My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Kutukan



Kutukan

3Katie membuka kedua matanya secara perlahan. Warna pada matanya juga kembali normal dan cuaca disekitarnya mereda.     

Melihat semuanya telah berjalan normal kembali, umbra mengambil napas panjang dengan lega. Karena masih belum kuat untuk bangkit berdiri, dia hanya menyenderkan punggungnya ke pohon. Kemudian mengulurkan tangannya ke arah Katie.     

"Kemarilah. Aku akan menceritakan sesuatu padamu."     

"..." Katie tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Dia memandang ke arah tangan umbra yang terulur dengan pandangan ragu.     

"Jangan takut. Aku tidak akan melukaimu."     

"Aku tahu kau tidak akan melukaiku. Tapi aku takut akan melukaimu lagi."     

Umbra mengulas senyum kecil. "Bagaimana perasaanmu sekarang? Marah? Takut? Sedih?"     

Katie menggelengkan kepalanya menjawabnya. "Tidak semuanya. Aku... merasa bingung... apakah aku sedang mimpi, atau aku hanya berhalusinasi?"     

"Bagus. Kemarilah, kau tidak akan melukaiku. Setidaknya... untuk saat ini."     

Kening Katie mengerut tidak menyukai kalimat umbranya.     

"Selama kau tidak merasa marah atau takut, kau tidak akan melukai siapa-siapa, Kei. Percayalah padaku."     

Katie menunduk kebawah. Dia menggerakkan kaki kanannya satu langkah ke depan kemudian melirik ke sekitarnya dengan was-was. Nihil. Tidak ada apa-apa membuatnya memberanikan diri untuk melangkah lagi.     

Setelah yakin lingkungan di sekitar mereka tidak berubah, Katie mempercepat langkahnya dan berlari ke arah umbranya. Dia segera memeluk leher umbra dengan isakan kecil.     

"Sst.. jangan menangis. Kita tidak mau basah kuyup kehujanan nantinya." bujuk umbra memberi tepukan ringan pada punggung Katie.     

Katie segera melepaskan pelukannya. Matanya sudah berkaca-kaca, tapi ekspresinya terlihat jelas sekali berusaha menahan diri untuk tidak menangis.     

Katie mengucek matanya sekaligus mengelap air yang sudah terbentuk di matanya. Kemudian mengambil napas panjang sambil memejamkan matanya. Setelah itu Katie kembali memandang lurus ke arah mata umbranya.     

"Sebenarnya.. aku ini apa? Aku bukan manusia?"     

"Kau adalah manusia. Hanya saja... kau bukan manusia biasa. Seluruh kerajaan dan kaum Vangarian menyebutmu 'Raja Merah'."     

"Raja merah? Aku kan perempuan. Lagipula kenapa harus merah?"     

"Rambut merah, mata merah. Mungkin itu alasannya mereka menyebutmu Raja Merah."     

"Benar hanya itu? Kalau begitu ada apa dengan raja merah?"     

"Di dunia ini hanya ada satu manusia yang memiliki warna rambut semerah apel dan warna mata amber. Lebih tepatnya warna darah disaat 'Raja Merah' sedang dalam emosi yang besar. Cuaca, binatang serta tumbuhan disekitarnya akan bereaksi sesuai dengan perasaannya. Tidak masalah jika kau sedang senang. Tapi saat kau ketakutan, sedih... yang paling buruk disaat kau marah... Yah, kau bisa melihat sekelilingmu saat ini. Semuanya menjadi berantakan."     

"Jadi maksudmu aku memiliki kekuatan?"     

"Beberapa orang menyebutnya kekuatan, tapi setengahnya menyebutnya sebagai kutukan. Seseorang tidak bisa mengendalikan emosinya. Mungkin bisa menyembunyikannya dan tidak akan ada yang tahu kalau kau sedang marah. Tapi... selama amarah itu masih ada, cuaca akan bekerja sesuai suasana hatimu dan kau tidak bisa mengendalikannya."     

"Itu sebabnya... mereka menyebut bayi yang terlahir sebagai 'Raja Merah' adalah bayi terkutuk. Yang harus dibunuh saat itu juga. Sayangnya... begitu bayi tersebut mati, bayi lain yang akan terlahir dengan warna mata amber. Hal ini membuat para warga menjadi takut. Mereka takut bayi mereka yang akan terkena kutukannya. Karena itu..."     

"Karena itu?" desak Katie karena umbra tiba-tiba saja menghentikan ceritanya.     

"Mereka memutuskan untuk membiarkannya hidup... sebagai tawanan. Keluarga kerajaan menjadikan 'Raja Merah' sebagai senjata. Mereka melatihnya dan menyiksanya secara mental."     

"..."     

"Orang-orang yang tulus menyayangimu tidak tega kau hidup seperti itu. Karena itu kau dilarikan ke Amerika, dimana tidak akan ada yang menemukanmu. Aku berusaha keras untuk menyenangkan hatimu, agar kau bisa hidup seperti anak normal, selalu berbahagia dan juga... aku sungguh berharap kau tidak pernah menyadari 'kutukan' ini. Aku sama sekali tidak mengira lingkungan sekolahmu yang baru akan membuatmu tertekan. Maafkan aku." umbra mengelus pipi Katie dengan lembut yang sangat dinikmati Katie.     

"Lalu bagaimana dengan teman-temanku? Kenapa kau melukai mereka?"     

"Aku terpaksa melakukannya."     

"Kenapa?"     

"Coba kau bandingkan perasaanmu terhadap mereka sebelum dan setelah kecelakaan mereka."     

"Aku membenci mereka. Tapi saat aku tahu mereka sakit, aku..." Katie terdiam mulai mengerti alasan umbra harus membalas teman-temannya.     

"Kau merasa kasihan pada mereka. Kau sudah tidak marah lagi, iya kan?" umbra yang melanjutkan kalimat Katie yang terpotong. Katie sendiri menganggukkan kepalanya mengiyakannya.     

"Aku harus memikirkan cara untuk meredakan emosimu Kei. Kalau amarahmu dibiarkan menumpuk dan semakin besar, bahkan aku tidak bisa menghentikanmu untuk menghancurkan satu kota ini. Berita mengenai kehancuran kota ini akan menyebar dan sudah dipastikan keberadaanmu akan diketahui. Aku tahu kau memiliki hati yang baik dan lembut. Berkat didikan Morse kau tumbuh menjadi anak yang memiliki hati yang sensitif. Aku memanfaatkannya. Jika seandainya masih ada kebaikan didalam dirimu, aku yakin.. kau pasti segera memaafkan mereka jika seandainya mereka terluka."     

"Dan sekarang kau sudah mengetahui semuanya. Aku tidak bisa lagi menyembunyikannya darimu. Kalau aku bersikeras menutupinya, aku takut.. kau memilih untuk melarikan diri dan mengalami hal yang sama lagi."     

"Kau ingin aku tetap disini? Di sekolah itu?"     

Umbra menganggukkan kepalanya dengan yakin. "Kau harus menghadapinya. Melarikan diri bukanlah jalan keluarnya. Kali ini aku ingin kau belajar mengendalikan emosimu. Kau mungkin tidak menyadarinya, tapi aku bisa melihat perubahan cuaca yang sangat berbeda. Karena itu aku akan membuat persepakatan denganmu."     

"Persepakatan?"     

"Jika ada yang menindasmu usahakan untuk tidak membalas dan juga.. cari cara agar mereka tidak memiliki alasan untuk mengerjaimu. Karena begitu mereka melukaimu dan kau tidak bisa menahan kepedihanmu, aku yang akan melukai mereka. Jika kau tidak ingin aku menyentuh mereka, kau harus memikirkan caranya."     

"Apa kau tahu... itu sangat sulit bagiku." Katie mengucapkannya dengan agak terisak. Kenapa umbranya menyuruhnya untuk melakukan sesuatu yang mustahil?     

"Aku tahu. Karena itu aku akan memberimu imbalan. Jika kau berhasil melakukannya, aku akan mendaftarkanmu di sekolah Trinity dan juga... aku akan memberitahumu cara untuk menghilangkan kutukan ini dan menjadi manusia normal."     

Deg! Ada cara untuk menjadi orang normal? Dia tidak perlu khawatir emosinya akan mempengaruhi alam? Kenapa umbranya tidak bilang dari tadi?     

"Kenapa kau tidak bilang dari dulu? Kalau begitu bukankah aku bisa menjadi normal sekarang? Beritahu aku sekarang juga. Aku tidak ingin menjadi raja merah. Aku tidak ingin punya kutukan ini. Kumohon beritahu aku caranya." pinta Katie dengan sangat sambil meremas lengan umbranya.     

"Kau tidak boleh melakukannya sekarang. Menghilangkan kutukan tidak semudah yang kau kira. Ada resiko yang harus kau tanggung dan tubuhmu belum cukup kuat untuk menahan ritualnya. Setidaknya kita harus menunggu hingga usiamu mencapai enam belas tahun."     

Enam belas tahun? Itu berarti empat tahun lagi? Katie tidak ingin menunggu lagi, tapi dia tidak membantah dan tetap menuruti umbranya.     

Semenjak saat itu Katie yang dulu malas berlatih dengan umbranya kini mulai rajin. Setelah bertekad penuh selama berbulan-bulan dan menerima pelatihan dari umbranya, Katie semakin ahli dalam perannya yang baru.     

Matanya kini lebih awas mengenai sekitarnya. Refleks tubuhnya juga sangat bagus. Tiap kali ada yang ingin menyandung atau menumpahkan sesuatu padanya, dia bisa menghindarnya dengan baik. Dia bisa bersikap berpura-pura tidak tahu 'jebakan' yang disiapkan para pembuli, disaat bersamaan dia bisa melewatinya tanpa masalah.     

Tentu saja terkadang masih saja ada yang berhasil mengerjainya seperti merobek buku pelajarannya atau menyembunyikan buku tugasnya dan membuangnya di tempat sampah. Dan tiap kali dia marah atau merasa sedih, dia langsung mencoba mengingat kenangannya di Lousiana.     

Dia memejamkan mata dan membayangkan permainanan apa saja yang dimainkannya dulu. Mengingat masanya di Lousiana bisa membuatnya senang bahkan menghasilkan senyuman dan tawa geli di mulutnya.     

Teman-teman sekelasnya yang melihat tingkahnya menganggapnya dia sudah gila dan memilih tidak berurusan dengannya. Dan Katie sudah tidak peduli lagi dengan kesendiriannya. Lebih baik begini daripada dia harus mendengar ada temannya yang terluka... dan itu karena dirinya dan 'kutukan'nya.     

Pada akhirnya Katie menghabiskan masa SMP di Iowa tanpa seorang sahabat. Dia lebih sering menyendiri dan tertutup. Bahkan saat memasuki tahun terakhir sekolahnya, sudah tidak ada lagi yang mencari cara untuk mengerjainya. Mereka semua lebih fokus belajar untuk ujian akhir mereka dan ujian masuk SMA yang ingin dituju masing-masing.     

Tentu saja Katie juga mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk sekolah Trinity.     

Di sekolah Trinity ada beberapa kelas khusus di bidang yang berbeda-beda. Kelas komunikasi, kesenian dan sains. Katie ingin memasuki kelas kesenian dengan jurusan seni musik. Dan ada dua macam ujian untuk memasuki jurusan musik. Ujian teori sains dan... memainkan alat musik. Dalam kasusnya adalah menyanyi.     

Ujian teori bisa dilaluinya asal dia belajar dengan tekun. Yang masalah adalah menyanyi. Dengan kemampuannya, tidak diragukan lagi Katie pasti diterima. Meski tidak pernah kursus sebelumnya, namun dia sering berlatih dan meniru gaya penyanyi profesional.     

Katie selalu mengikuti lomba menyanyi dan berakhir menjadi juara. Karena itu bakatnya sebagai penyanyi pasti bisa diterima dengan baik.     

Yang jadi masalah adalah... tiap kali dia menyanyi, burung-burung akan mendekatinya. Bahkan bunga-bunga yang belum waktunya mekar, bermekaran dengan indah dan kupu-kupu akan mendatanginya.     

Sewaktu lomba, dia akan memastikan tempat lomba berada di ruang tertutup. Dengan begitu tidak akan ada binatang yang masuk dan membuat orang terheran-heran atau curiga. Ditambah lagi, dia hanya menyanyi di atas panggung setahun sekali.     

Lain cerita kalau di sekolah, apalagi jurusan musik. Dia pasti akan menyanyi di depan teman dan gurunya setidaknya sebulan sekali. Cepat atau lambat mereka semua akan menyadari kehadiran para binatang yang unik tiap kali dia menyanyi.     

Karena itu.. sebelum dia resmi masuk ke sekolah Trinity, Katie harus menghilangkan 'kutukan' raja merah ini. Dia sudah tidak sabar lagi menjalani 'ritual' menghilangkan keunikannya.     

Sepanjang hari itu Katie tersenyum-senyum tiada henti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.