleh organisasi LS? Sungguh pencuri yang tidak normal.
Ada satu lagi yang lebih membuatnya terheran-heran.
"Kinsey, apa yang kau lamunkan? Soal kemarin malam?"
"Aku hanya penasaran siapa orang itu. Jelas sekali dia ingin membunuhku. Tapi begitu mengenaliku... dia mengurungkan niatnya."
"Dia mengenalimu?"
"Dia bahkan menyebut namaku."
"Hanya LS yang mengetahui namamu. Bagaimana orang luar bisa tahu namamu?"
"Itu berarti kami pernah bertemu sebelumnya."
"Sayang sekali dia memakai masker. Kalau tidak, kau bisa mengingat wajahnya."
Kinsey memutar kedua matanya dengan malas. Memang mana ada penyusup yang tidak memakai masker? Hanya penyusup bodoh yang tidak memakainya?
Sekali lagi Kinsey memandang ke arah pohon. Tiba-tiba dia teringat sesuatu.
"Aku harus pergi."
"Kemana?"
"Aku akan melanjutkan studiku di Prussia."
"Maksudmu Jerman? Bukankah kau sudah mendaftar di London?"
"Aku berubah pikiran. Jika kedua ayahku menanyakan keberadaanku, katakan pada mereka, aku akan mengunjungi keluarga leluhurku." ucapnya santai sembari tersenyum antusias.
-
Begitu tiba di salah satu penginapan sederhana di Prussia, ponsel Kinsey langsung berbunyi. Dia hanya tersenyum kecut melihat nama peneleponnya.
"Halo?"
"Apa kau sudah gila?! Apa yang kau lakukan di Prussia?"
"Ada yang menerobos di markas cabang dan aku menduganya dia berasal dari suku Oostven. Aku akan mencoba mencari suku itu dan belajar darinya."
"Begitu mereka mengetahui kau keturunan Paxton, mereka akan membunuhmu. Paxton dianggap keluarga pengkhianat dan mereka tidak pernah menerima kembali anggota yang sudah berkhianat."
"Papa. Namaku Kinsey Alvianc, bukan Kinsey Paxton. Lagipula bukankah Alvianc grup memiliki kerja sama dengan Tettero? Aku akan mendekati mereka. Kebetulan sekali aku berteman baik dengan anak mereka."
"Kinsey." nada suara Marcel seperti nada memperingatkan. "Aku sudah kehilangan ibumu. Aku tidak tahu apakah adikmu masih hidup atau tidak. Kalau aku sampai kehilanganmu juga..." yang berlanjut suara seperti seorang yang putus asa.
Kinsey tidak sanggup berkata-kata. Dan dia memandang keluar melalui jendela kamarnya dengan tatapan kosong.
"Kau tidak akan kehilanganku. Aku janji. Tapi, aku sudah bukan anak kecil lagi yang tak berdaya. Sudah saatnya kau membiarkanku terbang tinggi. Bukankah ini yang papa inginkan semenjak papa memutuskan memberikan posisi ketua padaku?"
"..." Memang benar Marcel ingin putra sulungnya bertumbuh semakin kuat, tapi tidak dengan melempar diri ke sarang musuh Paxton. "Baiklah, aku akan membiarkanmu disana. Tapi, jika sampai ada kejadian dimana aku harus turun tangan sendiri; kau harus kembali dan menuruti perintahku. Dan juga aku akan membatalkan posisimu sebagai ketua tim S."
"Sepakat." jawab Kinsey dengan mantap.
Keesokan paginya tanpa menunggu lagi, Kinsey segera menghubungi teman baiknya, Mertun Tettero. Kinsey menceritakan niatannya datang ke Prussia tanpa ada yang ditutupi. Dia ingin Mertun mengantarnya ke tempat tinggal suku Oostven. Semula Mertun menolaknya karena dia tidak suka dengan karakter ketua suku Oostven yang terkenal garang dan nyentrik.
Namun setelah dibujuk secara halus akhirnya Mertun menyetujuinya dan membawanya ke daerah timur sisi Jerman dimana suku Oostven tinggal.
Dan disinilah mereka berhadapan dengan ketua suku yang memakai makeup khas suku beserta kelompok orang yang mengikutinya dibelakang dengan make up yang sama. Para pria bertelanjang dada serta memakai kain seperti rok yang terbuat dari kulit. Sementara para wanita hanya menutupi dadanya dengan kain yang sama dan rok yang berumbai-umbai dengan panjang yang tidak rata.
Tatapan para anggota suku Oostven menunjukkan rasa tidak suka dan tidak bersahabat. Secara tidak langsung mereka mengusir Kinsey dan Mertun untuk segera pergi dari wilayah mereka.
Mertun sudah merasa gugup dan takut setengah mati. Dia bersembunyi di balik pohon sementara Kinsey berdiri dengan tegap dihadapan sekelompok orang yang berdiri seperti patung.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya salah seorang yang diduga Kinsey adalah tangan kanan ketua suku.
"Aku tertarik belajar ilmu bela diri kalian. Bisakah kalian menjadikanku seorang murid?" ungkap Kinsey tanpa basa-basi.
Semua suku Oostven terkejut dan menatapnya penuh benci ke arah Kinsey. Mereka jelas sekali tidak suka niatan Kinsey untuk mempelajari ilmu mereka.
"Kau pikir kami akan menerimamu? Orang asing sepertimu?"
"Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan salah satu dari kalian. Aku yakin saat ini dia menyandang nama umbra saat ini. Kira-kira apa yang dilakukan seorang umbra di Amerika?" Kinsey menggunakan nada acuh tak acuh sekaligus terdengar polos disaat bersamaan. "Apa benar raja merah ada di Amerika? Aku bisa melacaknya dengan cepat jika aku mau."
Suasana seketika hening. Tentu saja seluruh Oostven tahu bahwa raja merah ada di Amerika. Tapi mereka tidak tahu dimana tepatnya dan mereka tidak berencana untuk mencari tahu.
Kesetiaan mereka memang pada kerajaan Prussia tapi mereka juga ingin melindungi 'Raja Merah'. Jika kerajaan Prussia ingin mengejar 'Raja Merah', maka Oostven memilih untuk tidak mencari tahu. Karena begitu mereka tahu, mereka tidak bisa berbohong dan berkhianat pada kerajaan Prussia.
Hanya saja, mereka berharap 'Raja Merah' bisa selamat dan hidup bahagia dimanapun dia berada. Dan kini seseorang muncul dan mengaku bahwa dia bisa melacak keberadaan sang 'Raja Merah' begitu saja?
"Apa kau mencoba mengancam kami?"
"Aku tidak mengancam, hanya menagih apa yang menjadi hutang umbra kalian. Dia mengambil kapsul berharga milikku. Untuk membuat kapsul itu membutuhkan sepuluh tahun fermentasi dan bahan-bahan langka diseluruh muka bumi ini. Jika kalian berharap aku membiarkannya tanpa dibayar apapun, kalian bermimpi."
Dug! Ketua suku menghentakkan tongkatnya ke tanah dengan marah.
"Berani sekali kau mengancam kami! Kau pikir kau bisa pergi dari tempat ini dengan selamat?!"
Tiba-tiba saja seluruh anggota suku mengarahkan tongkat bambunya melawan Kinsey. Mertun berkeringat dingin di belakang pohon dan ingin segera membawa Kinsey kabur dari sana. Anehnya, tidak ada sinar ketakutan sama sekali pada mata Kinsey. Sahabat gilanya itu masih bisa berdiri dengan santai tanpa ada gerakan untuk membela diri.
"Satu-satunya cara untuk menjaga rahasia 'Raja Merah' adalah membunuhmu saat ini juga."
Kinsey menyeringai dan bersiap untuk melawan mereka semua hingga suara lantang menghentikan niatan mereka untuk bertarung.
"BERHENTI!"
Seorang wanita tua berambut putih serta wajah yang dicat putih serta kuning seperti anggota suku lainnya muncul dari kerumunan. Dia berjalan secara perlahan menuju Kinsey. Anehnya, tidak ada satupun anggota Oostven menghentikannya ataupun bergerak.
Apakah mungkin wanita tua ini adalah tetua suku?
"Kau pernah bertemu dengannya." wanita itu mengucapkan bahasa asing sembari menyentuh sebelah pipi Kinsey. Dia merasa agak tidak nyaman melihat sinar mata wanita itu. Anehnya, tubuhnya tidak bisa bergerak seolah ada sesuatu kekuatan yang menahannya. "Semenjak itu kalian berdua telah terikat. Kau tidak akan bisa kabur."
Sebelah alis Kinsey terangkat. Sebenarnya apa yang diucapkan wanita gila ini? Kenapa dia sama sekali tidak bisa mengerti?
Dia bisa mengerti bahasa Jerman dengan fasih. Dia menguasai bahasa Inggris, Prancis, Jerman serta Rusia.
Berbeda dengan perusahaan ternama lainnya yang hanya fokus mengembangkan usahanya di dalam negeri. Alvianc grup lebih fokus mengembangkan bisnisnya di luar negeri. Karena itu Alvianc grup tidak memperluas wilayahnya didalam Amerika, dan sedikit yang tahu bisnis Alvianc sudah menyebar luas di keempat benua.
Karena itulah, Kinsey mempelajari banyak bahasa untuk menunjang bisnis yang akan diwarisinya nanti. Hanya saja, dia sama sekali tidak mengerti apapun yang diucapkan wanita tua ini. Apakah wanita tadi memakai bahasa suku?
"Ingatlah apa yang akan kutakan padamu." Nah, ini Kinsey baru mengerti karena wanita tua tadi mengucapkannya dalam bahasa Jerman. "Ubahkan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jika gagal, hidupmu akan berlinang air mata. Jika berhasil, kau mendapatkan pialamu."
Anehnya, meski Kinsey mengerti apa yang diucapkan wanita itu... dia sama sekali tidak memahami maksud kalimat itu.
"Aku tidak mengerti." ungkap Kinsey jujur.
Wanita itu tidak menjawab dan hanya tersenyum miring sambil menurunkan tangannya.
"Kenapa kau ingin belajar dari suku kami?"
"Seperti kalian, ada seseorang yang ingin kulindungi... tanpa gagal." Kinsey mengucapkan kata terakhir dengan ketekadan penuh.
Wanita tua itu tersenyum miring kemudian berbalik ke arah anggotanya. Dia berteriak dengan kencang menggunakan bahasa suku mereka yang tidak dimengerti Kinsey.
Setelah berteriak dengan serempak menyahuti tetua tadi, seluruh anggota suku Oostven menurunkan senjatanya dan menerima Kinsey sebagai murid mereka. Kinsey tersenyum lebar mengetahuinya dan melirik ke arah temannya yang masih bersembunyi.
Mertun mengelap keringatnya dan bersikap seolah-olah hendak jatuh pingsan. Dia juga memasang wajah cemberut dan menyalahkan Kinsey. Sedangkan Kinsey hanya menanggapinya dengan memutar kedua matanya dengan malas.
Semenjak itu Kinsey melanjutkan SMAnya di Jerman dan juga... mengikuti pelatihan tak normal dari suku Oostven... menjadikannya seorang pria yang kuat, tangguh dan tak terkalahkan.