Dua Hal Penting
Dua Hal Penting
Mendengar ini mata Katie bersinar-sinar dan tidak sabar lagi menyegel kekuatannya.
"Bola penahan memang sangat kuat, tapi bukan berarti tidak bisa pecah. Bola itu akan pecah disaat kau mengalami bahaya dan emosi yang kuat untuk membela diri ada pada dirimu. Begitu bola itu pecah, kau kembali menjadi 'Raja Merah' dan kau tidak bisa menyegelnya kembali. Penyegelan hanya bisa terjadi sekali seumur hidup. Selain itu...." Charlie mengambil napas panjang. "Waktumu hanya tersisa dua belas tahun sebelum akhirnya jantungmu berhenti berdetak. Dan usiamu akan semakin pendek jika kau sering menggunakan kekuatanmu memgendalikan cuaca. Kau tidak akan bisa hidup lama di dunia ini."
Katie mencengkeram kain bajunya tidak menyangka akan mendengar konsekuensi yang mengerikan ini.
"Tenang saja. Di Amerika sini tidak akan ada bahaya yang sanggup memecahkan bola penahanmu. Yah, mungkin ada baiknya kau menghindar jalanan sepi atau mafia yang kau temui. Umbramu akan melindungimu. Kau lebih aman disini daripada disana. Jadi kau tidak perlu khawatir."
Katie menghela napas lega mendengarnya.
"Baiklah aku mengerti. Lalu apa yang kedua?"
"Sebelumnya aku ingin bertanya padamu. Apa kau suka musim dingin?"
Kening Katie mengernyit mendengar kata 'musim dingin'. Bagaimana mungkin dia menyukainya? Dia sangat membencinya.
"Tidak sama sekali. Tiap kali musim dingin datang, tubuhku menjadi sakit, suaraku menghilang dan bibirku membiru. Mama pernah bilang jantungku pernah berdetak sangat lemah dan hampir meninggalkan dunia ini."
"Kau tidak mungkin meninggalkan dunia ini. Mungkin kau akan koma selama musim dingin jika mereka tidak bisa membuat tubuhmu menghangat."
"Apa maksudnya?"
"Suhu dingin adalah kelemahan fatal dari 'Raja Merah'. Dia tidak bisa menggunakan kekuatannya maupun suaranya jika tubuhnya kedinginan."
Mulut Katie membentuk huruf A tanda mengerti.
"Karena itu ritual untuk penyegelan akan dilakukan di gunung bersalju setidaknya dengan suhu minus sepuluh derajat. Dan juga kau tidak boleh memakai jaket ataupun menyalakan api selama disana. Tidak boleh ada satu penghangatpun disekitarmu."
Ekspresi Katie berubah menjadi horor mendengarnya.
"Kemudian kau akan melihat bentuk energi kehidupanmu. Begitu kau melihatnya, tarik semuanya dan kumpulkan mereka menjadi satu. Secara otomatis, sebuah penahan akan mengikat mereka dan kemudian akan berbentuk seperti bola. Tapi... kau harus menyatukan mereka sebelum jantungmu membeku dan berhenti berdetak."
"Sebenarnya melakukan ritual ini jauh lebih berbahaya daripada bola penahannya pecah. Jika kau dibawa pergi di tengah-tengah penyegelan, kau akan mati. Tapi jika kau gagal menyatukan seluruh energi sebelum jantungmu membeku, kau juga akan mati. Kegagalan bukanlah sebuah pilihan, dan kau harus berhasil begitu proses penyegelan dimulai. Setelah mengetahui resiko ini apakah kau masih ingin menyegel kekuatanmu?"
"..." Katie tidak mampu berkata-kata. Mendengar dia harus pergi ke gunung bersalju saja sudah membuatnya ketakutan setengah mati, belum lagi resiko yang harus dia hadapi jika dia gagal. Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia berani mencobanya?
Jika dia harus memilih antara hidup sebagai 'Raja Merah' atau mati karena gagal menyegel kekuatannya... sepertinya dia lebih baik memilih mati.
"Katleen. Aku tahu kau merasa kematian adalah solusi yang terbaik. Aku tahu karena semua raja merah juga memiliki perasaan yang mirip. Tapi coba ingatlah orang-orang yang tulus menyayangimu. Kedua orangtuamu, umbramu. Apa yang akan terjadi pada mereka jika kau pergi dari dunia ini? Bayangkan betapa sedihnya mereka jika harus kehilanganmu."
Katie menunduk merenungkan apa yang diucapkan Charlie. Semula dia terheran bagaimana Charlie bisa mengerti suasana hatinya sementara mereka berdua baru bertemu hari ini. Namun mendengar kalimatnya tadi, sepertinya semua orang yang pernah menjadi 'Raja Merah' juga memiliki dilema yang sama.
Tapi Katie sungguh ingin menjadi gadis normal. Dia tidak ingin menyakiti temannya apalagi menginginkan umbranya mencelakai teman-temannya. Dia tidak ingin ada satupun yang terluka karena dirinya. Karena itu... Karena itu...
Katie mengangkat wajahnya dan memandang lurus ke arah Charlie. Sinar matanya menunjukkan ketekatan yang kuat dan dia sudah memutuskannya.
"Kau sudah membuat keputusan." ucap Charlie sambil tersenyum tipis.
"Aku akan melakukannya. Aku juga tidak akan mati. Aku akan memastikan aku akan berhasil melaluinya."
"Baiklah. Aku akan membantumu mencari tanggal yang tepat untuk penyegelan nantinya."
"Terima kasih banyak." Katie tersenyum lebar kemudian bangkit berdiri untuk pamit pulang. Namun sebelum dia membuka pintu ruangan, Katie kembali menoleh ke arah Charlie. "Uhm.. Apakah sebelum ini ada 'Raja merah' yang juga menyegel kekuatannya?"
"Ada satu orang. Dia berhasil tapi... hidupnya tidak lama karena musuhnya memojokkannya hingga harus membuka kembali kekuatannya. Dan dia mati tiga tahun kemudian karena sering menggunakan kekuatannya."
Sungguh. Dia sama sekali tidak tahu apakah Charlie mendukungnya atau malah menakut-nakutinya. Hal ini malah membuatnya semakin bimbang.
"Aku tidak berusaha menakut-nakutimu. Aku hanya berbicara kenyataan. Jika hatimu bimbang, bukankah lebih baik kau tidak perlu melakukannya?"
"Aku tetap akan melakukannya." jawab Katie dengan yakin namun masih ada sinar kekhawatiran di matanya.
"Aku akan memberimu berita bagus. Kemungkinanmu untuk berhasil melewati ritual ini adalah sembilan puluh persen. Bukankah angka yang bagus? Aku dengar umbramu melatihmu kebugaran dan fisik yang bagus. Kau akan baik-baik saja."
"Benarkah?"
"Tentu saja."
Setelah itu Katie membuka pintu dengan senyuman lebar sebelum akhirnya dia menghilang dan meninggalkan ruangan kantornya.
"Ah, aku lupa bilang. Akan ada beberapa ingatan yang akan dilupakannya selama proses penyegelan." gumam Charlie. "Biarkan saja. Jika ingatan penting yang hilang, kau akan membantunya iya kan?"
Dimitri muncul dari belakang lemari kerjanya.
"Jika ingatannya semasa di Iowa menghilang itu lebih bagus. Tidak ada hal bagus yang terjadi selama dia tinggal di Iowa."
Charlie mengangguk mengerti. "Aku ingatkan kau, begitu proses penyegelan berjalan, apapun yang terjadi tidak boleh ada yang menganggunya. Dia tidak boleh tersentuh atau berpindah tempat."
"Bagaimana aku bisa tahu kapan prosesnya mulai dan kapan berakhir?"
"Kau akan mengetahuinya nanti."
"Seberapa lama waktu yang dibutuhkan sebelum jantungnya mulai membeku?"
"Waktunya hanya dua puluh empat jam semenjak dia berdiri diterpa angin dingin. Lebih dari itu, jantungnya akan membeku dengan cepat."
Dimitri menghela napas kemudian pergi menyusul Katie untuk melindunginya diam-diam.
"Satu lagi. Mungkin kau tidak membutuhkannya, tapi untuk jaga-jaga aku akan bertanya. Apakah dia pernah membunuh seseorang?"
"Tidak. Kekuatannya tidak pernah membunuh seseorang. Aku tidak pernah membiarkannya."
"Baguslah kalau begitu. Dia akan baik-baik saja."
"..." Apakah ada masalah yang akan terjadi dalam penyegalan jika Katie pernah membunuh seseorang. "Apakah membunuh delapan serigala termasuk? Dia pernah membelah perut mereka saat usianya delapan tahun."
Tubuh Charlie menegang mendengar ini. Kemudian menghela napas.
"Itu juga termasuk. Energinya sudah mencicipi darah segar. Itu sebabnya dia semakin tidak bisa mengendalikan emosinya. Proses penyegelan ini tidak akan mudah. Kekuatannya akan mencoba memberontak dan tidak ingin ditahan."
"Dia tidak akan berhasil?"
"Mungkin juga berhasil. Aku tebak dia tidak mengingat kejadian itu?"
"Tidak. Dia menganggapnya sebagai mimpi."
Karena umbra beserta kedua orangtuanya tidak menyinggung lagi soal delapan serigala yang mati dengan perut terbelah dihadapan Katie. Karena itu Katie hanya menganggapnya sebagai mimpi dan melupakannya.
"Dia akan berhasil. Walau sekarang kemungkinannya hanyalah delapan puluh persen. Aku bisa melihatnya. Matanya dipenuhi dengan sinar mata kebaikan dan hatinya sangat lembut. Aku yakin dia berhasil. Tapi.. kau akan membutuhkan obat khusus. Sejam sebelum dia melakukan penyegelannya, kau harus memberinya obat ini. Obat ini akan membantu jantungnya tetap terjaga dan menjaga staminanya untuk mengumpulkan energi kehidupannya."
"Dimana aku bisa mendapatkan obat ini?"
"Ada sebuah organisasi rahasia di Manhattan. Aku tidak tahu tepatnya tapi kau bisa menemukan lambang dua ekor singa di tanda jalan bagian timur. Itu akan menjadi petunjuk jalanmu."
Malam harinya tanpa menunggu waktu, umbra segera menuju ke tempat yang dimaksudkan Charlie.
Setelah mencari selama berjam-jam tanpa henti, umbra menemukan sebuah rumah besar dan megah yang dipenuhi dengan para penjaga di tiap-tiap sisi. Dia juga melihat puluhan kamera cctv yang terpasang di ujung-ujung tersembunyi.
Umbra memutuskan melompati pagar tepat dibelakang kamera disaat kamera bergerak ke depan. Kemudian dia memanjat dinding dan menuju ke atap. Jika dia tidak bisa masuk melalui pintu, dia akan masuk melalui atas.
Kemudian dia masuk melalui jendela di lantai empat yang kebetulan tidak terkunci. Dengan sangat berhati-hati umbra berjalan keluar dari ruangan tanpa menimbulkan suara dengan pandangan waspada akan kamera.
'Tempat penyimpanan obat ada di lantai paling atas dan paling ujung koridor.'
Lampu disekitarnya mati dan suasana sangat gelap. Namun umbra masih bisa melihat dengan jelas walau tanpa menggunakan senter. Dia berjalan menaiki tangga hingga lantai teratas. Kemudian terus melangkah dengan waspada melewati koridor dan akhirnya menemukan sebuah pintu yang tidak biasa.
Dia membuka pintu dan segera menutupnya kembali. Umbra membuka lemari kaca yang penuh dengan berisi obat-obatan hingga menemukan kapsul yang dia cari. Dia mengambil satu kapsul dan memasukkannya kedalam botol kecil yang sudah disiapkannya. Kemudian dia menyimpan botolnya di baju kain ninjanya.
Dia segera keluar dan menuju ke jendela terdekat untuk melompat. Namun tiba-tiba lampu menyala dan ada seseorang yang langsung menyergapnya.
Untungnya refleksnya sangat cepat hingga penyergapnya tidak berhasil menangkapnya. Pada akhirnya keduanya saling melempar tinju dengan lincah. Bahkan umbra sendiri sudah terkena pukulan sebanyak dua kali di dadanya.
Umbra mendecak sama sekali tidak menyangka tenaga yang dimiliki lawannya cukup besar. Apa karena dia sudah jarang bertarung ataukah usianya yang sudah semaki tua sehingga refleks gerakannya semakin menurun?
Tidak peduli alasannya, dia tidak boleh tertangkap. Dia harus membawa obatnya keluar dari sini tanpa celah.. jika itu berarti dia harus membunuh lawannya.
Umbra mengambil sebilah pisau dan kembali membalas serangannya. Lawannya tidak menduga dia akan menggunakan senjata sehingga gerakannya hanya lebih fokus ke arah menghindar. Umbra tersenyum dibalik maskernya dengan sinis. Dasar amatir.
Umbra memanfaatkan kelemahan amatiran itu dan langsung menendang tubuh lawannya. Tidak membutuhkan waktu yang lama umbra melompat menindih ke tubuh lawannnya dan hendak menikamkan pisaunya ke arah wajah lawannya.
Namun tangannya berhasil ditahan oleh lawannya dan kini hanya mengandalkan kekuatan siapa yang berhasil bertahan. Umbra yang mendorong pisau ke arah wajahnya ataukah tangan lawannya yang berhasil menahan tangan umbra.
Saat itulah kedua pasang mata saling berpadu pandang. Seketika umbra mengenali bentuk wajah lawannya.
"Kinsey?" Tekanan pada tangannya yang mengenggam pisau mulai mengendor.